Michelle berdiri di depan cermin cukup lama. Napasnya masih berat, seperti baru saja naik tangga lima lantai tanpa berhenti. Ia mematung. Bayangan dirinya dalam gaun malam masih tampak sempurna, tapi dalam pikirannya, semua itu sudah hancur.
Tangannya perlahan membuka resleting gaun. Tapi kali ini, tidak seperti tadi siang saat ia mengenakannya dengan hati-hati. Ia tarik dengan kasar, membuat benangnya terlepas sedikit di bagian bawah. Ia biarkan gaun itu jatuh ke lantai. Ia berdiri diam, mengenakan pakaian dalam, kulitnya mulai dingin, tapi tubuhnya panas karena marah.
Lalu Michelle duduk di pinggir tempat tidur. Wajahnya menunduk, rambutnya kusut, dan matanya menatap ke satu titik yang tak jelas. Lalu tiba-tiba, tangannya menggeser semua bantal dan hiasan kasur ke lantai.
“Aku berdiri depan kaca selama berjam-jam. Ngecek detail satu-satu. Nyocokin warna gaun, lipstik, sepatu. Aku udah total siap… dan dia batalin kayak aku ini gak ada artinya.”
Ia mendesis pelan. Giginya menggigit bi