Share

CHAPTER 3 : NYONYA DAYTON

Apa yang paling aku benci selain orang-orang?

Keramaian dan tatapan orang-orang seperti saat ini⸻hampir setiap pasang mata memperhatikanku. Bagaimana tidak?

Saat ini aku dan suamiku⸻pria yang semalam kutemui⸻baru saja turun dari mobil Bugatti La Voiture Noire. Salah satu mobil yang dinobatkan menjadi mobil termahal di dunia senilai 18,7 Juta USD, tengah mampir di sebuah rumah sakit yang terletak di jantung kota London dan tebak apa jabatan suamiku tersayang ini?

Direktur utama sekaligus pemilik dari rumah sakit yang tampak seperti hotel ini. Aku mencoba berdeham beberapa kali dan membenarkan rambutku yang sudah kutata seapik mungkin. Tentu saja, aku tak ingin mempermalukan diriku sendiri dengan berpakaian seperti gembel. Dress berkerah tinggi dengan pita tanpa lengan  merek Prada, dipadukan dengan mantel Gucci coklat membalut tubuh rampingku, tak lupa bots berhak tinggi berwarna senada dengan renda hitam di ujung dressku.

            Sepanjang jalan beberapa orang menyapa kami dan tersenyum , tanganku melingkari lengan kekar Sebastian yang kini telah terbalut dalam jas dokter putihnya, hebat bukan?

Pria pirang ini tidak hanya seorang direktur, tetapi ia juga telah mengantongi gelar profesor dalam bidang psikologi. Peganganku semakin erat saat beberapa orang bersetelan jas dokter berhenti di hadapan kami dan menyapa. Aku gugup tentu saja, siapapun akan sangat terkejut, jika mengetahui pria tampan di sampingku ini⸻sang direktur tiba-tiba saja memiliki istri dalam waktu semalam.

“Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Dayton,” sapa pria gempal berkumis putih bernametag  ‘Charless Robbaine’. Aku melempar senyum menanggapi sekaligus menyapa para dokter.

“Professor Dayton, anda selalu terlihat romantis sekali dengan Istri anda,” gurau seorang dokter lain berperawakan tinggi dan hidung bak menara Eiffel yang menjulang.

‘Tunggu, telingaku merasakan kejanggalan di sini,' pikirku sejenak.

Direktur rumah sakit di sampingku ini hanya tertawa renyah dan justru merangkul bahuku mesra, “Makanya, Mike cepatlah menikah atau kau akan menjadi bujangan tua.” Tawa mereka menggema di sepanjang lorong  menanggapi Sebastian yang kini ikut bergurau.

“Nyonya, bagaimana bisa anda mendapatkan hati  Profesor?" celetuk salah seorang wanita berjas dokter di sana, aku hanya tersenyum kikuk hingga kilasan balik di hari perjanjian idiot itu teringat kembali, membuatku mengerjapkan mata beberapa kali mencoba melupakan memori memalukkan itu.

“Dia melamarku terlebih dulu,” ucap Sebastian gamblang diikuti senyum manis hingga aku dapat melihat lubang di kedua sisi pipinya. Aku menepuk bahunya membuat pria pirang itu terkejut dan memasang tatapan polos seolah tak mengerti apapun.

Aku menggigit bibirku keras. Seratus persen aku yakin wajahku sudah seperti kepiting rebus, reflek  saja aku memukul bahunya pelan lagi dan berjalan lebih dulu.

‘Tuhan aku tak kuat menahan malu lebih lama.’

“Lho … kan benar kau yang bilang, ‘ Cintailah aku jadilah sua-” melangkah kilat, aku segera membekap mulut pria pirang yang menyebalkan ini.

Demi apapun pasti kami sudah seperti pasangan gila, aku langsung menyeret Sebastian untuk pergi dengan rentetan omelan andalanku menemani perjalanan kami menuju ruangannya, bahkan aku tak peduli meskipun iblis sialan ini harus membungkuk karena perbedaan tinggi kami sewaktu aku menyeretnya.

“Aku berharap hubunganku seromantis direktur dengan istrinya,” kagum Mike histeris dan menutup wajahnya mengalihkan pandangan dari dua insan yang baru saja berbelok menuju lift.

“Nyonya Dayton sangat pemberani ya? Ia melamar  profesor Sebastian lebih dulu lho ...” sambung si dokter wanita yang segera diikuti anggukan ketiga dokter yang lain.

*****

            Ruangan Sebastian adalah ruangan yang hampir sebesar appartemen studioku. Jangan lupakan interior hitam putih kesukaannya yang ternyata masih ia pertahankan di ruang kerjanya ini. Aku memperhatikan tulisan di atas meja yang menunjukkan identitasnya dengan jelas ‘  direktur ’ begitulah bunyi tulisannya.

Saat ini aku telah berada di ruangan pria pirang yang sedang sibuk menerima telfon dengan seseorang di seberang sana. Merasa lelah akhirnya aku memilih duduk di sofa beludru berwarna hitam dan berselancar dengan ponsel yang baru saja kudapat dari suamiku ‘tersayang’. Iblis abad ke-21 itu berkata,’ Kau adalah istri dari direktur rumah sakit terkenal dan kau menggunakan ponsel buntut begitu?’

Dan selanjutnya ia memberikan ponsel keluaran paling terbaru, dasar iblis tajir.  Iris hazelku sibuk naik turun melihat postingan seseorang hingga ponselku tiba-tiba melayang dan aku dapat melihat wajah tampan nan rupawan si pirang.

“Ah, jadi dia ya mantan kekasihmu? Aku jauh lebih tampan.”

Sebastian duduk di sebelahku membuat sofa yang sedang kududuki berguncang karena  pria ini duduk seenaknya sendiri. Aku hanya memutar mata dan mencoba meraih ponselku, hingga teringat satu pertanyaan yang sejak tadi mengganjal dibenakku.

“Sebastian, bagaimana bisa orang-orang seperti mengenalku sudah lama menikah denganmu?” tanyaku tanpa melihat iris legam pria di hadapanku yang sepertinya tengah berpikir.

“Aku hanya merubah ingatan mereka, itu saja.”

Berkedip berulang kali, aku masih mencoba mencerna ucapan pria di hadapanku. Benar, pria ini bukanlah manusia. Akal seorang manusia hina sepertiku tidak akan dapat memahaminya, sehingga aku hanya ber-oh-ria dan kembali duduk di sampingnya.

“Kapan kita akan memulai permainan pertama?”

Sebastian hanya mengangkat kedua tangannya dan tanpa seijinku pria pirang ini telah meletakkan kepalanya di atas pahaku ⸻ sekarang beralih fungsi sebagai bantal. Aku hendak protes namun ia meletakkan jari telunjuknya di hadapan bibir tipisku.

“Itu terserah padamu, kau adalah Nyonya Dayton. Semua berada dalam genggamanmu dan aku adalah bidakmu,” tuturnya tenang dan mulai memejamkan mata, sementara aku masih berpikir keras.

“Bahkan jika sekarang apa sudah bisa?”

Sebastian membuka matanya lalu mengulas senyum miring dan melirik ke arah pintu sesaat, “ Tentu aku sudah menyiapkan panggung utama untu kita pagi ini.”

Pria itu mengambil ponsel berwarna hitam miliknya dan menunjukkan salah satu pesan di sana dari kontak bernama ‘ asisten’.

Sepertinya kontak yang mengirimkan pesan adalah sang asisten, Felix. Dalam pesannya pria itu bertkata, ‘ Nyonya Oswald tengah dalam perjalanan untuk melakukan meeting bersama anda pada pukul 10 pagi ini, tolong persiapkan langkah pertama anda dengan baik,  sebelum panggung pertama siap.’

Menganga tak percaya, bagaimana bisa seseorang sepertinya tiba-tiba saja sudah menyiapkan rencana untuk memulai proyek yang baru saja disusun pagi tadi. Pria yang tak lain adalah sang iblis itu mengendik santai, wajahnya seolah berkata,‘ Of Course, aku tau aku hebat.’

“Apa yang sudah kau rencanakan hingga bergerak terlebih dahulu tanpa perintahku?” tanyaku dengan suara tegas pada sang iblis yang sudah menunduk sembari mengulas senyum.

“Mohon maaf atas segala kelancangan saya, Nona. Saya hanya ingin mengesankan Nona dengan kesan pertama ini.”

Benar apa kata si pirang ini, dan ia berhasil!

 Bukankah ini bisa jadi kesempatan emas bagi kami, tepat sebelum aku harus mengenalkan suami iblis tersayangku ini di hadapan seluruh keluarga besar Oswald. Setidaknya kami harus bertemu sebelum mereka melakukan meeting layaknya sebuah ketidaksengajaan.

Mereka pasti akan segera menjilat ujung sepatuku hanya agar acara mereka dapat membentuk citra perusahaan yang baik, dan kakak sulungku itu akan dikenal sebagai sosok wanita cerdas, rendah hati dan dermawan.

“Tidak apa-apa, aku cukup puas dengan hadiahmu. Lalu apalagi? Apa yang harus aku lakukan saat kalian bertemu di kantor?”

Sebastian menyisir rambutnya ke belakang dan melonggarkan sedikit dasinya. Selanjutnya yang dilakukan si pirang ini adalah menggeser duduknya agar semakin dekat padaku, aku hanya mengerjap kaget karena tingkah anehnya ini.

“Mari kita mulai tugas pertama Nona sebagai seorang Istri, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku akan ikuti alurmu.”

Aku berpikir sejenak perasaan khawatir menelusup masuk membuatku berakhir mengigit ujung kuku, “Bagaimana jika aku mengancam mereka dengan proyek ke depan kalian. A-apa tidak apa-apa?” tanyaku pelan, terselip sedikit rasa takut karena ini menyangkut perusahaannya.

Sebastian mengambil jari yang kugigit dan menghentikan kebiasaanku saat gugup kemudian tertawa, "Tentu saja, aku memberikanmu segala apa yang kumiliki begitu pula denganmu bukan? Lagi pula kau adalah Istri pemilik rumah sakit ini, semua orang tidak akan ada yang berani mengusikmu.”

“Apa yang perlu kau takutkan? Kau memiliki suami tampan, kaya, berkuasa dan iblis sepertiku, Nyonya Dayton”

Apakah setiap iblis seperti ini? Manis sekaligus mengerikan!

 Kini aku mengerti mengapa seekor laba-laba dapat menjerat kupu-kupu dengan mudah dalam jaringnya. Apa yang sedang melilitku saat ini adalah jaring termanis dan paling menggairahkan bagi manusia bodoh sepertiku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status