Nadira tersenyum berkata, "Kebetulan sekali, ya? Kalian juga datang ke rumah sakit?"
Mungkin Jenita juga merasa aneh, jadi dia menjawab dengan canggung.
"Kak Nadira, ibuku baru turun pesawat. Kemungkinan dia kekurangan oksigen di pesawat karena terlalu ramai. Aku dan Lio nggak tenang, jadi kami membawanya ke rumah sakit."
Setelah mengatakannya, Jenita memperkenalkan Nadira kepada ibunya.
"Ibu, dia adalah rekan kerjaku, namanya Nadira. Dia baik banget, loh. Dia sering membantuku dalam masalah pekerjaan."
Vivi Suharti, ibunya Jenita langsung mendekat dan memegang tangan Nadira untuk berterima kasih.
"Nona Nadira, terima kasih banget, ya. Jenita masih terlalu muda, masih banyak yang belum paham. Kuharap kamu bisa banyak membantunya ke depannya."
Jenita berkata kepada Vivi, "Ibu, rekan kerjaku tuli, tapi dia bisa membaca bibir. Ibu bicara jangan bicara terlalu cepat."
"Hah? Dia cacat, ya?" tanya Vivi setelah mendengarnya.
Ekspresi Nadira menjadi terkejut.
Meskipun Nadira tuli, selama ini t