Share

3

Malam itu kedua pasangan ini mendapat undangan makan malam dari teman lama Jaeran, meski Rosa mengenalnya jelas perempuan bergaun maroon itu terlihat begitu tak bersemangat. Lelaki yang berdiri disamping sang isteri tentu menyadari perubahan ekspresi wanitanya, Jaeran menghentikan langkahnya kemudian menatap seksama perubahan kondisi isterinya. "Rosa, kamu sakit?" Perempuan itu menggeleng lemah. Jelas sekali perempuan itu berbohong, Jaeran melanjutkan langkahnya dan terus menggenggam tangan sang isteri.

"Kamu duluan ajh, Na. Aku cari air dulu, ..." Jaeran tampak ragu melepas sang isteri, dengan berat hati lelaki itu melepaskan tautan mereka.

"Aku ambilkan saja," Rosa menggeleng untuk menolaknya.

"Gak apa, aku bisa." Jaeran tak yakin Rosa terlihat fit saat ini, wajah lemasnya begitu tergambar sekali. Karena khawatir pemuda itu memilih untuk mengikutinya, saat lagi berjalan tak sengaja Jaeran menabrak salah satu teman sekolahnya. Dan orang tersebut menyadari akan kehadiran pemuda itu.

Rosa tak benar-benar mencari air minum, ... perempuan itu berjalan ke arah kamar mandi dan berdiri di depan wastafel. Saat menatap pantul dirinya, sebuah cairan bening mengalir begitu saja, wanita itu menghapus dengan cepat. Ia menghubungi Herina dan meminta agar wanita tersebut datang ke kamar mandi. Rosa menahan rasa sakit dikepalanya yang menyerang begitu saja, tentu itu tak akan bereffek jika Jaeran tak membawanya ke acara hari ini. "He, .... Rina," tukas dengan lemah pada sang lawan bicara.

"Rose, kamu kenapa? Ada apa dengan suaramu, ..." respon Herina cepat dan berjalan dengan terburu-buru ke arah kamar mandi. "Rosa, kamu masih dengar aku kan? Jangan matikan sambungannya," namun belum terjawab sambungan sudah terputus secara sepihak. Herina berdecak kesal lalu berlari ke arah kamar mandi.

Ketika Herina asampai kamar mandi betapa terkejutnya wanita tersebut, suaranya begitu keras dan pecah. Herina langsung berlari menghampiri sosok perempuan yang tergeletak di atas lantai, perempuan itu mencoba menyadarkannya namun hasilnya nihil. Herina mencoba untuk menghubungi Jaeran tetapi nomornya tidak aktif, karena kesal, perempuan tersebut menghubungi Jerome. Jaeran melirik arlojinya dengan begitu cemasnya, mendadak perasaannya bergejolak tak enak. Pemuda itu selalu memandang ke arah sang isteri pergi, saat mau mencarinya sebuah pesan masuk dari Herina. Manik legam lelaki membeliak kaget dan perasaannya berkecamuk, Jaeran berlari sekuatnya. Saat sampai disalah satu kamar, Jaeran membuka pintu itu dengan kasar. "Rosa!?" Pekik lelaki itu dengan lantang. "Apa yang terjadi?"

"Ke mana saja kamu!!" Ketus, Herina yang ditatap oleh Jerome. Jaeran tentu tidak kaget dengan kehadirannya karena Herin telah memberitahu segelanya, itu dapat ia pastikan dari cara Jerome memandangnya telak.

"Aku tidak tau, kalo hal ini akan terjadi. Sungguh Rin. Dia hanya meminta izin untuk mencari minuman, ... itu saja," jelas, Jaeran yang terluka melihat sang isteri kembali tak sadarkan diri. Herina melengang pergi dan tersisa mereka berdua yang sama-sama menatap sendu seorang wanita yang lagi terkulai lemas tak sadarkan diri.

"Mas," sapa Jerome memecah keheningan di antara mereka.

"Jangan macem-macem, dia kakak ipar loe, ..." kecam Jaeran yang membawa Rosa pergi darisana. Jerome mengusak surai frustrasi, tentu ia tak akan mau mengalami hal seperti ini, mencintai yang menjadi milik kakaknya.

Jerome ikut melangkah dibelakang Jaeran dan masuk ke dalam mobil yang sama, pemuda itu tak banyak bicara. Saat berada di dalam rumahpun keduanya hanya terdiam seraya menunggu sang isteri terjaga. "Tugas loe di sini, buat rawat Rosa sampai sembuh. Disaat waktunya nanti gue harap loe jangan pernah muncul dihadapan Rosa lagi." Tegas, Jaeran yang menciptakan kerutan di dahi Jeno.

"Loe bisa bilang kaya gitu mas, tapi loe tau sekuat apapun loe misahin gue sama kak Rosa. Gak akan berpengaruh banyak karena kita iparan dan loe masih menjalin hubungan dengannya." Jaeran menggeram kecil, lelaki itu hampir melayangkan tinjunya.

"Apa maksud loe---" ucapannya terputus saat mendengar namanya dielukan oleh sang isteri.

"Na, ..." Jaeran menahan emosinya lalu berjalan masuk ke dalam kamar, Rosa hampir menangis ketika melihat Jaeran sangat mengkhawatirkan dirinya.

Perempuan menghapus jejak bening dipipinya, kemudian tersenyum tipis. Jaeran menghela berat dan mengecup surai sang isteri bertubi-tubi. "Hm? Aku di sini, jangan takut."

Rosa menyadarkan kepalanya pada dada bidang sang suami, perempuan itu menatap lurus di mana tempat Jerome berada saat ini. Jaeran yang menyadari hal itu mendengkus tak suka, dan mengalihkannya pada manik legamnya itu. "Pusing," lelaki itu memijat kepala sang isteri dan membenarkan posisinya. "Pembacaku berkurang," adunya, sontak membuat pria itu tergelak kecil.

"Nanti juga ada lagi, jangan terlalu memikirkannya kalo udah rezeki pasti laku kok bukunya." Lembut Jaeran dan menghentikan tangannya. Sungguh, pijatan tangan sang suami tak ada duanya.

"Na, sedang apa Jerome di sini?" Jaeran mengikuti arah pandang Rosa, lalu menatap manik legam isterinya dengan penuh suka cita.

"Dia yang merawatmu nanti, ..." ujar, Jaeran seraya memainkan ponselnya. Rosa yang merasa perhatiannya terbagi membuang pandangannya pada Jerome yang sedang sibuk dengan proposal. Jaeran yang merasa jika sang isteri bergerak akhirnya menurunkan ponselnya dan mengunci tubuh Rosa agar tidak bisa ke manapun. "Mau ke mana hm?" Bisik pria itu seduktif. Rosa menggeleng kepalanya pelan lalu menatap Jerome lagi yang seperti sedang kesusahan.

"Hngg, ... Na, jangan." Lenguhnya yang merasa kulitnya diusap dengan intim oleh sang suami. Jaeran tersenyum manis, karena untuk pertama kalinya Rosa tak menolak sentuhannya. Sang isteri menggeleng pelan dan memberikan isyarat bahwa ada Jerome ditempat itu.

"Memang kenapa jika ada Jerome?" Ucap Jaeran deep voice dan sontak saja, membuat bulu yang ada ditubuh perempuan itu berdiri seketika. Jaeran menjilat daun telinga sang isteri yang membuat Rosa menggeliat geli, kemudian lelaki itu mengigitnya. Rosa menahan suaranya agar tidak begitu kentara menikmati sentuhan sang suami.

Jaeran menghentikan aktivitasnya dan membuat Rosa merasa kecewa, diikutinya arah pandang sang suami. Jaeran terlihat menutup pintu dan mengunci pintu tersebut. "Bukan, gitu ... Na, aku malu jika melakukannya dihadapan orang lain," Jaeran terkekeh geli dengan tingkah polos sang isteri.

"Maka itu kan? Aku menutupnya," Rosa merasa sekujur tubuhnya bermandikan keringat. "Kamu gak lagi nolak aku kan?" Curiga Jaeran yang membuat perempuan itu terdiam untuk beberapa saat seketika ucapan sang adik ipar terngiang begitu saja. Rosa menggeleng lemah dan membenarkan posisinya.

Sang suami sangat tau ritme permainan ini, "j-jangan kasar ya ... Na," cicitnya takut dan hanya dibalas anggukan pelan oleh Jaeran. Rosa yang mulai menutup matanya tak merasakan pergerakan dari sang suami. "Ada apa?"

"Kalo kamu takut, aku---" Rosa menggeleng kuat lalu dengan segenap keberanian yang ada perempuan menyambar bibir sang suami. Jaeran yang sempat terkejutpun langsung menguasai ritme itu, pemuda itu memperdalam cumbuan mereka.

Jaeran menuruti keinginan Rosa yang tidak bermain kasar, lelaki mengusap punggung sang isteri yang sontak saja membuat Rosa terus mengelukan namanya. Pemuda itu begitu senang saat mendengar namanya dielukan puja oleh sang isteri, tangan besar Jaemin berpindah ke lain pusat tanpa melepas pangutan itu. Rosa mengusap pelan perut rata berbentuk milik Jaemin, lelaki itu mengarahkan tangan sang isteri pada bagian dalam miliknya. Terlihat sekali Jaemin sangat lihai dalam melakukan hal itu, meski tau mereka butuh oksigen pemuda itu tetap tak melepas pangutannya dan memberikan oksigen miliknya pada sang isteri.

Rosa memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan Jaemin saat pada bagian intimnya, tiba-tiba saja sang suami menanggalkan pakaiannya. "Na, itu yang keras apa?" Pemuda itu terkikik mendengar pertanyaan polos dari Rosa.

"Milikku," respon Jaeran seadanya. Perempuan itu masih belum begitu paham, hanya mengangguk saja. "Kesayangan aku polos banget, ..." celetuk, lelaki itu yang menandai leher sang isteri dan itu membuat Rosa meringis kesakitan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status