"Iya, Pa. Aku janji. Bila perlu sekarang juga aku akan menjatuhkan talak untuknya dan menyuruhnya pulang kampung," jawab Mas Hanif, terlihat bersemangat.
"Jadi begitu? Kamu tega menceraikannya? Istrimu itu 'kan sedang hamil, bukankah selama ini kamu menginginkan kehadiran seorang anak? Sekarang harapanmu akan terkabul karena sebentar lagi kamu akan punya anak. Terus apalagi yang kamu inginkan, Hanif?" Papa terus saja menginterogasi Mas Hanif.
"Aku memang mendambakan kehadiran seorang anak, Pa. Tapi aku menginginkan keturunan dari rahim Mira, bukan dari rahim wanita lain." Mas Hanif memandangku sambil tersenyum manis padaku. Menjijikkan!
"Oh, jadi begitu? Saya sengaja bertanya seperti itu untuk mencari tahu bagaimana kamu sebenarnya. Alias hanya menguji kamu saja, Hanif. Sekarang saya semakin tahu bagaimana sikap aslimu. Disaat istrimu itu tidak bisa menjadi seperti yang kamu harapkan, kamu ingin kembali pada Mira. Ternyata kamu itu seorang lelaki yang tidak tahu diri, ya! Syukurlah p