Share

13. Siapa Ketua Velenosa

Udara begitu dingin, sedingin raut wajah Anna tengah menyimpan kesal mengetahui transaksi berjumlah besar gagal membuatnya mengalami kerugian tidak sedikit jumlahnya.

“Siapa yang melakukannya?” tanya Anna dingin.

“It-itu … Ve-velenosa,” ucap Denn terbata-bata.

“Mereka lagi?” tanya Anna mengerutkan kening mendengar nama itu, ia mencoba menenangkan diri menyilangkan tangannnya di dada, tapi tidak membuat gelas yang tengah berada ditangannya berhenti digoyangkan.

Ia memang sedikit geram tetapi mencoba bersikap biasa saja. Apalagi transaksi mereka cukup banyak, membuat kerugian hal itu membuatnya emosi. Hampir segala aktifitas yang dilakukan oleh mereka, selalu diganggu oleh Velenosa, hal itu membuatnya tidak senang.

Dari sekian banyak musuh Re’donna, hanya Velenosa-lah yang tidak bisa dijangkau olehnya.

 “Aku penasaran, siapa ketua Velenosa. Apa mata-mata kita tidak mengetahui siapa yang menjadi pemimpinnya?” Anna terdiam sejenak. “Bagaimana bisa mereka tahu penjualan kita, apa mungkin masih ada mata-mata yang tidak kita ketahui?”

Mata-mata? Denn tidak terpikirkan sejauh itu, jika masih ada pengkhianat di dalam organisasi, harusnya ia lebih mengerti itu. 

“Sepertinya apa yang kulakukan terakhir kali tidak memberi pelajaran,” ucap Anna dingin.

Kali ini ia tidak ingin mengalami kerugian besar. Gadis itu mengetuk cangkir tengah digenggamnya dengan jari telunjuk. Sejenak ia berpikir, sesuatu. “Berapa lama kau bekerja untukku?” tanya Anna.

“Tiga tahun,” Denn menjawab dengan spontan.

“Kau pasti tahu, apa yang harus kau lakukan untuk menyingkirkan mata-mata. Aku ingin kau memanggil anggota inti untuk melakukannya lagi, mereka cukup bermain-main di cabang organisasi. Aku ingin mereka kembali ke markas pusat, kecuali yang bertugas di Indonesia biarkan saja,”

Memanggil Anggota inti berarti, boss nya tengah serius dengan apa yang tengah terjadi. Denn menganggukan kepala, ia paham dengan situasi saat ini. “Aku akan menghubungi mereka,”

“Kau lebih suka ke markas, tapi kau tidak menyukai datang ke perusahaan,” sebuah suara membuat dua orang yang sedang berbicara terkejut.

“Kau ada di sini Bia,”

“Ya, kau pikir aku tidak akan datang ketika dia tidak bisa dihubungi,”

Anna tersenyum. “Kalian menyebalkan sekali, tidak pernah membiarkanku menjadi bagian dari Re’donna,”

“Kau memiliki tugas yang lebih penting dari itu, bia. Aku membutuhkanmu,”

“Kau selalu seperti itu, menyebalkan sekali,” ucap Febia sambil memanyunkan bibirnya.

“Aku lapar, bagaimana jika makan ramen?” tanya Denn sambil memegang perutnya yang terasa lapar.

Anna melangkah masuk ke dalam kamar, karena saat itu mereka berada di balkon kamar, dua orang itu mengikutinya.

“Kenapa kau datang ke sini, aku tahu kau selalu datang membahas masalah tentang organisasi itu,”

“Kenapa kau selalu mengajakku berdebat setiap aku datang?”

“Karena aku tidak suka dirimu,”

Denn menghentikan langkahku. “Jika bukan membahas organisasi aku tidak aka nada di sini,”

Anna menyilangkan tangannya melihat dua orang dihadapannya tengah bertengkar. Tidak pernah dua orang itu akur, sejak dulu ketika bertemu selalu saja ada perbedaan pendapat di antara mereka.

“Jika kalian berdua masih saja berdebat, sebaiknya kalian pulang,”

Mendengar hal itu Febia maupun Denn menghentikan perdebatan diantara mereka. “Urusan kita masih belum selesai, kita akan lanjutkan saat nona tidak ada,”

Anna tersenyum tipis. “Kalian ingin melanjutkannya di mana? Di hotel dan di atas ranjang?” tanya Anna membuat Febia tersedak akibat air mineral.

“Nona …” pekik Febia.

Jantungnya berdegup kencang, ia tidak percaya jika Anna mengetahui apa yang terjadi antara dia dan Denn, sedang pria disampingnya tampak tenang. Febia kalang kabut ketika Anna mengatakan begitu blak-blak.

“Apa kalian akan berpura-pura di depanku jika terjadi apapun diantara kalian?”

“Denn yang melakukannya lebih dulu,” ucap Febia berusaha untuk membela diri ketika hubungannya dengan Denn diketahui oleh Anna.

“Kami hanya tidur bersama, tidak lebih,” bela Denn.

Anna mengerutkan keningnya. “Yakin tidur bersama? Kalian begitu menikmati deritan ranjang dan juga …” Anna menghentikan perkataannya ketika melihat raut wajah Febia yang merah merona, dan juga Denn yang menyembunyikan wajahnya, Anna hanya bisa tertawa kecil.

“Aku tidak pernah melarang kalian berdua memiliki hubungan, atau kalian berdua tidur bersama,” ucap Anna membuat Febia melihat ke arahnya.

“Nona …”

“Kenapa? Bukankah aku mengizinkan kalian berkencan?”

Raut wajah Febia terlihat manyun. “Jangan memasang wajah seperti itu, aku tidak suka,” ucap Anna yang melihat gadis itu bertingkah manja padanya. “Hm. Aku rindu cake buatan bibi Ambar,” ucap Anna sambil menghela nafasnya.

“Semoga bibi tenang di sisi Tuhan,” ucap Febia.

“Aku suka menghubungi mereka yang bertugas di cabang. Mereka akan sampai besok, sedangkan yang dekat akan tiba beberapa jam,” lapor Denn mencoba mengalihkan pandangan.

“Kenapa menunggu waktu dua tahun lagi, untuk membalaskan dendam?” tanya Denn membuat Anna melihat ke arah pria itu.

Tidak ada yang mengerti apa yang dipikirkan oleh Anna, bahkan dua orang kepercayaannya itu. Bagi mereka Anna sulit untuk ditebak, terkadang hangat, terkadang dingin.

“Agar mereka beranggapan jika ancaman dariku, tidak akan pernah terjadi,” kata Anna sambil tersenyum.

“Aku telah mencari tahu tentang apa yang terjadi tiga tahun lalu di hotel itu. Tapi, aku tidak menemukan apapun, rekaman CCtv pun tidak ada. Kita membutuhkan seorang saksi yang mengetahui kejadiannya,”

Anna menghela napas pelan, rasa sesak menjalar diulu hatinya.

“Bagaimana dengan pria yang menyelamatkanku saat aku berusaha bunuh diri dari jembatan?”

Hanya ada gelengan kepala yang diberikan oleh Denn untuk Anna sepertinya ia butuh waktu untuk mengetahui kejadian yang terjadi.

“Perusahaan EL, menjadi investor serta pemegang saham di perusahaan itu, kenapa anda tidak mengunakan koneksi anda saja?”

“Benar, Nona bisa membuat mereka tidak bisa berkata-kata,”

“Belum saatnya,”

“Aarrgghhh … aku tidak bisa menebak apa yang nona pikirkan. Memiliki perusahaan, serta memiliki organisasi yang telah menguasai beberapa wilayah di dunia, tapi anda tidak ingin mengungkapkan jati diri pada mereka,”

“Rasa sakit yang diberikan oleh mereka, tidak bisa diukur oleh apapun. Penyiksaan yang wanita jalang itu ,lakukan padaku tidak kalian tahu bagaimana rasanya,”

Anna mengepal tangannya ketika mengingat semua perlakuan Clara ketika ia di usir dari rumahnya sendiri. Tatapan penuh kebencian sangat jelas terlihat.

“Aku ingin mereka menderita, melebihi apa yang aku rasakan,” ucap Anna sambil menatap ke arah dua orang bawahannya.

“Biarkan mereka, menikmati masa-masa kemenangan mereka,”

Denn melihat amarah, dan juga kebencian yang dipendam selama ini. Dirinya tidak pernah diceritakan bagaimana gadis itu menerima perlakuan yang harusnya tidak diterima.

Anna menikmati ramen yang di masaknya itu, begitu pula dengan dua orang di depannya.

“Nona telah memikirkannya?”

“Memikirkan apa?” tanya Denn melihat ke arah Febia.

“Menikah dengan Presdir Aderra Group—Asteroid Elang Aderra,” jawab Febia membuat sumpit yang ditangan Denn terjatuh karena terkejut.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status