Suasana rumah sakit bersalin masih terasa sibuk saat Arya berdiri di depan ruang operasi. Waktu seolah berjalan lambat, dan setiap menit yang berlalu membuat dadanya semakin sesak. Di sampingnya, Bu Surti duduk dengan tangan terlipat di pangkuannya, wajahnya muram tapi penuh harap.
Tak lama kemudian, seorang dokter keluar dari ruang operasi.
"Pak Arya?" panggilnya.
Arya segera berdiri, jantungnya berdegup kencang. "Iya, Dok."
"Selamat, Pak. Istri Anda telah melahirkan dengan selamat, bayi laki-laki yang sehat."
Sejenak, Arya tidak bisa berkata-kata. Ada rasa lega yang begitu besar membanjiri dadanya. Mata Bu Surti berkaca-kaca, meskipun tadi ia sempat kecewa dengan keputusan Vidya, tetapi kabar ini tetap membawa kebahagiaan.
"Alhamdulillah …," bisik Arya dengan suara bergetar.
Dokter pun tersenyum. "Istri Anda masih dalam pemulihan, sementara bayinya akan kami bawa ke ruang perawatan bayi sebentar untuk dibersihkan, sebelum Anda azankan."
Arya mengangguk, lalu menoleh pada ibunya. "Bu