Saat ini Nayla sedang berada di kursi penumpang yang akan membawanya ke Pulau Jeju. Lalu ia mengeluarkan ponselnya sembari menunggu keberangkatan untuk mengecek notifikasi yang masuk. Dan ternyata sudah ada beberapa pesan masuk terutama dari grup chatnya bersama para sahabatnya itu
Yoga : (send a picture) Osaka begitu cerah pagi ini, apakah terlihat indah ?
Mino : Sialan ! berhentilah bersikap menyebalkan seperti itu hyung. Aku tahu kau sedang dimabuk cinta saat ini, jadi berhentilah mengirim foto kekasihmu untuk kau pamerkan pada kami !
Jino : Kau di Osaka saat ini ?
Yoga : Ya, hyung. Aku harus menemui orangtua kekasihku untuk bisa segera menyusulmu
Jino : Wah...Semoga berhasil Yoga Min
Mino : Segeralah menikah hyung dan berhentilah pamer seperti itu. Kau membuatku bergidik ngeri
Yoga : Iri bilang boss !!
Mino : Yak !! aku tidak iri padamu ! asal kau tahu saja aku sedang makan siang bersama orangtua Eunha saat ini
Jino : Lalu dimana Alvin ?
Alvin : Aku sedang makan siang juga bersama Yenata saat ini di Jakarta Green Cafe. Suasana outdoor VIPnya menyenangkan sekali. Ini juga indah
Mino : Hey, kurasa kita harus kembali merencanakan berkencan bersama. Ini pasti akan sangat menyenangkan
Jino : Aku setuju, minggu depan aku akan ke Seoul
Alvin : Aku juga
Yoga : Boleh saja, tapi dimana Nayla saat ini ?
Mino : Bukankah ia berkata akan ke Jeju ?
Jino : Entahlah, dia belum menghubungiku sejak pagi
Alvin : Aku yakin dia sekarang pasti sedang bersenang- senang
Yoga : Cepat cari dia !!!!
Alvin : Kenapa harus mencarinya ? dia bukan anak kecil lagi hyung
Mino : Dia membaca pesan kita tapi ia tidak membalasnya. Aku akan mencoba menghubunginya
Nayla : Tidak perlu menghubungiku ! Pesawatku akan take off 5 menit lagi
Jino : Oh ! kau sudah dipesawat sekarang baby ?
Nayla : Ya Kak ! aku akan mengunjungi Jia
Jino : Baiklah, hati- hati. Aku menunggumu
Mino : Selamat bersenang- senang Nayla
Nayla menghembuskan nafas beratnya ketika membaca balasan terakhir dari Mino, dan dengan segera ia meletakkan ponselnya kembali dalam tas kecil miliknya.
****
Nayla telah sampai di resort mewah milih Jino dan juga Jina. Saat kedatangannya ia telah disambut baik oleh Jina yang saat ini tengah berlari menuju kearahnya
"Nayla" Teriak Jina dari arah depan villa
"Aku merindukanmu" ucapnya kemudian setelah sampai didepan Nayla dan memeluknya erat
"Aku juga merindukanmu Jina-ya" ucap Nayla yang membalas pelukan Jina tak kalah erat. Sudah hampir 7 bulan mereka tidak bertemu karna kesibukan mereka masing-masing
"Baby, akhirnya kau sampai juga" Pekik seseorang dari dalam sana yang tak lain adalah Jino.
Jino sangat menyayangi Nayla seperti adik perempuannya sendiri. Sehingga ia tidak segan-segan memanggil Nayla dengan sebutan baby seperti itu
"Kak Jino ! Apa kabar " ucap Nayla memeluk pinggang Jino dari samping
"Haloo Jiyaa !! Sini cium aunty" ucap Nayla dan segera membawa Iiyaa dalam gendongannya
"Kenapa kau semakin gembul saja seperti ini eoh" ucap Nayla yang sesekali mencium pipi gembul dari putri Jino dan juga Jina itu
"Itu karna ibunya yang selalu makan sesuka hatinya. Lihatlah dia saat ini, semakin membola bukan ?" Ucap Jino yang melirik kearah istrinya. Membuat Jina memberengut kesal
"Memangnya kenapa jika aku gendut ? kau tidak suka ? kau ingin mencari yang seksi lagi ?" ucapnya dengan nada sebalnya.
"Bu...bukan begitu !" Ucap Jino dengan tergagap. Ia benar-benar salah bicara rupanya. Jika istrinya sudah kesal seperti ini, bisaa berakibat fatal dalam urusan ranjang mereka
"Aku hanya mencoba mengatakan yang sebenarnya Jina. Maaf"
Namun tetap saja Jina masih kesal dengan perkataan suaminya itu. Ia pikir ia menjadi seperti ini karna ulah siapa?
"Yak !! maafkan aku hmm" ucap Jino yang mencoba meminta pengertian dari Jina
"Aku menyukaimu tanpa memandang seperti apa bentuk fisikmu" ucapnya kemudian mengecup kening Jina dengan sayang.
Membuat Jina mengerucutkan bibirnya. Setelah membuatnya kesal, sekarang suaminya berlagak manis. Cih memuakkan, namun Jina tetap saja tidak bisa mengelak bahwa ia merasa senang dengan perlakuan suaminya itu
Nayla yang baru saja tiba. Lalu disuguhkan pemandangan kisah melodrama pasangan suami istri ini hanya memutar bola matanya malas
"Tsk, lihatlah ayah dan ibumu Jia sayang. Apakah mereka selalu seperti itu? Memperlihatkan keromantisannya di depan seorang yang tidak memiliki pasangan" ucap Nayla yang bermaksud menyindir mereka berdua
Mendengar ucapan Nayla, membuat pasangan yang baru saja beradegan romantis itu berminat gugup dan salah tingkah. Mereka lupa jika Nayla sedang berada di sekitar mereka
"Emm..Kau sendirian kesini Nay ?" Tanya Jina mencoba mencairkan suasana canggung diantara mereka kinj
Nayla mengangguk "Yeah, rencananya aku akan menginap malam ini disini. Seperti biasa berkemah di pantai sepertinya menyenangkan" Ucap Nayla disertai cengiran lebarnya
"Ck, kau selalu saja seperti itu ! Baiklah nikmati waktumu di resortku. Jika kau perlu apa-apa jangan sungkan menghubungiku baby" Ucap Jino dan tersenyum hangat pada Nayla
"Oh yaa ..bagaimana jika nanti malam kita bisa berpesta kecil di pinggir pantai" ucap Jino memberikan ide
"Siaapp Oppa" Ucap Nayla dengan semangat dan kembali mengajak ngobrol Jiyaa
••••
"Bersulang" Ucap keempat manusia dan salah satu diantara mereka ada seorang bayi kecil yang baru berusia 10 bulan
Nayla, Jina, Jino dan juga tak ketinggalan Jia. Sedang melakukan pesta kecil-kecilan di pinggir pantai yang tak jauh dari villa
"Sepertinya ini sudah terlalu malam, mari kita kembali ke villa sebelum Jia kedinginan Oppa" ucap Jina pada suaminya itu
Jino menatap kearah putri kecilnya. Dan ya benar, angin malam seperti ini tidak bagus untuk keadaan putrinya itu
"Baiklah" ucap Jino kemudian
"Kau tidak apa-apa bukan. Ku tinggal sendirian disini baby ?" ucap Jino yang sedikit khawatir pada Nayla
Meskipun sudah sering Nayla berkemah sendirian di resort miliknya namun ia juga harus merasa waspada
"Tidak apa- apa Kak Jino. Bahkan jika aku diculik pun. Aku sudah tahu seluk beluk resortmu ini" ucap Nayla dengan berbangga hati
Membuat Jino dan Jina sama-sama terkekeh mendengarnya. Ya mereka tahu, jika Nayla adalah seorang wanita yang kuat sekaligus pemberani. Dibalik penampilannya yang jauh dari wanita tangguh bahkan terkesan dia seorang yang kutu buku. Sebenarnya Nayla bukanlah orang yang orang lain kira
"Haha.. Baiklah baby. Hati-hati dan selamat menikmati waktumu. Jika ada masalah jangan sungkan untuk menelfonku" ucap Jino
****
Nayla menatap kearah laut yang yang ada di depannya. Menikmati semilir angin laut dan suara deburan ombak yang begitu terdengar keras di telinganya.
Malam ini tak nampak gelap karna tepat sekali dengan dimana bumi, bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus. Sehingga pancaran sinar bulan begitu menyinari bumi
Ya seperti inilah kesukaannya, berdiam diri. Menikmati setiap moment kesendiriannya. Jika tak sendiri? Ia mau bersama dengan siapa lagi?
Sahabatnya sudah tak seperti dulu, seiring berjalannya waktu semuanya akan berubah. Termasuk dalam sebuah kebersamaan. Setiap bertambahnya usia pasti memiliki prioritas yang berbeda pula.
Sesekali Nayla menyesap cokelat panas yang ia tuangkan ke dari dalam botol tumbler. Meniupnya perlahan dan menyesapnya
Meskipun ia sendiri saat ini, namun ia tak merasakan kesepian. Karna memang ia begitu menikmati hidupnya saat ini
Nayla mengeluarkan Smartphone miliknya, mengambil earphone dan memutar lagu kesukaaannya. Sesekali ia ikut menyanyikan beberapa part lagu itu dan masih menatap ke arah depan
Tak berapa lama lama kemudian, ia merasakan seseorang menarik earphone miliknya. Nayla menoleh dengan cepat keraha seseorang yang dengan lancangnya menganggu kegiatannya
"Apa kau begitu senang berkemah sendirian seperti ini?" tanya seseorang itu dengan nada beratnya ketika Nayla menoleh padanya
"Al...Al... Alvin?" pekik Nayla yang begitu terkejut bahwa sosok itu adalah Alvin, sahabatnya. Ia mengerjap-kerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Bagaimana pria ini bisa ada disampingnya?
"Kenapa ekpresimu seperti itu? Apa kau baru saja melihat seorang dewa tampan berbicara padamu?" ucap Alvin dengan santainya dan segera mendudukan dirinya disamping Nayla. Mendekatkan wajahnya Lalu mengecup pipi Nayla sekilasNayla menegang dengan perlakuan Alvin. Pria ini selalu saja bertingkah seenak jidatnya
Saat ini di kediaman Jino tentu saja dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang sangat tiba-tiba. Tak ada angin tak ada hujan, kenapa pria ini tiba-tiba ada dimeja makan kediamannya
Nayla terbangun dari tidurnya. Sekarang pukul 03.00 KST. Sebuah ingatan menyakitkan kembali berputar-putar dikepalanyaSebuah ingatan ketika ia berlibur di Jeju satu minggu yang lalu, selalu saja berputar dikepalanya
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?" Teriak seseorang yang baru saja muncul dari balik pintu liftMembuat Nayla dan Alvin Sama-sama terkejut dan segera melepaskan rengkuhannya pada Nayla dan menatap takut pada seseorang yang terlihat marah saat ini
"Apa yang sedang kau lakukan disini Alvin? Dan lepaskan tanganku!!" Ucap Nayla meronta- ronta agar Alvin mau melepaskan cengkraman tangannya. Terlebih lagi bau alkhohol begitu menyeruak dari tubuh AlvinAlvin menyeringai begitu menyeramkan bagi Nayla"Ck, kau memanggilku Alvin sekarang?" ucapnya dengan nada begitu datar
DEGSerasa dijatuhi bom nuklir dalam hatinya, Nayla merasa benar-benar dirinya begitu rendah saat ini. Apakah ini yang dinamakan sudah jatuh, tertimpa tangga?Setelah dirinya mendapatkan pelecehan dari pria yang berstatus sahabatnya itu dan kini dengan tenangnya pria itu berkata ingin bertanggungjawab tanpa menikahinya. Tanggung jawab seperti apa yang pria itu katakan?Di lubuk hati Nayla benar-benar merasakan sesak yang luar biasa saat ini. Lagi-lagi
Nayla memasuki kehalaman keluarga Alvin dengan perasaan yang begitu gugup. Meskipun dulu seringkali ia bermain ke sini bersama sahabatnya yang lain namun kali rasanya begitu berbeda. Ada perasaan canggung yang menyelimutinya. Ia ingin sekali menolak permintaan Alvin untuk makan malam bersama keluarganya, meskipun ia berstatus sebagai sahabatnya namun bukankah akan terasa aneh jika hanya dirinya sendiri yang datang ke rumah mewah ini.
Kalimat yang Alvin luncurkan beberapa waktu lalu kini seakan menjadi sebuah melodi indah yang selalu terbayang dalam benaknya. Wanita muda itu kini tampak begitu termenung memikirkan perkataan Alvin ? istimewa ? benarkah dirinya seistimewa itu ?Bukankah ini terlalu berlebihan untuk seseorang yang dianggapnya hanya sebatas sahabat ? dan mengingat Alvin ingin menjadikannya sebagai priori