AIRI HAMPIR TERLAMBAT bereaksi. Dia terselamatkan dari pukulan keras logam setelah menghindar ke samping, bersandar ke arah dinding.
Lengan tangannya menahan lengan tangan lawan. Dia tersudut, tapi masih bisa bertahan.
“Lari! Tetaplah di lantai atas!” seru Airi, mengerling pada Kazuki yang sedang berjuang menghindari pukulan bertubi-tubi dari lawan.
Airi melihat area tangga yang sempit dan curam. Jantungnya bertalu-talu.
Kazuki harus pergi dari sini.
“Kau akan sendirian—“
“Pergilah! Kembali ke atas!” Tekanan di lengannya semakin kuat. Airi meringis, pegangannya sebentar lagi terlepas.
Beberapa tangga di atas sana, Kazuki menendang kuat sisi tubuh masing-masing pria, menjauhkan jarak mereka. Dia kelihatan marah dan geram, tapi tak punya pilihan selain mengikuti ucapan Airi.
Paling tidak, kalau dia pergi, dua orang ini akan mengejarnya.
“Kalian, ikut aku!” seru Kazuki pada tiga anak lain.
Mereka kemudian l