Share

Raga Adi Pradana

Sekeras apapun logikamu menolak, masih ada hati yang akan selalu menerima.

-Raga dan Lentera-

***

Dengan perasaan emosi Raga berjalan menyusuri koridor sekolah lalu menaiki tangga menuju rooftop tempat ia dan teman-temannya biasa menghabiskan waktu disaat tidak ingin berada di kantin sekolah

Mereka bukanlah anak berandal yang selalu bolos atau tawuran. Justru mereka sebaliknya, anak yang memiliki prestasi secara akademik maupun non akademik. Tapi mereka pun bukan anak cupu. Prestasi yang mereka miliki membuat semua murid menjadi takut dan segan terutama pada seorang Raga Adi Pradana. Siswa tertampan yang memiliki sejuta pesona namun juga memiliki lidah yang sangat berbisa membuat semua murid ketar-ketir jika berhadapan dengannya. Meski begitu tidak menyurutkan para siswi untuk mendapatkan cintanya.

"Ga, lo kenapa sih? Masih pagi ini Ga, udah aja lo emosian, lagian Agil keceplosan" ucap Tyo ketika sudah sampai di rooftop dan duduk dibangku bekas yang sengaja mereka susun untuk duduk menikmati angin, ia sedikit ngosngosan karena berlari mengejar langkah Raga yang cepat dan lebar.

"Pergi!" usir Raga dingin, emosinya sudah di ubun-ubun saat ini karena sikap Lentera. Ditambah lagi, Agil mengatakan hal yang paling haram untuk ia dengar.

"Gue nggak bakalan pergi, tapi gue bakalan diem, kayaknya emosi lo itu bukan berawal dari Agil, Agil cuma lagi apes aja” ucap Tyo mencoba menebak apa yang terjadi pada Raga.

Raga membaringkan tubuhnya di kursi panjang lalu memejamkan mata. Menikmati cahaya matahari yang menerpa kulit wajahnya yang putih kemerahan. Rambut hitam pekatnya tampak bergoyang karena hembusan angin.

Raga mencoba untuk mengontrol emosinya, namun bayangan Lentera di kantin tadi yang menatapnya acuh lalu kembali sibuk dengan makanannya membuat amarah Raga semakin memuncak.

Tyo mengamati wajah Raga dalam diam. Meskipun dia sama gilanya seperti Agil tapi ia lebih bisa sedikit membaca situasi jika ingin bercanda dengan sahabat batunya ini. Dari awal sahabatnya datang ke sekolah ia sudah tau jika Raga dalam kondisi mood yang tidak baik meski Raga lihai menutupinya. Tapi akan lebih idiot lagi jika ia tidak bisa memahami Raga yang sudah dari SD menjadi sahabatnya begitupun dengan Agil dan Aksa.

'Hah, Agil memang idiot.' Batin Tyo mengumpat sahabat gilanya itu.

Sepuluh menit Raga menghabiskan waktu di rooftop bel masukpun berbunyi, Raga mengembalikan ekspresi dinginnya lalu membuka mata dan bangkit untuk kembali ke kelas, tanpa menghiraukan Tyo yang tertidur pulas di sampingnya.

*Arsi*

"Dimana Tyo?" tanya Aksa begitu melihat Raga masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya yang berada didepan meja Aksa dan juga Agil.

"Gil, susul Tyo ke rooftop." ucap Aksa pada Agil yang sedari tadi cengar-cengir dengan ponsel ditangannya. Entah siswi mana lagi yang menjadi mangsa dari buaya berwujud kadal ini.

"Gil!” hardik Aksa dengan suara rendah agar tidak menarik perhatian teman sekelasnya.

"Eh, iya ada apa? Lo ngomong sama gue?" tanya Agil menatap Aksa bingung. Sedangkan Aksa sudah memberikan tatapan dinginnya, andai saja waktu bisa berputar, Aksa tidak mau punya sahabbat yang merepotkan seperti Agil. Selain tampang dan otak yang lumayan tidak ada yang bisa dibanggakan dari seorang Ragil Narendra.

"Tyo mana?" tanyanya pada Aksa. Jika dihalalkan, Aksa ingin sekali meninju sahabatnya ini dengan keras karena saking idiotnya.

"Rooftop” jawab Aksa singkat lalu mengabaikan wajah cengok Agil yang minta dihajar masal.

Agil berfikir sejenak apa hubungannya Tyo dan rooftop? Ingin bertanya sekali lagi pada Aksa, tapi sahabatnya itu sudah mengeluarkan aura permusuhan. Ingin bertanya pada Raga lebih tidak mungkin lagi, lebih baik ia pergi saja ke rooftop untuk mendapatkan jawaban dari teka-teki yang Aksa berikan.

Lihat sepintar apa Agil?

"Bukan temen gue" gumam Aksa ketika melihat Agil sudah pergi.

*Arsi*

"Yo, Tyo, yo, Tyo." panggil Agil begitu sampai di rooftop dan menepuk pelan pipi Tyo yang tertidur pulas padahal matahari sangat terik.

"Ehmm." gumam Tyo yang hanya menggeliat lalu mengubah posisinya memunggungi Agil.

"Tyoooo!!!!" teriak Agil yang sontak menbuat Tyo bangun dalam keadaan terkejut apalagi Agil berteriak tepat dikuping kirinya.

"YAAAAA, LO GAK USAH TERIAKKK JUGA, GUE KAGET ANJIRR!" bentak Tyo pada Agil yang cuma cengengesan saja melihat sahabatnya ini melotot dengan tatapan ingin membunuh.

"Yang penting lo bangun” jawab Agil santai, lalu ikut duduk disebelah Tyo.

“Lagian ngapain lo di rooftop? Ini kan bukan jadwal kita kesini hari ini" tanya Agil.

"Raga mana?" bukannya menjawab, Tyo balah balik bertanya.

“Lo biasaan deh kalau gue tanya balik tanya” ucap Agil kesal.

Tyo mengabaikan saja ocehan Agil yang akan bisa membangkitkan iblis dalam dirinya dan mencekik Agil sampai mati.

"Emang lo sama Raga tadi?” tanya Agil, Tyo mengangguk saja.

 “Raga udah di kelas” ucap Agil lalu menatap Tyo dengan wajah bodohnya.

“Terus lo kenapa tidur disini?"

"Gil, mending lo ambil cuti sekolah terus lo pergi kemana aja yang bisa cuci otak lo itu biar gak makin idiot." kesal Tyo sambil menyugar rambut hitam pekat yang terbentuk rapi karena gel rambut mahal miliknya.

"Lo yang idiot, mana ada sekolah yang bisa cuti. Lo kata kita anak kuliahan" ucapnya sambil menyamai langkah Tyo yang lebih dulu meninggalkan rooftop. Sungguh Tyo pun dibuat kesal oleh kelemotan si tampan Agil.

Tyo dan Agil masuk bersamaan dengan guru bahasa inggris yang akan memulai pelajaran. Tyo duduk sebangku dengan Raga dan Agil yang sebangku dengan Aksa. Aksa yang mengatur tempat duduknya agar dua berandal itu tidak menjadi semakin dungu jika duduk sebangku meski Tyo sedikit lebih waras dari Agil.

"Kok gak bangunin gue lo, Ga?" tanya Tyo sambil mengambil buku paket dan catatan dari dalam tas.

"Males" jawab Raga acuh sambil menyalin catatan yang ada dipapan tulis sedangkan Tyo menatap cengok Raga atas jawaban diluar nalarnya.

"Ya seenggaknya semales-malesnya, lo harus bangunin gue. Lo mau gue ketinggalan pelajaran dan kuis dari Miss Berta kesayangan kita yang cantik jelita itu?" bisik Tyo sambil tersenyum ramah pada guru cantik yang menatap penuh peringatan padanya.

"Demi apa?" tanya Raga dengan menaikkan satu alisnya menoleh sekilas melihat Tyo.

"Demi persahabatan kita, demi apalagi?" sewot Tyo namun tetap berbisik.

"Nilai lo bukan tanggung jawab gue." jawab Raga pelan lalu mengabaikan Tyo yang sedang menggerutu kesal, sedangkan Agil yang memperhatikan interaksi dua sahabatnya dari belakang hanya terkikik geli sebelum ia membungkam mulutnya karena Aksa menatapnya tajam.

Entah mimpi buruk apa Tyo dan Agil yang notabenenya pribadi yang supel bisa tahan bersahabat dengan dua laki-laki yang memiliki kepribadian seperti batu yang hanya diam membisu. Begitun Raga dan Aksa yang memiliki pribadi yang tenang dan dingin bisa bertahan dengan dua manusia gila yang sayangnya mendapat predikat sebagai sahabat mereka berdua.

*Arsi*

Raga dan Lentera

14 Februari 2021

Ardha Haryani dan Siska Friestiani

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status