Saldi menunduk. Bagaimanapun Dimas adalah kakak ipar yang baik baginya, sebelum lelaki itu terjerumus pada cinta buta sehingga membuat hubungan mereka menjadi renggang dan sedikit tegang.
"Aku masih ingat, bagaimana dulu dengan yakinnya dirimu mengangguk, saat diminta menjadi wali nikah. Sampai saat ini aku masih bisa merasakan jabat tangan yang sangat bertenaga darimu, saat ikrar ijab kabul diucapkan."
Saldi tersenyum tipis mengingat kejadian itu. Saat usianya masih tiga belas tahun.
"Aku juga masih mengingat dengan jelas tatapan matamu yang sangat berani karena ingin melindungi kakakmu. Di pengadilan, tegas kau mengucapkan kata agar aku dan Sita tidak semena-mena."
Saldi mengangguk. Dulu yang ada di pikirannya hanya satu. Dia tidak mau melihat kakaknya semakin terluka karena orang yang sama.
"Mas. Pergilah dengan tenang. Semoga semuanya sesuai dengan yang diharapkan." Hanin akhirnya bersuara setelah ruangan itu hanya diisi isak tangis selama hampir lima menit.
"Aku sudah memaafkanmu