Share

BAB 2: ANNE SAN

Setelah mendapatkan pesan merah dari Kyrene, aku yang berencana menghabiskan empat hari kedepan di Macau mendadak urung. Situasi di markas kami lebih genting. Jam tiga pagi sepulang dari Venetian Macao -casino 39 lantai di Cotal strip, aku langsung bergegas terbang pulang.

Karena pilot ulung dan bandara pribadi milik salah satu sekutu kami, pukul delapan pagi mobilku sudah mendarat di gerbang markas. Setibanya, aku bergegas memacu langkah menuju bangunan utama. Pintu ruangan terbuka lebar, aku menghentikan langkah dan mencoba membaca situasi. Tak sengaja, mataku bertemu Sora yang berdiri kaku membawa sepiring potongan apel. Tangannya menyenggol Kyrene seolah memberi kabar bahwa aku telah datang. Aku menahan tawa menatap tingkah mereka yang sangat canggung.

Didepan tiga lukisan besar yang kupajang di ruangan ini, seorang perempuan paruh baya mengamati dengan tenang. Mataku jatuh menatap Hakama yang ia kenakan -pakaian luar tradisional jepang yang digunakan ahli bela diri ketika sedang tidak bergulat. Hakama itu hadiah dariku setahun lalu saat perhelatan empat tahun berdirinya organisasi kami.

"Kau benar-benar kurang ajar Kei, berani sekali membuat gurumu menunggu." ujarnya saat aku baru memulai langkah masuk, "Ck, dari mana lagi kau sekarang?"

Aku menjajarinya dan memberi salam penghormatan, "Maafkan aku, Guru. Selepas pertemuan dengan putra Mr.Hong kemarin, aku menghadiri peresmian Hotel milik Mr. Zhangs di Macau. Jika saja aku tau Guru datang kemari, pasti kami akan menjamu mu lebih baik."

Ialah Guru Tami. Seorang Kunoichi keturunan Mochizuki Chiyome -ninja perempuan yang mendirikan markas untuk melatih perempuan-perempuan di desa Nazu. Ah iya, sebenarnya Guru Tami tidak begitu senang ketika seseorang melabelinya kunoichi. Baginya itu adalah penyimpangan arti. Kunoichi sebenarnya bukan sebutan untuk asosiasi ninja perempuan, melainkan salah satu jutsu yang bisa dipelajari baik pria maupun wanita. Namun, seiring perkembangan zaman, pada abad 16, kunoichi lebih banyak dipelajari wanita sebagai upaya perlindungan diri. Maka sejak saat itulah Ninja perempuan sering disebut Kunoichi.

"Ah, aku tau hotel itu. Beritanya ada dimana-mana." Guru Tami menatapku, "Apa sebagus itu, Kei?"

Aku mengangguk, "Memang sebagus beritanya, Guru. Hotel itu punya 200 kamar suit room dengan nuansa Yunani yang sangat mewah. Fasilitasnya juga tidak main-main. Para tamu mendapatkan layanan antar dua puluh empat jam penuh dengan mobil Rolls Royce Phanton. Benar-benar bisnis yang bukan main, Guru. Mr. Zhangs selalu seluar biasa itu."

"Apa kalian bertemu?"

"Iya Guru, kami sempat bertemu di casino untuk membicarakan pekerjaan."

"Pekerjaan apa?"

Dari balik badan kami, Sora mencoba memberikan pesan dengan tangannya untuk segera mengakhiri pembicaraan karena kakinya sudah mulai payah berdiri. Aku hanya tersenyum sekilas, memintanya untuk bertahan sebentar lagi.

"Kami mendapatkan klien yang bermasalah dengan pemerintah China. Mengingat ketegangan antara pemerintah China dan Hong Kong akhir-akhir ini, aku harus banyak membangun relasi. Kau tau sendiri, Guru. Dunia gelap Hong Kong mendukung penuh pemerintah. Itu artinya, memberikan banyak keuntungan kepada China bisa membuat hubungan kami dengan mafia Hong Kong memburuk. Jadi, aku mencoba berdiri ditengah dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Dan Mr.Zhangs-lah yang membantuku."

Guru Tami tersenyum bangga menatapku, "Melihatmu sehebat ini, tidak salah bila kau keturunan Anne San, Kei." Sanjungnya.

Aku menunduk sopan, "Kehormatan bagiku untuk mendapat pujianmu, Guru."

Mata Guru Tami mendadak nanar menatap lukisan Haha yang kupajang besar-besaran dibangunan utama, ia meraba ujung pigura dengan penuh kasih sayang. "Aku mengenal Anne San sejak masih menjadi bagian dari markas Chiyome. Ia putri juru masak kami. Ia adalah teman pertamaku. Teman yang tidak pernah takut dengan luka mengangga diwajah dan tubuhku."

"Kami tumbuh bersama menghadapi kerasnya hidup; aku dengan misi-misi mematikan dan ibumu dengan ekonomi keluarga yang hancur berantakan. Hari itu, sehari setelah ulang tahunnya yang ke 17. Seekor lintah darat Tokyo datang kerumahnya untuk menagih hutang. Namun nihil, tak satupun keluarga Anne San yang mampu membayar. Akhirnya, mereka membuat kesepakatan. Hutang akan lunas bila mereka diizinkan memperkerjakan Anne sebagai penuang minuman pada bar mereka."

"Tuhan. Sampai detik ini, aku tak pernah sanggup membayangkan Anne melayani laki-laki bobrok diluar sana." Guru Tami menghela nafas berat, "Hari itu, dengan emosi yang tak terbendung, aku berlari mengacungkan Katana di rumahnya. Aku bersumpah atas nenek moyangku untuk membunuh siapapun yang berani menyentuh sahabatku. Namun bodohnya, ibumu malah menangis menahan pedangku. Melihat telapaknya basah darah, akhirnya dengan terpaksa aku merelakannya."

"Tapi tanpa ibumu tau. Hari itu juga, aku keluar markas. Aku bertekad mengumpulkan banyak uang dan menebus Anne San. Aku banting tulang mengerjakan apa saja. Tapi naas, kehidupan ternyata sangat buruk. Uang sangat sukar dicari. Akhirnya aku menyerah. Aku berhenti menjadi buruh cuci dan memilih menjadi pembunuh bayaran. Sebenarnya sebagai ninja aku dilarang melakukannya, tapi mau bagaimana lagi, Jigoku no sata mo kane shidai (Asal ada uang semua bisa diatur). Aku ingin menebus hidup Anne."

Mata Guru Tami berpindah menatap lukisan Chichi, "Sedang Kazuo, aku mengenalnya saat Chikusou masih sebatas perkumpulan preman pasar yang suka merampas hasil dagang, menyelundupkan narkoba dan mengedarkan senjata ilegal di Tokyo. Kalau diingat-ingat, ayahmu itu benar-benar menakutkan, Kei. Matanya selalu merah, bibirnya jarang berbicara selain umpatan dan seringaiannya selalu kasar. Siapapun yang mendengar langkah kakinya akan lari tunggang langgang."

"Bisnis Tuanku bergerak dibidang yang sama dengan Kazuo, Kei. Ia selalu menganggap Kazuo sebagai batu sandungan." Guru Tami menatapku sejenak, "Akhirnya suatu hari, ia memerintahku untuk membawak kepala Kazuo ke hadapannya."

Aku yang sebenarnya terkejut, cepat-cepat mengerjap dan mengatur ekspresi sedatar mungkin. Guru Tami menghela nafas, "Mendapat perintah itu aku bergegas pergi ke Tokyo. Dengan misi yang kubawa, aku berhasil bertemu Anne San dibar tempatnya bekerja. Ia sama sekali tidak pernah berubah, selalu cantik dan layak di agungkan."

"Hingga suatu malam, setelah berhari-hari mencari Kazuo, aku menemukannya tak sengaja di bar tempat Anne bekerja. Aku segera bersembunyi menyiapkan serangan. Namun naas. Ibumu menemukanku dan menggamit lenganku ke meja Kazuo. Dengan senyum lebar, ia memperkenalkan Kazuo sebagai kekasihnya. Aku benar-benar terkejut. Aku segera menariknya, ku ajak ibumu bicara empat mata. Aku bertanya padanya, apakah ia tau bahwa lelakinya adalah seorang bos mafia. Dan dengan senyuman tenang, ia menjawabku dengan anggukan pelan. Anggukan yang menjadi alasan keputusanku."

"Malam selanjutnya aku menemui Kazuo dan meletakkan katana di lehernya. Kujelaskan misiku, kujelaskan persahabatanku. Aku memojokkannya, bertanya apakah ia mencintai Anne San seluar biasa Anne San mencintainya atau tidak. Kazuo hanya mengangguk, namun dengan seishin teki kyoyo (jiwa murni) yang kupelajari dimarkas, aku bisa membaca ketulusan dimatanya."

"Akhirnya aku kembali ke Nazu untuk membunuh Tuanku."

Aku menatap guru, "Apa Haha tau mengenai ini?"

Ia menggeleng, "Jelas tidak." Guru Tami menjeda, "Tiga bulan semenjak hari itu, ibumu menggundangku dalam pagelaran pernikahannya. Aku datang. Hari itu wajah ibumu sangat bahagia, lebih bahagia dari hari-hari yang telah lalu."

"Kau tau, Kei, ibumu itu benar-benar pekerja keras. Semenjak menikah dengan Kazuo, ialah dalang dibalik dirombaknya sistem Chikusou. Ia meletakkan hierarki, peraturan, sistem kerja, klan dan berbagai hal dasar lain. Ia menjadi dalang dibalik penggelontoran modal kehidupan gelap chikusou menjadi perusahaan-perusahaan saham, jasa detektif swasta, dan penyedia layanan keamanan pejabat. Ialah perempuan pertama dalam organisasi mafia. Perempuan yang memastikan Chikusou sempurna menjadi organisasi mafia raksasa terbesar ke empat didunia –setelah El Chino, the boy, dan Los Antrax ."

"Namun, begitulah patriarki. Anne San tidak mendapatkan banyak sorotan. Chikusou selalu diangap besar dengan nama 'Kobayashi Kazuo'. Padahal dibalik lelaki keras itu, ada bunga sakura yang mekar cantik dan menjelma sebagai perempuan dengan keahlian mumpuni dalam organisasi. Anne selalu dipandang sebelah mata. Semua orang tertawa karena hanya untuk mengangkat wakizashi saja ibumu butuh dua tangan. Di dunia serba laki-laki, menjadi perempuan yang memiliki sedikit saja kelemahan akan terasa begitu sulit."

Aku tersenyum bangga. Ibuku memang seluar biasa itu. Benar kata orang, Anne San adalah bunga sakura yang mekar diam-diam. Namun dalam bisunya, ia mampu mencentuskan Sokaiya, taktik pemerasan yang kini menjadi strategi utama organisasi mafia.

"Kau tau yubitsume, Kei?"

"Ah, potong jari bila seorang anggota chikusou melakukan kesalahan? Tentu Guru, haha selalu menyuruhku agar menghormati orang-orang yang melakukan yubitsume. Katanya, hanya orang-orang hebat yang berani menerima hukuman atas kesalahan. Dan hanya orang-orang itulah yang memberikan bukti nyata kesetiaan pada Chikusou. Sekarang, banyak organisasi mafia yang menerapkan itu. Padahal menurutku itu sangat berbahaya, Guru. Rawan menguak identitas. Kami lama menanggalkannya."

"Benar, di keadaan dunia yang sekarang, yubitsume seharusnya ditinggalkan. Tapi, asal kau tau, yubitsume adalah salah satu kebijakan yang dibuat ibumu. Ditahun kedua Chikusou berjaya, ibumu mendapatkan posisi pengatur strategi. Tapi, banyak sekali yang menentang. Anne San selalu dianggap hanyalah seorang perempuan istri bos Chikusou. Dalam organisasi mafia, kedudukan istri dianggap lebih rendah daripada pengeksekusi jalan."

"Tapi beruntung, Kazuo bukan mafia pada umumnya yang menganggap perempuan sebagai makluk lemah tempat menabung penerus takhta. Kazuo selalu memuliakan Anne San dan menghukum orang yang memandangnya remeh. Anne tidak salah memilih laki-laki."

"Dua bulan kemudian, kau lahir sebagai Kei. Bayi yang dikenalkan kepada seluruh anggota Chikusou dalam gelanggang. Ketika para anggota menyadari kau adalah bayi perempuan, mereka bersorak kecewa. Lantas ibumu, Anne San, berdiri mengambil alih keadaan. Wajahnya merah menahan amarah. Seumur persahabatan kami, hari itu adalah hari pertama aku menyaksikan seorang Anne San murka. Ia meneriakiku agar membelah dada orang yang kecewa atas kelahiran putrinya. Kazuo diam saja, menurutnya ini ajang agar tak ada lagi yang meremehkan seorang Anne San. Ia ingin Chikusou dikenal tidak hanya dari namanya, ia ingin menunjukkan apa jadinya bila perempuan sudah menyingsingkan lengan."

"Anne sebenarnya kesetanan, namun setelah otaknya kembali berfungsi, ia sadar akan kehilangan banyak anggota hanya dengan sekali perintah. Akhirnya, Ia memerintahkan bagi seluruh orang yang kecewa dengan kelahiranmu namun masih ingin setia pada Chikusou untuk memotong satu jari mereka. aku tidak tau dasar pemikirannya. Tapi, hampir separuh gelanggang memilih menumpahkan darah mematuhi perintah mewujudkan kekecewaan. Aku tidak tau apa yang ia pikirkan. Bukannya menyesal, ia malah kembali memutuskan, barang sesiapa yang melakukan kesalahan saat melakoni tugas dan merugikan organisasi, maka akan digelarkan upacara potong jari tangan digelanggang. Yubitsume."

Mulutku menganga, tidak pernah tau kejadian itu. Aku tidak tau ada sejarah kelam dibalik kelahiranku.

Dari cerita Guru Tami, aku tersadar sesuatu.

Saat umurku masih belum sempurna lima tahun, Guru Tami diminta untuk mengajariku teknik ninjutsu. Haha selalu menemaniku berlatih dan aku selalu mengeluh. Ketika anak usiaku seharusnya belajar membaca atau bermain boneka selayaknya gadis kecil pada umumnya, bersama Guru Tami aku hanya dijejali justu dan pedang.

Saat umur sepuluh tahun, Guru Tami mengakui kemampuan ninjutsuku. Hari itu, pagelaran besar di rayakan dalam gelanggang. Anggota ahli ninjutsu diminta melawanku satu persatu. Preman-preman itu melawanku tanpa ampun, membiarkanku babak belur seolah lupa aku putri pemimpin Chikusou. Haha dan Chichi hanya duduk menonton dengan tenang dibalik Guru Tami.

Hari itu aku marah besar, merasa dijadikan umpan dan dibiarkan mati dijalanan. Haha datang merawat lukaku, ia bilang tidak akan meminta maaf dan tidak akan menjelaskan alasannya. Katanya, kelak aku akan mengerti dengan sendirinya.

Semenjak saat itu, namaku selalu di elu-elukan anggota Chikusou sebagai gadis kecil yang ketika namanya disebut mampu membuat sesiapapun tunduk.

Haha, sekarang aku mulai paham mengapa kau selalu mendidik sekeras itu. Kau tidak ingin sesiapapun meremehkanku. Jangan khawatir, Haha, sekarang sudah tidak ada lagi yang mampu berkata tidak atas ucapanku.

Perbincangan tentang masalalu berlangsung buas. Kami tertawa pada hal-hal kecil yang terjadi selama pelatihan. Guru Tami tak habis-habis menggejekku yang selalu menangis saat disuruh berlari diatas bara api. Ah, masalalu itu.

Tiba-tiba, Jack mohon izin masuk ruangan. Tangannya membawa berkas dan ponsel dengan layar menyala. "Nona, mohon maaf menganggu waktunya." ujarnya takut-takut, "Berkas saham dari putra Mr.Hong sudah datang dan ini-" ia mengulurkan ponsel.

Mr. Zhangs menelponku. Konfirmasi pertemuan nanti malam.

Guru Tami menatapku, "Selesaikan urusanmu, Kei. Sora dan Kyrene ada disini untuk menemaniku. Lagi pula, aku datang untuk mengenang Kematian Anne San bukan untuk bertemu denganmu." ujarnya.

Aku pamit undur, meninggalkan mereka di bangunan utama markas kami, tempat lukisan yang selalu kupandangi tiap pagi berada. Lukisan yang membawa hidupku ketempat yang seluar biasa sekarang. Lukisan bergambar Potret Anne San yang sedang tersenyum cantik dibalut Kimono biru laut, Potret Kazuo yang berdiri gagah ditengah gelanggang sambil mengepalkan tangan dan Naga merah, Lambang Chikusou yang dimiliki tiap anggota dibelakang daun telinga.

See U.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status