Share

3

          “Aku akan melakukannya dengan caraku, yang ayah mau hanya cucu. Jadi masa bodoh dengan caraku mendapatkan anak ....

Alex menantang ayahnya. Menatap langsung.

          “Dan, saat aku sudah menepati apa kemaunan Ayah. Tepatilah janji itu ...

Alex berpaling dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih menatapnya dengan tatapan bingung dan tak percaya.

          “Dia pasti jadi begini karena stress kerja ….

terka Stella membela anak laki lakinya itu.

          “Dia bukan begini karena stress kerja. Manusia bekerja sewajarnya, anakmu itu! dia gila kerja, workaholicnya bukan main!!

Airlangga tersenyum kecut saat mengingat Alex. Tak pernah pulang ke rumah, memilih pergi ke Meksiko dan mengurus bisnis di sana. Pulang tengah malam, pergi pagi buta.

          “Itu yang kamu lakukan dulu di masa muda, kamu tidak ingat ... ?

Stella tersenyum mencoba menenangkan suaminya.

          “Usianya sudah matang sayang, kalau tak seperti ini. Di umur berapa kita baru punya cucu ...

ucap Airlangga dengan putus asa. Stella hanya terdiam tak menanggapi. Usia Alex memang sudah matang, pria dewasa dengan segala kemapanannya. Tapi, tak punya gairah untuk berkeluarga.

          Di sisi lain, Alex berjalan dengan langkah kesal di lorong rumah. ia baru pulang dan mendaratkan kakinya di rumah setelah penerbangan hampir dua puluh empat jam dari Meksiko dan berakhir dengan tuntutan mencari istri dan ancaman tak dapat harta keluarga.

          “Cuih! Apa dunia ini hanya ada satu masalah. Kapan menikah ....

bentak Alex pada tembok di sampingnya. Amarhnya di lontarkan pada tembok yang tak bersalah itu.

          “Kapan lulus, kapan bekerja, setelah itu mulut orang orang mulai berkicau masalah kapan menikah ...

ketus Alex lagi pada tembok di sampingnya. Yang lagi lagi, memang tak bersalah.

          “Alex .. ?”sapa Danil yang tak tau kepulangan Alex. Yang ia tau, Alex belum mendarat. Tapi sosok kaka laki lakinya itu sudah berdiri di lorong rumah.

          “Alex ... ?

sapa Danil lagi saat tak mendapat sahutan dari Alex. Alex menatap adik laki lakinya itu dengan amarah.

          “Apa ...!!

bentak Alex dengan nada tajam. Tapi Danil tak kaget, itu sudah biasa. Nada yang di pakai Alex untuk berbicara dengannya.

          “Kenapa kamu marah marah pada tembok ... ?

selidik Danil tanpa menghiraukan wajah kesal Alex. Alex semakin menajamkan matanya pada Danil.

          “Apa pedulimu, urus saja urusanmu. Biarkan aku urus urusanku sendiri ...

ucap Alex kembali berjalan dan meniggalkan Danil. Mereka berpapasan di lorong itu. Tapi Danil akhirnya paham dari mana Alex sebenarnya dan alasan apa yang membuatnya marah.

          “Kamu dari ruangan Ayah ....

tebak Danil. Dan jawabannya tepat, Alex langsung memalingkan wajahnya.

          “Kamu di tuntut untuk segera menikah ...

tebak Danil lagi dan senyum puas langsung menyergap bibirnya. Matanya berkilat jenaka. Karena melihat ekspresi kejengkelan Alex.

          “Kamu puas ... ? Karena kalau aku tidak menikah, semuanya akan berakhir di tanganmu .. ?

celetuk Alex dengan senyum yang di condongkan. Danil berbeda dengan Alex.

Wajahnya memang tak kalah tampan. Tapi ia tak terlalu seperti orang berdarah campuran. Matanya seperti mata ayahnya. Kecokelatan. Kontras dengan mata Alex yang sehijau batu zamrud.

Alex adalah representasi paras Ibunya dengan sikap ayahnya. Sedangkan Danil adalah representasi Ayahnya dengan sifat keturunan dari Ibunya. Danil lebih lemah lembut, Alex keras kepala bukan main. Kalau tak tau seluk beluk keluarga. Takan ada yang tau kalau Alex dan Danil adalah kaka beradik yang terpaut usia empat tahun.

“Alex .. Alex ....

ucap Danil dengan nada terheran heran,.

Kalau kamu di Meksiko, di Amerika sana. Kamu mungkin wajar kalau hanya melakukan one night stand....

ujar Danil menggurui. Tapi menyulut amarah Alex.

“Tapi di sini, di Indonesia. Usiamu yang menginjak dua pulu sembilan tahun. Kamu sama saja dengan bujang lapuk ....

koar Danil sembari melarikan diri. Ia tau kalau Alex sudah menyiapkan kepalan tangan untuknya, siap memukul.

“Kurang ajar ....

teriak Alex saat melihat Danil berbelok di ujung lorong dan tak terlihat lagi.

“Bujang lapuk katanya .. ?

Alex berujar dengan senyum meremehkan,.

Apa dia pikir, pesonaku tak bisa menundukan wanita manapun lagi .. ?

Alex berjalan pergi. Emosinya dua kali lipat membludaknya. Tapi ia harus menahannya. Tubuhnya terlalu lelah untuk mengejar Danil dan meninjunya setelah penerbangan seharian. Alex berjalan menuju kamarnya sendiri. Kamar dengan dominasi warna hitam dan sedikit aksen kayu dari furnitur kamar.

Alex merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.

“Menikah ...

gumam Alex dengan suara rendah.

“Bagaimana aku punya anak, aku hanya berkoar koar barusan ....

Alex kembali bangkit dan terduduk lesu di kasurnya. Ranjangnya itu bersih, Ibunya selalu membersihkan kamarnya saat tau ia akan pulang.

“Cecungut itu benar ...   diam diam Alex membenarkan ucapan Danil di lorong barusan.

“Sebentar lagi aku tiga puluh tahun, kenapa aku jadi berpikir seperti ini ...

ucap Alex frustasi. Ia mengacak ngacak rambutnya.

“Sejak kapan aku peduli dengan omongan orang orang sekitarku, apa aku sudah menjadi orang tua ....

Alex membantingkan tubuhnya lagi ke kasur. Matanya nyalang menatap ke langit langit kamarnya.

“Kalau dia tidak pergi, mungkin aku sudah punya keluarga sendiri ...

ucap Alex bergumam kemudian matanya mengerjap. Tak lama Alex tertidur. Kelelahan setelah penerbangan yang lama. Tubuhnya bergelayut lesu di atas ranjang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status