ParliNia
Part 15
Keesokan harinya, Niyet benar-benar dijual, uangnya cukup banyak juga, hampir lima puluh juta.
"Dek, ini uangnya, kita belikan apa?" tanya Bang Parlin di sore itu.
"Terserah, Bang," jawabku.
"Jangan gitulah, Dek, biasanya kau yang selalu punya ide," kata Bang Parlin lagi.
"Terserah, Bang, bukannya Abang bilang hari itu untuk mesjid" kataku kemudian.
"Iya, memang, tapi mana tau kau butuh atau punya ide lain," kata Bang Parlin.
"Gak, Bang," jawabku. Sebenarnya aku kecewa, karena selama ini setiap ada uang yang nganggur, akulah yang pegang, disimpan di rekeningku, akan tetapi kali ini Bang Parlin justru bertanya dibelikan apa. Apa karena uang hasil penjualan sapi pemberian Rara?
Hambar, itulah yang terjadi sekarang, semua terasa hambar. Bahkan makan pun rasanya tidak enak lagi. Kerja pun tidak bergairah. Semangat hidupku rasanya sudah turun drastis.
Sementara itu tahapan pemilihan kepala desa sudah dimulai, panitia sudah dibentuk. Para panitia ini sudah ikut pendidikan d