RK yang baru saja masuk ke dalam ruangan disambut dengan wajah kesal Aira. Aira juga terus melihat ke arah pintu yang membuat RK bingung dan juga menoleh ke arah pintu, ingin melihat apa sebenarnya yang Aira lihat.
"Apaan sii,?" ujar RK setelah menoleh dan tidak mendapati sesuatu yang aneh disana. Pintu sudah di tutup, apa masalahnya, pikir RK.
"Kok gak dibawa?" tanya Aira mencebik.
"Apanya?"
"Bri, kok gak bareng, datangnya?" kesal Aira.
"Ya ampun, kirain apaan." RK terkekeh melihat tingkah wanita yang sedang sakit dan belum boleh banyak bergerak ini.
"Ya udah, kalau kangen lihat Papanya ajah!" ujar RK genit, yang membuat Aira berusaha menahan tawanya. Sebab tertawa membuat bekas jahitan diperutnya terasa sakit. Ia berusaha mencari sesuatu untuk dilemparkan ke RK, karena RK pun tidak dapat menghentikan tawanya melihat perjuangan Aira menahan tawa.
"Mas udah, aku kesakitan ini!"
"Lagian kalau di tahan-tahan entar malah kentut!" candaan RK membuat Aira tidak sanggup lagi menah