Cempaka Akshita Atmaja tiba di bengkel besar Stromderdil milik ayahnya Jovan Adhi Atmaja. Tadi ayahnya menyuruhnya singgah ke bengkel guna mengambil vitamin ayahnya yang tertinggal di kantor sedangkan bengkel yang sudah pasti tutup jam delapan seperti ini karena bengkel sudah tutup sejak jam lima sore.
Cempaka memarkirkan mobilnya persis di sebelah mobil city car berwarna merah. Kemudian melangkah membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan miliknya.
Bunga sedang menutup tirai pintu kaca pada balkon kamarnya saat dilihatnya sebuah mobil sedan hitam memasuki pekarangan rumah orangtuanya. Dari pintu kemudi turunlah seorang pria gagah dengan setelan kemeja berwarna merah maron bercelana panjang kain berjalan dengan langkah lebar membukakan pintu penumpang. Terlihat sang saudara kembarnya Sekar turun dengan senyuman lebar dan ucapan terima kasih yang terihat jelas dari tempat Bunga berdiri.
Bunga menggelengkan kepalanya polos sembari menatap kakak sulungnya itu. Mereka masih penasaran dengan pernyataan yang keluar dari bibir ranum Bunga. Lagi-lagi mereka dikejutkan oleh dering ponsel Bunga yang dibawakan oleh Juminah kehadapannya. “Maaf mengganggu, hp-nya bunyi terus,” Juminah mengulurkan ponsel ke arah Bunga.
“Kalian seru-seruan kok nggak ajak Mama sih?” protes Lucy.“Nanti Ma kalau rumah Bunga udah selesai. Lagi satu minggu ya Ma? Bunga baru cari perabotan untuk isi jadi Mama sama Papa bisa menginap di rumah Bunga nantinya.”
Yora menatap sang nona sedih, ia ingin agar pria pujaan nonanya mengetahui. Entah mengapa saat menatap Arya dirinya tahu jika lelaki itu juga memendam rasa dengan majikannya. Kenapa dirinya bisa tahu? Karena Bunga menyimpan banyak foto Arya yang tak sengaja pernah dilihatnya.Seluruh keluarganya sudah duduk semua di sofa. Yanuar juga ada di sana. Bunga melihat Yanuar memberi kode agar dia dud
“Jangan menghindariku,” desis Arya, terlihat jakunnya naik turun. Saat ini Bunga sungguh merasa terintimidasi.“Itu hakku, terserah apa yang ak
Keesokan harinya, setelah membersihkan diri dan bersiap-siap. Bunga membuka pintu kamar dan terperanjat saat mendapati Arya sudah berdiri bersandar di daun pintu kamarnya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.Bunga mengerutkan dahinya, “Kenapa kamu belum turun?” tanya bunga.
Ponsel Bunga berdering, Yora mengulurkan ponsel pribadi milik Bunga. Bunga memeriksa id penelepon, senyum tersungging disudut bibirnya. Hatinya tergelitik menggoda Arya, apakah Arya akan merasa cemburu ataukah tidak? Padahal yang meneleponnya adalah Adyatama putra Almira dan Davka Alsaki.“Ya Sayang?” saya Bunga dengan halus.Diliriknya Arya melalui kaca tengah mobil. Raut wajah Ar
Bunga sedang disibukkan dengan pekerjaan di kantor barunya, saat sang bunda masuk dan membawakan bekal makan siangnya.“Sayang sepertinya kamu lebih berisi sekarang. Mama senang Nak, apalagi minggu depan ada pesta pertunangan Sekar. Bagaimana jika kamu juga segera menyusul?” ujar Lucy.