Melihat wajah Andini yang mulai terlihat tidak tenang, Safira akhirnya tertawa pelan.
"Sudahlah, kamu nggak perlu terlalu cemas. Asalkan kamu bersedia bekerja sungguh-sungguh untukku, aku tentu nggak akan melakukan apa pun terhadap Paman Surya," ucapnya pelan. Namun semakin dia berbicara, nada bicaranya justru semakin dingin. "Bagaimanapun juga, dia itu pahlawan besar yang melindungi negara ini."
Kalimat itu tetap diucapkan dengan nada ambigu.
Andini menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan keresahan dalam hatinya.
Lalu terdengar suara Safira lagi, "Bagaimanapun, kamu ini putri kandung dari keluarga Adipati. Kalau benar-benar ingin menjadi Putri, bukan hal yang mustahil. Saat waktunya tiba, aku bisa membantumu bicara baik-baik di hadapan Ayahanda. Tentu saja, Ayahanda akan mengabulkan dan mengeluarkan titah pernikahan."
Andini langsung mengerutkan kening. "Putri, hamba benar-benar nggak pernah ...."
"Tapi sebelum itu, kamu harus membantuku duluan." Safira benar-benar tidak tertarik