Chapter 33
Apologies
Crystal mengamati kondisi makam orang tuanya yang sangat terawat, tetapi justru membuatnya tersenyum sinis.
Jack, Bajingan itu rupanya merawat makam orang tuanya. Tetapi, itu sama sekali tidak membuat perasaan Crystal bahagia. Pria itu tetaplah pria brengsek di matanya.
Ia meletakkan dua ikat bunga lili berwarna putih di atas makam orang tuanya, ia kemudian berjongkok di depan makam ibunya. Sejak memasuki area makam, ia bertekad untuk tidak lagi menangisi kepergian ayah dan ibunya, tetapi saat ia berada tepat di depan makam mereka nyatanya tekad yang telah ia bangun seolah tidak memiliki fondasi.
"Mom, Dad," isaknya. "Maafkan aku, aku baru bisa mengunjungi kalian. Tapi, aku berjanji, mulai sekarang aku akan lebih sering mengunjungi kalian."
Ia menelan ludah, batinnya berkecamuk penuh rasa sakit. Andai waktu bisa diulang, andai ia tahu umu
Chapter 34PregnancyManusia merancang kehidupannya sendiri, tetapi bagaimana pun juga Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Chiaki menempatkan bidak catur dengan sempurna di atas papan, tetapi kemunculan Jack yang terlalu cepat, juga menyaksikan betapa bahagianya Crystal saat mendapatkan kembali seluruh harta peninggalan orang tuanya membuat semua yang telah ia rancang berubah menjadi kepingan-kepingan kecil yang tidak lagi tertata.Rencananya ia ingin membangkrutkan perusahaan keluarga Winter hingga berada di titik nol lalu mengambil alih. Ia berencana memindahkan pabrik anggur ke Belgia dengan pertimbangan jarak tempuh yang lebih pendek. Ia hanya akan menyisakan perkebunan anggur dan peternakan di Jerman, juga mungkin rumah peninggalan keluarga Winter di sana.Namun, semuanya hanya tinggal rencana saat Crystal dengan wajah yang polos menyerahkan semua urusan perusahaan kepadanya. Jika ia membiarkan perusahaan mil
Chapter 35StrangerCaren menyeruput kopi dari cangkir tanpa repot-repot mengangkat cangkir dari atas meja. "Kau tahu? Aku sangat ingin melakukan hal-hal konyol seperti ini bersama temanku."Crystal terkekeh oleh ucapan Caren. "Kau sering melakukannya?""Ini yang pertama." Ia menyeringai lebar, matanya tampak berkilat-kilat karena bahagia."Benarkah?"Caren mengangguk."Biar kutebak," ucap Crystal geli. "Kau menjaga imej di depan teman-temanmu?"Caren menyeringai lebar sambil menggelengkan kepalanya. "Sangat akurat.""Kenapa kau tidak melakukan di depanku?""Entahlah, yang jelas kurasa kau bukan orang yang mementingkan tata krama yang menyebalkan."Crystal tertawa. "Jadi, kau sedang mengataiku tidak mementingkan tata krama?""Kelihatannya ka
Chapter 36Hallucination"Kebetulan ada yang ingin aku sampaikan," ujar Chiaki. Ia menjauhkan punggungnya dari dinding yang ia sandari tanpa melepaskan tatapannya dari wajah Crystal.Kerongkongan Crystal terasa mengering dan jantungnya terasa mengentak-entak penuh dengan kekhawatiran. Ia balas menatap Chiaki meski ia merasa gamang.Chiaki justru terkekeh. "Tidak perlu terlalu tegang, ini justru berita baik untukmu."Namun, sepertinya tidak. Crystal bisa merasakan jika atmosfer di antara mereka berbeda, sangat berbeda. Ia menelan ludah. "Aku ingin mengedarkan berita baik itu."Chiaki meneguk hingga habis anggur di dalam gelas yang ia pegang lalu ia berjalan kembali ke meja untuk kembali mengisi gelasnya yang telah kosong. Pria itu menyandarkan pinggulnya dengan gerakan sangat santai, tatapan matanya melembut. "Crys, kurasa tidak bijaksana jika aku terus menahanmu di
Chapter 38Kill You"Kau bisa mati jika kau tidak tidur," ujar dokter Liem sambil mendengarkan bunyi detak jantung Chiaki melalui stetoskop-nya."Aku memerlukan obat penenang dalam dosis tinggi," ucap Chiaki dengan nada acuh.Dokter Liem mengernyit. Obat penenang yang ia berikan pada Chiaki memang dalam dosis rendah, tetapi Chiaki menelannya tanpa mematuhi aturan. Seharusnya obat itu bekerja, atau mungkin setidaknya Chiaki overdosis dan dilarikan ke rumah sakit. Nyatanya Chiaki masih hidup dengan cekungan mata yang tampak mengerikan."Kau hanya perlu melepaskan beban yang ada di pikiranmu dan kau pasti akan tertidur meski tidak menggunakan obat penenang." Dokter Liem memasukkan stetoskop ke dalam tempatnya lalu ia berdiri di susul Chiaki yang turun dari tempat tidur."Aku menanganimu selama lima tahun, tapi kau tidak pernah membiarkan aku untuk masuk ke dalam dirimu." Do
Chapter 38Maddie, I Can'tCrystal duduk di samping Maddie sambil mengoleskan salep anti pembengkakan di tulang pipi Maddie yang tampak mulai memar. "Kau bertengkar?""Tidak," sahut Maddie sambil melirik wajah Crystal, diam-diam ia mengamati kecantikan Crystal dimulai dari bulu matanya tebal menaungi matanya yang berwarna biru safir, bibirnya tampak memerah alami, dan bentuk rahangnya yang lembut namun tegas. Seharusnya tidak sepantasnya wanita secantik Crystal merasakan kepahitan berulang-ulang karena matanya terlalu indah untuk meneteskan air mata dan kulit pipinya terlalu berharga untuk dilewati aliaran air mata kepedihan."Lalu dari mana kau mendapatkan luka ini?" Crystal mengamati wajah Maddie, mencari-cari luka memar yang lain di wajah Maddie. "Ya Tuhan, lehermu... siapa yang melakukan ini?""Chiaki," ujar Maddie singkat.Gerakan Crystal terhenti, ia mematung beber
Chapter 39MistakeMemaafkan Jack adalah kesalahan fatal dalam hidup Crystal, Jack menuntunnya, membawa masuk ke kamar dengan dalih agar Crystal beristirahat setelah mereka berbicara tentang kehamilannya, tentang hubungannya dengan Chiaki. Ia baru saja menyadari kesalahannya saat Jack mengunci pintu kamar lalu berbalik ke arahnya.Demi Tuhan, Crystal tidak akan memaafkan Jack bahkan jika ia hidup seribu kali, maka ia akan membenci Jack seribu kali pula. Atau mungkin lebih.Jack mengikat kedua tangannya menggunakan syal milik Crystal yang kebetulan ada di atas tempat tidurnya lalu menyatukan tangan Crystal ke atas ranjang."Apa yang kauinginkan?" tanya Crystal kasar, tetapi jauh di dasar hatinya ia ketakutan.Jack menatap Crystal tajam, tatapan matanya penuh kecemburuan. "Yang kuinginkan?" Ia tertawa. "Kau tahu apa yang kuinginkan."&n
Chapter 40.I Love YouKetukan di pintu membuat Jack menghentikan cumbuannya di dada Crystal. "Oh, ada yang mengganggu rupanya," ujarnya disertai seringai masam."Tolong!" seru Crystal. Ia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk berteriak dan meronta-ronta.Jack membungkam mulut Crystal. "Diam! Tidak akan ada yang menolongmu!""Crystal, apa kau di dalam?"Suara di balik pintu itu adalah suara Chiaki. Crystal mengenalinya. Ada kehangatan menjalari dadanya, ia menemukan secercah harapan setelah beberapa detik yang lalu ia merasa nyaris tertelan kegelapan.Jack tersenyum miring. "Oh, jadi, Bajingan itu datang? Kita lihat saja, apa ia akan menerimamu lagi jika ia tahu kau telah aku cemari?"Jack menindih Crystal, menjejalkan tubuhnya yang keras bagai batu ke dalam tubuh Crystal secara paksa tanpa me
Beberapa menit setelah Maddie meninggalkan Chiaki, pria itu mematung memikirkan ucapan Maddie. Perasaannya dirundung penyesalan karena telah mengirim Crystal kembali ke Jerman, ia merasa sangat berdosa karena telah meragukan Crystal, juga Maddie.Tiga puluh menit kemudian Dokter Liem telah duduk di depan Chiaki, pria tua itu membolak-balik halaman tabloid di tangannya tanpa memedulikan Chiaki yang menunduk menatap jari-jari kakinya. Suasana tidak aneh, juga tidak canggung bagi Dokter Liem karena kebanyakan memang pasien yang ia tangani lebih banyak diam saat memulai konseling.Dokter Liem menutup tabloid di tangannya lalu meletakkannya ke atas meja, ia meraih tabloid yang lain. Tetapi, baru saja ia mengangkat benda itu suara Chiaki terdengar di telinganya.“Crystal,” gumam Chiaki membuat Dokter Liem menghentikan gerakannya.“Siapa dia?”“Crystal Winter,” ujar Chiaki pelan.Dokte