Share

4

Aisya menatapi wajah Jerome yang terlihat begitu frustrasi berada dikediaman kakaknya itu, perempuan itu mendengus geli saat mengubah pandangannya ke arah dua manusia yang sedang bermesraan. Aisya tau bagaimana perasaan lelaki yang ada disebelahnya itu, sangat tau. Perempuan menepuk pelan pundak Jerome yang lagi termenung sendiri. "Apa loe tuh gak bisa move ke cewek lain gitu, Jer. Itu ipar loe sendiri lho, ..." dengus perempuan tersebut.

Helaan berat keluar begitu saja dari lelaki yang mengurus surat-surat perpindahan kerjanya. "Gue gak ngerti lagi, Ai. Semua udah gue coba. Pacaran sama Mia, menerima perjodohan nyokap, sampai tunangan sama Hilda juga. Tapi gue gak ngerti sama sekali, ... waktu kemarin kak Rosa pingsan dengan tanggap gue tinggalin semuanya. Loe bayangin ajh, gue yang lagi sibuk meninggalkan semuanya cuma buat dia doang, sedangkan Hilda yang selalu minta gue temani gak ada waktu sedikitpun." Jelas Jerome yang kembali menatap sendu keluarganya itu, Aisya mengembuskan nafas prihatin sampai Rosa datang membawa air untuk mereka berdua dan juga diikuti oleh sang suami dibelakangnya.

"Rose ayo nanti kamu telat," tarik Jaeran yang sedari tadi mengusik sang isteri, namun perempuan tak menanggapinya sama sekali.

"Bentar, Na. Lagi ada tamu juga, kamu manja banget sih." Tukas Rosa yang berjalan menaiki tangga. Jerome yang awalnya berbicara langsung mengatupkan bibirnya rapat, lelaki itu tau jika kakaknya sudah berada di sana dan terdapat hawa dingin yang menyelimuti mereka. Itu tanda ketidak sukaan Jaeran yang semakin kentara.

Suasana canggung datang tiba-tiba, Lami yang entah darimana masuk tanpa mengetuk pintu. Langkah gadis itu mengarah ke kamar kakaknya tersebut, Lami berniat meminta maaf pada Rosa karena telah membuat sang kakak jatuh sakit. "Kakak diataskan?" Tanya Lami pada Jaeran dan hanya dibalas anggukan tanpa menoleh sedikitpun.

Lami melangkah pelan lalu mengetuk pintu kamar kakaknya itu, "kak," ucapnya, memelan. Rosa membukakan pintunya lalu kembali berjalan ke meja rias.

"Bukannya kamu bilang ketemu di venue?" Ujar, Rosa yang memerhatikan sang adik dari cermin riasnya. Lami mengangguk lalu menunjukkan sesuatu yang membuat raut wajah perempuan yang duduk di depannya berubah. "Lami, kalo kamu ke sini cuma mau bahas Nanda lagi. Lebih baik kamu pergi," Lami terkejut dengan penuturan sang kakak.

"Bukan itu yang aku maksud, aku mau minta maaf pasal kemarin. Aku bener-bener nyesel udah ungkit itu ..." Rosa menatap manik adiknya yang mulai meneteskan air mata penyesalan. Perempuan itu merengkuh tubuh adiknya lalu mengusap pelan jejak air mata milik Lami. Sesaat semua seperti tentram dan terkendali, akan tetapi keadaan berubah ketika Lami mengatakan kabar selanjutnya. "K-kak," gugupnya yang meneguk salivah kasar.

"Kamu gak perlu gugup gitu, ngomong ajh. Ada apa?"

"Dia udah kembali," Rosa mengernyit heran kemudian melepaskan rengkuhannya. "K-kak Nanda datang membawa lamaran untuk kakak, ..." cicitnya memelan ketakutan, raut wajahnya berubah. Terkejut, emosi, marah dan kecewa semua berkecamuk jadi satu Lami yang melihat sang kakak memegangi kepalanya berdiri dan menutup mulutnya.

Gadis itu bingung harus melakukan apa, Lami mendekat ke arah kakaknya yang malah berdiri dari meraih gunting di atas meja. "Kamu tau kan dia hampir bunuh aku?" Lami mengangguk pelan lalu melangkahkan kaki perlahan.

"Dengerin dulu---" Lami di dorong hingga tubuh gadis itu terlempar pada kaca rias milik Rosa dan menimbulkan suara bising.

"DIA MAU BUNUH AKU!!!!" Jerit Rosa yang mampu terdengar hingga ke bawah, Jaeran menoleh dengan cepat begitu pula dengan orang-orang disekitarnya.

Lami mengakui ia melakukan kesalahan dengan memberitahu kabar itu, gadis itu mencari obat sang kakak yang biasanya ditaruh di dalam laci. "Mana obatnya, ..." lirihnya kesal. "Kak sebentar dengerin dulu!" Tukasnya menyela.

"DIA MAU BUNUH AKU!!?" lengkingan itu semakin menjadi hingga Rosa hampir melukai dirinya lagi, dengan cepat Lami menahannya dan terkena pinggul gadis itu. Sreett. Gadis menahan rasa sakit dipinggulnya kemudian memeganginya seraya menahan tangan sang kakak.

Jaeran masuk bersama Jeno dibelakangnya, pemuda itu langsung berlari ke arah Rosa yang terus histeris menyebut nama Nanda. Lami terduduk lemas memandangi kondisi sang kakak terlihat begitu menyedihkan, nafasnya terengah dan tanpa sadar air matanya kembali menetes. Setelah agak lebih tenang, Rosa menjatuhkan gunting itu lalu memeluk sang suami. "Aku, ... menyakiti Lami," Jaeran menggeleng lalu mengusap lembut surai perempuannya. Jerome menghela lega, kemudian melengang pergi meninggalkan keduanya di dalam kamar.

"Jangan bahas topik yang berkaitan dengan orang dimasa lalu kak Rosa," jelas, Jerome yang menimbulkan kerutan bingung dari Jaeran dan Lami.

"Lho, kenapa? Bagaimanapun kakak berhak tau," sergah Lami tak terima.

"Bukan seperti itu," Jeno memandang kedua bergiliran sedangkan Jaeran terpaku diam tak berkomentar, lelaki tersebut mengerti arah pembicaraan mereka saat ini. "Hal yang seperti bisa menimbulkan effek yang panjang, ... jadi jangan bahas itu berulang kali." Lami terdiam lalu menatap Jaeran tak percaya, sedangkan pemuda tersebut menatap kosong sang isteri.

"Maksud loe kakak gue gila?!" Pekiknya tertahan dan itu sontak saja membuat Jaeran menoleh memincingkan matanya tajam pada Jerome.

"Bukan gila Lam, mental break down, ... mas Nana pasti paham." Jerome melirik sang kakak yang lagi menatapnya sinis, Jaeran berdiri dan melangkahkan kakinya memasuki ke area dapur.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ujar Jaeran dengan nada yang cukup datar. Jerome sebenarnya berat mengatakan hal ini, namun itu harus ia lakukan.

"Membiarkannya melakukan hal yang ia suka, ..." lelaki yang berada di dapur itu berdecih. Lalu menatap nyalang adiknya itu, Lami sendiri bingung apa yang sedang terjadi pada keduanya.

"Dengan membiarkan loe dekat-dekat sama isteri gue? Gak usah mimpi!" Jaeran melengang keluar rumah setelah meletakkan air buat Lami, gadis itu hanya termangu mendengar pertengkaran kakak beradik di depannya.

Jaeran mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, saat ini yang ia butuh hanya angin segar saja. Pemuda itu memasuki sebuah cafe dan tak sengaja menabrak seorang wanita anggun, ... Jaeran dengan gentlenya meminta maaf dan berlalu pergi dari hadapan si perempuan. Namun siapa sangka jika perempuan itu tertarik pada sosok dingin seorang Jaeran.

Rosa turun ke bawah tak menemui di manapun sang suami lantas ia sudah tak memiliki banyak waktu lagi sebelum pukul 10.30am. Jerome yang menyadari hadirnya sang kakak iparpun langsung mengatensikan penglihatannya pada perempuan anggun tersebut. "Ada yang liat suamiku?" Tanyanya dengan intonasi pelan. Jerome yang masih terkesima dan tak mengedipkan matanya tersentak tiba-tiba.

"Tadi keluar, ... kakak jangan banyak aktifitas dulu, kak Rosa masih butuh istirahat." Rosa tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya menyangkal perkataan pria yang duduk di depannya.

"Aku sehat, udah gak ada waktu lagi. Kak Ayu terus hubungi kakak, Jer." Jerome mendegus kecil lalu berdiri dan meraih kunci mobilnya, lelaki bermata sipit itu tak mungkin membiarkan kakak ipar tersayangnya diantara menggunakan motor. "Kalo kamu sibuk aku rasa gak perlu antar. Aku takut ganggu waktu kamu, kasian temanmu." Rosa beralasan seperti itu bukan karena ingin menolak Jerome, namun yang dikatakannya benar. Jerome terlalu sibuk diusianya yang masih terbilang muda.

"Aku free kalo buat kakak," Aisya membeliak kaget lalu menyenggol lengan kekar pemuda itu.

"Loe serius!!" Bisiknya yang tak dibalas apa-apa sama Jerome. Sepanjang perjalanan Rosa terus menghubungi nomor suaminya yang tak pernah aktif, agak kecewa karena Jaeran tak ikut dan lebih memilih pergi. Namun ia harus bisa berpikir positif tentang sang suami.

Jaeran tengah duduk bersama seseorang yang baru ia tabrak tadi perkenalannya dengan wanita itu terjadi begitu cepat. Pemuda itu tak bisa menjadi humoris atau perhatian selain pada wanitanya, Rosa. Sikap dingin yang Jaeran tunjukkan semakin membuat si wanita tertarik padanya. Akan tetapi walau begitu pria itu tetap seorang pemuda yang baik dan kebaikannya selalu disalah artikan oleh kaum hawa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status