Share

Kasih problem

Justin yang bingung pun berdiri dan bertanya. Kepala sekolah hanya meminta Justin untuk kembali duduk dan jangan berisik.

"Aku hanya meminta satu hal pada mu Justin. Tapi aku ingin kau diam dan tutup mulut mu dari yang lain."

"Aku bukan tipe manusia yang menyebar berita."

"Kau bocah dalam ramalan, dan kau harus melakukan pelatihan ... Untuk dirimu sendiri!" 

Justin tersentak mendengarnya. Ia lalu mendekati kepala sekolah kemudian melihat matanya. Justin tersenyum miring.

Justin menolak pelatihan yang dimaksud dengan kepala sekolah. Justin pun berbalik lalu berbaring di tempat tidur kemudian membaca buku komik kesukaannya. Justin meminta kepala sekolah untuk segera pergi jika tidak ada keperluan yang lain. Kepala sekolah yang tidak patah semangat, terus memohon kepada Justin hingga berlutut di hadapannya. Justin yang tetap keras dengan pilihannya, ia hanya melirik sebentar lalu kembali membaca komik.

"Kau mau apa Justin? Mau komik? Makanan enak? Atau di kasih libur selama sebulan setiap tahun? ... Apa yang kau mau akan di turuti Justin, asal kau mau ikut dalam pelatihan."

Justin yang mendengarnya merasa tertarik dengan tawaran dari kepala sekolah. Ia menutup komik nya lalu tersenyum.

"Benarkah?"

"Jika satu syarat itu kau penuhi."

Justin berdiri, "BAIK! aku terima tawaran mu. Sebenarnya aku ini bukan tipe orang yang tidak suka di paksa, tapi jika tawaran nya seperti itu ... Kurasa cukup buat ku."

Kepala sekolah sangat berterima kasih kepada Justin. Lalu Justin dengan senangnya memberikan permintaan nya yang pertama. 

TOK TOK TOK!

Pintu terbuka menunjukkan sosok perempuan yang terlihat menyeramkan untuk Justin.

Kepala sekolah memperkenalkan kalau ia adalah seorang guru khusus untuk Justin saat nanti pelatihannya. Dan kepala sekolah juga mengatakan jika Justin telah melewati masa pelatihan selama sebulan, kepala sekolah akan memberikan libur khusus dirinya selama sebulan juga. 

Justin yang menjadi semangat mengulurkan tangannya kepada perempuan tersebut. Tangan Justin tidak di sambut hangat ia sama sekali tidak membalas Justin dan hanya terdiam. 

Justin kembali menarik tangannya lalu Justin mengatakan jika dirinya ingin makan bersama Kasih, Steven juga teman-teman Kasih. 

Kepala sekolah dengan senang hati mempersiapkan nya. 

Kasih yang masih berada di depan mendengar semuanya. Steven pun masuk ke dalam kamar Justin bersama Kasih. Kepala sekolah juga guru tadi telah pergi. Justin dan yang lainnya bersiap untuk pergi ke kantin mendapatkan makanan yang enak. 

Teman-teman Kasih sudah sampai terlebih dahulu. Mereka diberitahu kepala sekolah sedari tadi. Lalu mereka pun duduk dengan rapih. 

Kepala sekolah datang lalu menepuk tangannya. Banyak orang membawa makanan di tangan dan di taruh di atas meja. Justin yang senang pun berteriak kegirangan. Musik berputar menambah kesan yang bahagia. 

Justin bergoyang kesana kemari. Semua tertawa melihat tingkahnya. Justin merasakan seperti berada di kota nya. Tiba-tiba ia teringat akan Ivan. Justin pun turun dari atas meja lalu memakan makanannya. 

Kasih mendekati Justin.

"Kau cukup baik menggoyang kan badan ya? Haha." Kasih melihat Justin yang melamun memperhatikan makanannya, "hei ... Hello!"

"Ah iya apa?"

"Kenapa?"

"Apa yang kau maksud?" 

Justin meraih makanan lalu memasukkannya ke dalam mulut serta memakannya. 

"Kau ... Tidak mendengar perkataan ku bukan?"

Justin terdiam. Ia hanya memakan makanan yang ada di depannya. Kasih melihat ke sekitar, dan sudah tidak ada yang mengawasi. Kasih menarik tangan Justin meminta Justin untuk pergi mengikuti dirinya. 

Kasih membawa Justin pergi ke luar sekolah menyebrangi jembatan. Mereka memasuki hutan yang gelap. Lalu Justin melihat cahaya yang cukup terang. Kasih pun berhenti dimana cahaya itu berada. 

Justin melihat kesekitar nya memperlihatkan setiap yang ada. Justin melihat banyak gundukkan juga batu nisan yang ada. Justin pun berlutut untuk melihat nama yang tertera. 

"Cinta ... Guin Jo Terra?" 

"Dia adik gua, nama panjang gua itu ... Kasih Guin Jo Terra."

"Nama lu unik, bahkan sangat unik."

Kasih mengelus batu nisan tersebut. Lalu ia melihat ke sebelah nya. 

"Ini teman gua ... Johnny. Dia mati setelah berusaha menyelamatkan gua."

Justin meminta maaf.

"Dulu lu dan gua sama ... Tidak bisa mengontrol emosi, dan memakan korban."

Justin terkejut dengan perkataan dari Kasih. Justin hanya bisa mendengar. Justin lalu berdiri. Kasih bertanya mengapa Justin. 

Dengan cepat Justin menarik tangan Kasih lalu pergi ke belakang pohon. Dibekap nya mulut dari Kasih. Tubuh mereka sangat dekat dengan bisa saling merasakan kehangatan satu sama lain. Jantung kasih berdebar kkencang tidak karuan. Kasih hanya bisa menatap Justin yang sedang mengintai. 

"Ada orang disana." Kata Justin.

Justin melepasnya. Kasih melihat sosok tersebut. Justin melihat orang itu menaruh bunga tepat di kuburan dari adik Kasih. Ia pun membuka tudungnya yang menutupi kepala. Kasih pun terkejut menutup mulutnya tidak percaya. Kasih yang terkejut menjadi mundur kebelakang membuat suara. 

Orang itu meihat ke arah mereka. Lalu ia pergi masuk ke dalam hutan kembali. Kasih masih seperti tidak percaya akan apa yang ia lihat. Kasih seketika menjadi diam dan muram. Ia mengajak Justin untuk pergi dari tempat tersebut. 

Mereka pun pergi dan kembali ke dalam sekolah. 

Keadaan sekolah sudah sepi karena semua berkumpul di aula. Ada pengumuman yang disebarkan karena adanya kedatangan guru baru. Justin mengendap-endap masuk ke dalam aula namun ia tergelincir membuat keributan. Justin hanya menelan ludah lalu tersenyum ke arah kepala sekolah.

"Naga terbang!"

Justin berlari pergi menuju kamarnya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status