SYILA pikir, mereka tidak akan bertemu lagi. Alasan itulah yang membuat Syila lebih memilih menjadi wanita murahan, daripada menjadi seorang wanita baik-baik yang menolak pernikahan.
Namun, tidak ada yang tahu bagaimana takdir.
Keduanya bertemu kembali, bahkan dengan jarak yang semakin menipis. Apakah Syila akan mengulangi malam panas itu lagi dengannya? Membayangkan saat laki-laki itu mengerang puas ketika menggagahinya, membuat wajah Syila bersemu merah.
Syila ingin mengulanginya lagi.
"Apa, sih, yang gue pikirin? Masa gue beneran jadi murahan setelah lepas p*rawan sama dia?"
Terkutuklah pada pesan mamanya, agar Syila selalu menjaga diri dan tak pernah mencoba mengecap dosa manis itu. Karena dosa itu benar-benar manis, dia tidak akan bisa berhenti begitu berani mengecap walau hanya sedikit. Saking manisnya, Syila menginginkannya lagi, walaupun ia tahu kalau apa yang ia lakukan itu dosa.
Sebagai perempuan, Syila jelas akan merugi. Selain kehilangan mahkota yang bisa ia persembahkan untuk suaminya kelak, dia juga ketagihan akan dosa si*lan yang tanpa sadar telah diperbuatnya itu.
Syila berdecak kesal. Dia melepas gaun musim panasnya dan mulai mengambil kemeja tipis berwarna merah muda dengan ukiran-ukiran daun musim gugur yang membuatnya terlihat lebih cantik. Lalu ia menyambar sebuah hot pants berwarna putih dan mengenakannya.
Tetiba saja pemisah ruang ganti terbuka dan seseorang masuk ke dalam. Syila menoleh, dia sedang mengancingkan kemejanya saat menatap sosok hitam yang kini menatap penuh kelaparan ke arahnya.
"Dasar penggoda," geraman itu membuat Syila terlonjak.
Dia baru sadar kalau orang yang bersamanya sekarang adalah Jake, laki-laki yang pernah tidur dengannya tempo hari.
"Ngapain lo di sini?!" tanyanya dengan nada tinggi. Jelas saja, ini ruang ganti perempuan. Harusnya Jake tidak kemari apalagi masuk ke biliknya. Jika dia punya moral.
"Gue nyari lo," Jake melangkah maju, menekan tubuh Syila yang tanpa sadar mengambil langkah mundur hingga membentur tembok, "kita ketemu lagi, kan? Hm, apa seratus juta yang gue kasih masih kurang, sampai lo kerja di sini?"
Syila membuang muka begitu menyadari mata Jake tengah menelanjanginya dari atas sampai bawah. Tatapan lapar yang laki-laki itu pancarkan membuat sesuatu di bawah sana gemetar. Dia ingin melakukan sesuatu pada laki-laki ini, semisal menciumnya dengan brutal dan melakukan sedikit pemanasan dengannya.
Namun, Syila ingat di mana dia berada sekarang.
Syila sudah cukup murahan sejak menolak ajakan pernikahan dari seorang Jaguar Adytama dan dia akan semakin murahan lagi, kalau dia sampai membiarkan Jake melecehkannya.
"Nggak kurang, sih. Karena duit yang lo kasih itu, akhirnya gue bisa nyewa apartemen dan gue diizinin tinggal sendiri." Syila tersenyum manis. "Kenapa? Lo nyamperin gue ke sini, bukan karena lo pengin lagi, kan?"
"Kalau iya memangnya kenapa?" Jake memiringkan kepala, bersiap mendaratkan satu ciuman di bibir Syila, tapi tangan kanan Syila segera menutup mulutnya.
"Lupain, gue nggak akan mau ngelakuin itu lagi," katanya tegas.
"Kenapa enggak?" Jake tampak tidak senang mendengarnya. "Gue rasa, waktu itu gue nggak kasar ke lo, gue juga bikin lo puas banget. Kalau masalah biaya, gue bisa bayar lo satu milyar setiap malam kalau lo mau tidur sama gue."
Syila mengangakan mulutnya. Hah? Satu milyar?
Telinganya tidak salah dengar, kan? Satu milyar hanya buat ngangkang semalaman? Ini laki, apa miliuner atau bagaimana, sih?
Syila tinggal menghitung, berapa malam yang ia butuhkan sampai dia bisa beli mobil, rumah beserta furniturnya.
Tidak akan lama. Bahkan, setahun tidak sampai, dia bisa membeli semuanya, jika Jake mau menidurinya setiap malam.
"Kenapa lo kelihatan kaget, gitu? Apa lo nggak tahu, kalau gue orang terkaya di sini?"
Syila menggeleng. Setahunya, orang terkaya di negara ini adalah keluarga Abraham, lalu Geralda, Arnold, Gunawan, baru Tjandra. Keluarga besarnya berada di urutan keempat, dan itu sudah sangat luar biasa sekali menurutnya.
Namun, Jaguar mengaku sebagai orang terkaya di negara ini, itu berarti ....
"Sejak kapan keluarga Adytama ngalahin keluarga besar Abraham dan keluarga besar yang lain?" tanya Syila, tanpa bisa menutupi rasa penasarannya.
"Sejak lama," Jake menyeringai kecil, karena ternyata perempuan di hadapannya ini tahu tentang struktural orang terkaya di negara ini, "keluarga gue nggak pernah menyebutkan jumlah kekayaan aslinya, karena sebagian besarnya menjadi mafia."
Syila berjengit mendengar kata terakhir yang keluar dari bibir Jake. "Mafia?"
"Hm."
"Lo juga?"
Jake tersenyum kecil. "Gue enggak, hanya beberapa." Jake menyeringai. "Gue lebih suka bisnis biasa, perusahaan, hotel, kafe, resto, vila, dan masih banyak lagi. Kalau diurutin melalui daftar, keluarga Adytama ada di urutan nomor dua puluh, tapi semua itu kekayaan gue sendiri, bukan punya keluarga besar Adytama."
Syila menatap Jake tak percaya, tapi laki-laki itu terlihat begitu mantap saat menjelaskan soal kekayaannya. Jika apa yang dia katakan memang benar, maka Syila baru saja menolak calon suami paling berkualitas yang pernah ada.
Ah, sial!
"Syil, lo belum selesai juga?"
Syila tersentak, dia mendorong Jake agar tak menghalanginya untuk keluar. Namun, Jake meraih tangannya dan menaikkannya ke atas kepala, begitu Syila menoleh hendak memprotes, Jake langsung membungkam bibirnya dengan ciuman panas.
Ini salah, Syila tahu ciuman ini salah, tapi Syila tidak bisa menolaknya. Ahhh, persetan dengan harga diri, Syila menikmati ini.
Jake tiba-tiba saja melepaskan ciumannya. "Nanti gue ke apartemen lo, gimana?"
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Syila hanya mengangguk-angguk sambil bergumam samar.
"Good, kasih gue service memuaskan, ya, Arsyila."
Jake keluar dari bilik ruang ganti dan membuat Adam yang menunggu di luar mengernyitkan dahi. "Abis ngapain aja lo sama Syila?"
Jake menyeringai. "Rahasia."
Sedangkan Syila merasa kakinya lemas. Sial, benar-benar sial, bagaimana dia bisa menjadi semurahan ini sekarang? Bagaimana kalau mamanya sampai tahu? Bagaimana kalau kakak si*lannya juga tahu?
"Arghhh, mereka nggak boleh tahu!"
____
Pertama kali bikin tokoh cewek kayak gini. 😳😳😳
SYILA mengernyitkan dahi saat Jake mengikuti langkahnya dari belakang. Bukannya apa atau bagaimana, tapi penampilan Jake terlihat lebih menyeramkan dari kelihatannya.Jake memakai hoodie hitam dengan penutup kepala terpasang, ditambah kacamata hitam, tak lupa masker hitam yang menutupi mulut serta hidung mancungnya. Sudah mirip penguntit yang sedang mencari mangsa."Bang!""Lo manggil gue?""Iyalah," dengkus Syila yang merasa kesal, "manggil siapa lagi kalau bukan lo, Bang. Kan cuma lo yang lagi jalan sama gue."Jake berdeham. "Soalnya, baru kali ini ada yang manggil gue abang. Rasanya, agak gimana gitu.""Kalau gitu, gue manggilnya apa? Masa iya manggil Jake doang?" Syila mencibir, "Sekalian aja ditambahin abang, jadi abang ojek gitu."
HARUSKAH Jake mengumpat keras-keras sekarang? Dia sudah berada di ujung tanduk, tapi perempuan yang sedang ia gagahi malah sibuk lirik-lirik pintu kamar dengan wajah takut. Ditariknya wajah Syila agar kembali menatapnya, lalu ia bungkam bibirnya dengan ciuman maut.Jake harus mendapatkan pelepasannya sekarang atau dia akan uring-uringan seharian. Kalau saja dia bisa main solo atau menyewa j*lang lain setelah pulang dari sini. Namun, ia ingat betul saat miliknya tiba-tiba saja berhenti berfungsi saat ia sedang mencoba tidur dengan wanita lain.P*rawan sialan!"Ugh Bang, ada tamu di luar," kata Syila sembari mendesah atas kenikmatan yang ia berikan."Sssttt, abis ini."Jake memompa miliknya semakin cepat sampai keduanya sama-sama mencapai kulminasi, lalu Jake menarik diri. Syila sendiri langsung bangkit dan bergegas menuju almari, mengeluarkan pakaian tidurnya lalu mengenakannya
SYILA menatap penampilannya sekali lagi sebelum membuka pintu. Sosok perempuan berambut pirang panjang melewati punggung berdiri di depannya sambil berkacak pinggang."Gue nungguin elo buka pintu sampai lumutan, tahu. Abis ngapain aja lo di dalam? Berendam?"Syila nyengir kuda. Dia merasa bersalah, tapi perempuan ini juga bersalah. Gara-gara dia, Jake kabur lewat beranda——semoga dia tidak mati saja, karena Syila belum menerima uang satu milyar yang dijanjikan Jake padanya."Kak Mika ngapain ke sini?""Ngapain-ngapain," sungut Mika yang langsung menerobos masuk. Hidungnya mengendus-endus aroma yang tak asing dan dia lantas menatap Syila horor. "Lo bawa cowok ke sini?"Syila menggeleng cepat, panik, dia tanpa sadar mengambil langkah mundur."Iya? Lo bawa cowok ke sini?" Mika melotot tajam. "Kalian ngapain aja? Heh, kalau Om Raffa sampai tahu gimana? Lo masih ada o
Selamat ....Jake akhirnya bisa menghela napas lega setelah berhasil lolos dari maut. Untung saja Jake ingat, kalau apartemen temannya berada tepat di sebelah apartemen Syila, kalau tidak?Dia pasti sudah dikebiri sama orang tua Syila.Jake mencari-cari ponselnya di saku dalam hoodie-nya, tapi tidak ada. Dia mencari di saku celana jinnya, tapi tetap tidak ada."Ponsel gue di mana?" tanyanya seraya bangkit dan meraba-raba tubuhnya sendiri.Mencoba mengingat-ingat, dia yakin kalau dirinya hanya melepas hoodie-nya di apartemen Syila saat mereka hendak bercinta. Hanya di sana, itu berarti di apartemen sebelah."Masa gue ngelompatin beranda lagi buat ngambil ponsel doang?" Jake mendengkus. "Besok ajalah, lagian, kalau orang tuanya nginep malah bahaya ntar gue."Jake menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan langsung selonjoran kaki d
"MUKA lo kusut banget," adalah komentar pertama yang Jake dapat di pagi hari, "abis mimpi buruk?""Hm."Jake menguap lebar, lalu mengusap wajahnya kasar. Dia sudah meminta asistennya untuk mengambil pakaian baru dari apartemennya, tapi dia tetap tak merasa bergairah. Dia malas melakukan apa-apa, padahal, siang sampai malam nanti ada jadwal syuting episode lanjutan dari serial drama yang dibintanginya.Jake mengumpat, dia menuju kamar Rein, tapi sebelum benar-benar menghilang, Jake berpesan, "Kalau Dio ke sini, suruh dia letakin barang-barang gue di kamar, ya?""Lo ada jadwal?"Jake tak membalas, dia masuk ke kamar mandi dan memilih berendam dengan air dingin. Pikirannya kembali menerawang. Bayang-bayang tubuh indah Syila yang berada dalam kungkungan tubuhnya membuat Jake sangat ingin memilikinya kembali.Sebenarnya itu mudah, Jake hanya perlu ke beranda aparteme
BEBERAPA hari ini, Jake tidak pernah kemari. Antara Syila ingin merindu atau bersyukur, karena dengan absennya laki-laki itu dia bisa melupakan sedikit waktu yang pernah mereka habiskan bersama.Jujur saja, pengalaman pertama memang tidak bisa dienyahkan dengan mudah. Bahkan sampai sekarang, bayang-bayang percintaan panas mereka kerap menghantui malam-malamnya.Namun, Syila mencoba bertahan. Demi harga dirinya dan harga diri keluarganya. Dia tidak akan menjadi murahan dan mencari di mana Jake sekarang.Itu mengapa, kini dia fokus pada karir yang baru dirintisnya. Sesuai perkiraan Adam, wajah Syila mulai terkenal sejak debutnya bersama aktor tampan Veroga Arizki.Ngomong-ngomong soal Rizki, Syila jadi sering berhubungan lewat WhatsApp dengan laki-laki itu sekarang. Hal itulah yang kadang juga membuat perhatian Syila dari Jake agak teralihkan. Walaupun mereka tidak bertemu secara langsu
"YANG tadi Jake bukan?"Syila mendengkus. "Iya.""Lo dekat sama dia?" tanya Rizki penasaran."Enggak."Syila langsung membuang muka begitu Rizki memperhatikan wajahnya. Namun sayangnya, Rizki masih sempat melihat sudut bibir Syila yang berdarah. Rizki tidak perlu menjadi pintar untuk tahu alasan mengapa bibir Syila bisa sampai berdarah, karena jawabannya hanya satu, Jaguar Adytama pelakunya."Bibir lo berdarah," kata Rizki sembari menyodorkan tisu di dashboard pada Syila, "seka dulu, takutnya parah.""Emang berengsek banget itu cowok," geram Syila sembari mengusap bibirnya dengan perlahan. Rasanya sakit dan perih. Kalau dia bertemu lagi dengan Jake, Syila bersumpah akan menggigitnya sampai berdarah."Perlu ke rumah sakit?"Syila menggeleng. "Langsung balik aja, deh, besok gue juga nggak ada jadwal, jadi aman-aman aja."
"LEPASIN gue berengsek!" Syila memukul-mukul bahu Jake yang sedang melengkung di atas tubuhnya dan menciumi lehernya.Laki-laki itu bagaikan sedang berpesta dengan menciumi seluruh bagian tubuh Syila dengan paksa. Bahkan Syila merasakan ciuman Jake begitu keras, bahkan hisapannya di lehernya lebih keras dari yang pernah Jake lakukan padanya.Apa nanti akan membekas?Syila yang panik langsung memukuli kepala Jake tanpa berpikir dua kali. Jake menggeram, matanya yang berkabut membalas tatapannya dengan tajam."Lo kasar, gue bisa lebih kasar lagi, Syila.""Berengsek! Lo nggak punya cewek lain apa sampai mau merkosa gue segala?""Nggak, gue cuma mau sama lo, cewek sialan!"Jake melajukan tangannya untuk mulai melucuti kemeja Syila, lalu turun ke celananya. Begitu dia hendak membuka ritsleting Syila, perempuan itu menjerit panik."Jagu