Jam istirahat. Kala itu aku lagi duduk berdua dengan Yan Utama di bawah pohon Delonix regia. Sementara teman-temanku yang lain ada yang ke kantin sekolah dan sebahagian ngobrol di dalam ruang kelas.
“Enda, masih terpikirkan olehku bagaimana tentang masa depan Sundari itu nanti?!”
“Maksudmu Yan?”
“Ya karena dia gak sekolah itu, aku jadi kuatir.”
“Kalau dia sekolah, lantas siapa yang mau membiayai dia Yan? Padahal minat dia sekolah itu cukup besar loh, namun apa daya karena orangtuanya gak mampu membiayainya, Yan.”
“Itulah masalahnya.”
“Mungkin aja ada yang mau jadi orangtua asuh baginya, agar dia bisa sekolah lagi gitu,” gumamku. Aku teringat dan langsung mengusulkan pada Yan Utama, “Eh Yan, bukankah orangtuamu wartawan tuh. Kali aja ada jalan.”
“Oya, ya, ya…! Kenapa gak terpikirkan olehku dari kemarin ya?!” seru Yan Utama, s