Share

8 | Bayangan Masa Lalu

Aku memang seorang amnesia. Namun bolehkan aku menggumamkan syukur akan hal tersebut? Aku tahu, tidak semestinya aku membenarkan pemikiran semacam itu. Tapi setidaknya, di dunia baruku ini aku bisa mengetahui satu hal, yaitu; Harry adalah ciuman pertamaku. Dan ku pastikan agar otak payahku untuk selalu mengingat hal tersebut.

"Britt? Apa kau sudah siap?" Seketika aku panik mendengar ketukan pintu kamar. Itu suara Harry. Dadaku bergemuruh lantaran yang kembali terbayang ialah bagaimana bibir lembut miliknya terbentuk sempurna. Sudah dua minggu kami resmi berpacaran, dan aku masih malu-malu. "Kau tidak melupakan dinner kita, kan?"

Oh Tuhan. Aku benar-benar lupa ajakan makan malamnya. "A-aku tadi tertidur. Tidak masalah menunggu sekitar sepuluh menit?"

"Tidak usah terburu-buru, sayang."

Secepat kilat aku meraih dress hitam tanpa lengan, dengan pita kecil menjutai di bagian pinggang. Kado pemberian Harry yang amat manis. Keluar dari kamar, aku otomatis meremas clutchku mendapati Harry diam mematung. Ia memerhatikanku seksama dengan jemarinya yang terpaku disekitaran kerah jasnya. Berkali-kali aku sudah melihatnya mengenakan berbagai setelan jas, tetapi entah mengapa malam ini ia nampak lebih tampan. Terlebih bibirnya yang..--

Astaga, lama-lama aku bisa gila! Mengapa bayangan ciuman kami masih terus membekas?

"A-apa sebaiknya aku memakai jeans dan kaus saja?" Tanyaku memecah keheningan. "I know this is too much." Gerutuku gelisah. Belum sempat aku berbalik hendak memasuki kamar, Harry terlebih dahulu menahan pergelangan tanganku.

"Tidak. Kau...sempurna." Ucapannya tegas namun hangat di saat bersamaan. Nafasku tertahan selama beberapa detik karena pujiannya. "Akan lama lagi jika kau harus berganti pakaian."

Harry lantas berjalan, meninggalkanku yang masih mematung. Pun aku memutuskan menyusulnya, kemudian...

Buk!

Kepalaku berbenturan dengan punggungnya ketika ia berhenti secara mendadak. Aku meringis, gendang telingaku juga turut berdengung lantaran aku tak pernah tahu apabila tubuhnya memiliki bentukan otot.

"Mengapa kau tiba-tiba berhenti?" Keluhku. Harry mendadak menarik jemariku, mengganti dengan miliknya. Sehingga kini ialah yang mengusap pelipisku.

"Apa masih sakit?" Kini ia juga turut meniup bagian yang ku rasa nyeri. Aku menggigit bibirku, menjauhkan jarak di antara kami. Situasi bisa semakin kacau apabila aku masih mengaduh. Harry tiba-tiba terkekeh selagi menunjuk dasinya yang terlilit menyedihkan. "Tadi aku baru teringat sesuatu. Bisa kau tolong memakaikan dasiku? Anggap saja sebagai bayaran karena aku akan mentraktirmu makan malam."

"Kau sudah menabrakku, seharusnya kita impas." Ujarku tak mau kalah. Namun aku tidak bersungguh-sungguh, karena aku meraih dasi berwarna hitamnya dan aku betulkan. "Begini, tarik yang lebih panjang, kemudian lilitkan lagi. Harry? Mengapa kau memejamkan mata?"

"Sedang menikmati."

"Menikmati apa?"

"Kau. Aku suka situasi ini." Dia membuka mata lalu mengecup bibirku singkat. "Setiap hari kau harus memakaikanku dasi. Jika dilanggar, kau akan aku hukum."

---

Kami memasuki sebuah restoran fancy bergaya Eropa klasik. Aku mengadahkan kepalaku, terkesima oleh arisetektur bangunan ini. Lampu kristal menggantung indah, ditambah lukisan dibagain atap membuatku kian terkagum-kagum. Menarik ujung jas Harry, aku mengikutinya seperti anak kecil yang takut tersesat.

"Reservasi atas nama Harry Edward."

Selepas Harry berujar demikian, ia langsung membungkus telapak tanganku dalam genggamannya. Ia menggeleng mantap saat aku mengusulkan agar ia membawaku ke McD saja. Sebab kebanyakan dari pengunjung yang datang kemari rata-rata berusia 30-50an.

"Harga makanan di sini mahal sekali." Aku menutup buku menu, berbisik sepelan mungkin. Harry menarik kursinya, dan duduk mendekatiku. Lantas ia berbisik, meniru tingkahku habis-habisan.

"Itulah mengapa aku bekerja keras sebagai pengacara, agar hasilnya bisa kita nikmati bersama."

Kita? Ya, kita.

Yang terjadi selanjutnya, Harry membaca buku menu dengan serius. Dahinya mengerut, bibirnya juga turut dimajukan. Ketara sekali jika ia baru mendatangi restoran ini untuk pertama kalinya.

Tunggu, jadi ia tidak pernah membawa Ashley kemari?

"Brittany?" Lamunanku seketika buyar. Harry memiringkan kepalanya, menunggu reaksiku. "Kau mau memesan apa?"

"Samakan saja denganmu."

"Baiklah. Dua tenderloin steak tingkat well done, dan satu botol wine."

Si waiter menyebutkan ulang pesanan kami, sebelum Harry keluar guna mengangkat ponselnya. Aku menggumamkan terima kasih begitu minuman di gelasku dituang air mineral oleh waiter yang berbeda.

"Nyonya Anna? Apa anda sudah berganti pasangan?"

Aku melirik wanita blonde itu sekilas, tersenyum kaku. "Maaf, nama saya Brittany."

Butuh beberapa detik baginya untuk mencerna kalimat tegasku. Ia pun langsung terburu-buru membungkuk dengan raut wajah menyesal. "Saya sepertinya sudah salah orang. Maafkan kelancangan saya. Silahkan nikmati waktu anda lagi. Permisi."

"Test, test. Goodnight everyone."

Rasa penasaran yang sempat menyelimutiku, teralihkan oleh suara familiar dari arah mini stage. Bola mataku nyaris saja meloncat. Bagaimana tidak, Harry tahu-tahu bediri di sana dengan memegangi standing mic. Senyum merekahnya tersungging selagi matanya terkunci menatapku.

"Well Hi, I'm Harry Edward, and... I don't even know what I'm doing here."

Para pengunjung tertawa, berlainan denganku. Aku menutupi wajahku, merasa konyol mendapati Harry dalam keadaan demikian. Maksudku, aku terbiasa melihat mimik seriusnya di meja pengadilan dengan berbagai berkas perkara yang mengelilinginya. Tapi sekarang ia justru nekat mengambil sebuah gitar, kemudian memetik senar itu. Bagaimana bisa ia terampil dalam berbagai hal?

"Apa sudah terlambat apabila aku ingin kembali duduk di sampingnya dan menyantap steak kami dengan tenang?" Pengunjung kembali terpingkal-pingkal. Harry pun menunjukku diikuti serberkas sorot lampu. "Don't hide your beautiful smile. Smile for me."

Menjadi pusat perhatian dari banyak pasang mata membuatku canggung. Akhirnya aku menunjukkan senyum terbaikku, dan Harry membalasnya dengan sumringah. Alunan instrumen mulai mengiringi suara indahnya. Lirik lagu dari yang Harry nyanyikan berhasil menghipnotis kami semua.

I found a woman, stronger than anyone I know

She shares my dreams, I hope that someday I'll share her home

I found a love, to carry more than just my secrets

To carry love, to carry children of our own

Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms

Barefoot on the grass, listening to our favorite song

When I saw you in that dress, looking so beautiful

I don't deserve this, darling, you look perfect tonight

I have faith in what I see

Now I know I have met an angel in person

And she looks perfect, I don't deserve this

You look perfect tonight

Riuh tepuk tangan menutup penampilan Harry. Air mataku mengalir entah karena alasan apa, kemudian ku seka dengan tergesa-gesa. Harry luar biasa mengagumkan.

"That song is for the girl who stole my heart, since the first time I laid my eyes on her. She's beautiful and sweet. She's the best thing that ever happened to me. I love you, Brittany. I really do."

Harry turun dari stage, menjadikanku salah tingkah dibuatnya. Tegap langkahnya datang mendekat. Senyum tak sedetikpun lepas dari wajah tampannya. Aku refleks menutup bibirku mengetahui ia tiba-tiba berlutut di hadapanku. Yang membuatku lebih terperangah ialah ia turut memberikanku sebuah cincin.

"Brittany, will you marry me?"

Nafasku tertahan, aliran darahku membeku selama sepersekian detik. Teringat bagaimana buruknya hari pertamaku saat mengenalnya. Berbagai momen pun terjalin setelahnya, hingga hari ini datang dengan begitu manisnya. Tepat ketika aku hendak memberikan jawaban, mendadk bayang hitam hadir di pikiranku. Ribuan jarum menari seperti mempermainkan ingatanku, sangat menyakitkan.

Sosok pria asing tanpa kuminta hadir menggantikan posisi Harry. Pria asing itu melamarku, persis yang dilakukan oleh Harry saat ini. Garis wajahnya menyiratkan kesedihan. Kesedihan yang mendalam. Iris coklatnya terpancar sendu seakan-seakan pris tersebut takut kehilanganku?

"Anna, will you marry me?"

--

NOTE:

Ayo tebak. Kira-kira cowok itu siapa??

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status