Nathan, dengan napas tersengal, berdiri. Luka-luka di tubuhnya sudah terlalu banyak untuk dihitung, tapi cahaya dari batu mata naga dalam tubuhnya kembali menyala. Seekor naga emas menjulang di atas kepalanya, melingkari tubuhnya dengan sinar suci yang samar, seperti pelindung terakhir seorang prajurit di ambang ajal.
Nathan tahu, jika dia jatuh kali ini, tak ada yang akan menghentikan Lucas.
Lucas tidak memberi waktu. Kedua tinjunya berubah menjadi pusaran angin merah tua, seperti dua badai yang ingin melahap segalanya.
Nathan membalas, Tinju Peledak disalurkan penuh. Ia menerjang ke depan tanpa ragu.
BAANNGG!
Langit kembali berguncang, tanah meledak, debu dan aura spiritual mengamuk ke segala arah. Getaran ledakan terasa hingga ratusan meter jauhnya.
Sheerena dan yang lainnya menahan tekanan besar dari kejauhan, wajah mereka pucat saat melihat pemandangan mengerikan itu.
Ketika asap mereda, sebuah kawah besar terbentuk di tanah. Di tengah kawah itu, Nathan terkapar. Tubuhnya dilumur
