Sudah tiga puluh hari Vidya tinggal di rumah mertuanya. Dalam kurun waktu itu, banyak hal yang berubah, terutama sikap Bu Surti.
Dulu, ibu mertuanya selalu menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Kata-kata pedas selalu terlontar dari bibirnya, seakan apa pun yang Vidya lakukan adalah kesalahan. Tapi sekarang, Bu Surti jauh lebih lembut. Setiap pagi, wanita paruh baya itu menyeduh teh hangat untuknya, memastikan ia makan dengan cukup, bahkan sesekali menggendong Arvi dengan penuh kasih sayang.
Vidya tak bisa membohongi diri sendiri. Ia merasa nyaman. Wanita itu mulai berpikir, mungkin inilah yang disebut keluarga.
Hari ini, seperti biasa, Vidya duduk di ruang tengah sambil mengayun pelan boks bayi tempat Arvi tertidur. Matanya menatap anaknya dengan lembut, sementara di dapur Bu Surti tengah menyiapkan makan siang.
Pintu depan terbuka, dan Arya masuk dengan wajah lelah. Keringat masih membasahi dahinya, sementara tubuhnya sedikit membungkuk, tanda kelelahan setelah seharian bekerj