Tangan kanan yang di infus, mulai membuka baju tangan yg di gips. Terasa sulitnya membuka pakaian dari rumah sakit itu hanya ada tali yang tidak diikatkan. Mata Amberly melihat pada Golda yang malah bengong.
"Bisa bantu aku?" tanyanya.
Tentu saja Golda tampak terkejut. Dia agak terbata-bata menjawabnya. "A --- aku ...?"
"Siapa lagi? Kamu suamiku, bukan?" kembali tanya Amberly
Dengan agak tertegun sejenak, Golda tergagap. "Ka ---kamu yakin aku yang harus membuka bajumu?"
"Siapa lagi?" Sambil memutar matanya, tangan kanan Amberly berusaha terus membuka bajunya. Hingga sebagian dadanya terlihat.
Dengan menahan napas, Golda membantu Amberly melepas pakaiannya dari tangan yang di gips.
Jantung Golda bergemuruh dengan detak tidak keruan. Dia melihat kulit dadanya yang seputih susu dan membusung, tanpa baju yang menghalangi lagi.
Namun, dia harus meneruskan apa yang sudah dilakukan.
Sebenarnya sudah tidak tahan, melihat keindahan tubuh Amberly. Dengan sekuat tenaga berusaha mengendalikan dir