“Kamu terlalu lugu.”
Yavid masih mengunci pandangannya ke wajah Aleya. Tatapannya lembut, tidak menunjukkan keegoisan yang selama ini lekat dengan sosoknya.
Aleya menoleh, “Lugu? Siapa? Aku?”
Yavid tersenyum meledek lalu memalingkan pandangannya lurus ke depan tanpa menjawab. Aleya hanya bisa menerka maksud ucapan Yavid barusan, ia tidak berani bertanya jika wajah dingin itu kembali terpampang.
“Kadang terlihat baik, lalu berubah menyeramkan lagi. Ada apa dengan lelaki ini? Sulit ditebak,” gumam Aleya dalam hatinya.
Walau banyak pertanyaan bergelayut di pikirannya, tapi nyatanya tidak ada satu pun yang berani ia utarakan. Aleya memilih diam dari pada harus mendengarkan kata-kata tajam dari mulut Yavid.
Keduanya kembali membisu dan hanya keheningan yang menguasai kabin Landy Cruisery tersebut.
Sekarang mereka sudah tiba di sebuah rumah yang memiliki halaman depan yang luas, di penuhi oleh taman bunga. Di sana ada bunga mawar merah dan putih tumbuh rapi berdampingan. Lalu ada bunga amar