Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.
Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.
Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.
Ceklek …
Suara pintu terbuka berhasil membuat Keyra menoleh. Sandra dan Mesya berdiri diambang pintu. Mereka berdua menghampiri Keyra.
"Sayang... Lihatlah, hari ini kamu sangat cantik, Key. Mamah gak nyangka kamu akan menikah secepat ini." Sandra memeluk Keyra dengan erat.
Keyra mengurai pelukan mamahnya, "Bukannya mamah udah tau kalo aku bakal nikah muda?" Keyra menatap Sandra tajam.
Mesya terkekeh mendengar Keyra protes.
"Maafin mamah ya, Key. Mamah hanya ingin yang terbaik untuk kamu." Sandra memeluk putrinya lagi. "Mamah yakin Ardy bisa membimbing kamu menjadi istri yang baik. Walaupun sebentar lagi kamu bakal jadi istri orang, tapi kamu akan tetap jadi putri kecil mamah yang manja." lanjutnya sambil mencubit hidung Keyra gemas.
"Makasih ya, Mah. Maaf kalo Keyra belum bisa jadi anak yang berbakti buat mamah dan papah." Keyra ikut terhanyut dalam pelukan hangat mamahnya yang sangat ia sayangi.
Mesya yang dari tadi diam, ikut merasakan keharuan yang menyeruak diantara ibu dan anak itu.
"Mamah berdoa semoga kamu bahagia bersama Ardy."
'Ya, semoga saja.' Keyra hanya bisa tersenyum kecil dihadapan mamahnya karena dirinya tau kalau ia menikah bukan atas dasar cinta, akan tetapi sebuah keharusan yang tidak bisa di tolaknya.
"Selamat ya, Key. Kamu cantik banget hari ini. Aku sampai gak ngenalin kamu tadi." sekarang giliran Mesya yang memeluknya.
"Makasih ya, Sya. Makasih udah hadir dipernikahan aku." ucap Keyra lirih.
"Ini kan hari pernikahan kamu, Key. Masa aku gak dateng sih."
"Udah ya sedih-sedihannya. Sekarang kita keluar yuk, penghulunya udah datang." kata Sandra sambil menggenggam tangan Keyra yang terasa dingin karena kegugupannya.
Dengan ragu Keyra melangkah keluar dari kamar rias dengan digandeng papahnya-Satria, diikuti oleh Sandra dan Mesya dibelakangnya. Keyra meremas lengan papahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyergapnya. Dengan lembut papahnya mengusap pelan tangan Keyra yang menggandeng lengannya, mencoba menyalurkan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Setibanya di tempat ijab kabul, jantung Keyra berdetak semakin cepat ketika melihat Ardy dengan tuxedo putihnya, telah mengucapkan ijab kabul dengan tegas dan lantang seolah tak ada keraguan di hatinya. Keyra mencium punggung tangan Ardi yang kini telah resmi menjadi suaminya, dan Ardy mencium keningnya sesaat.
Bagian yang mengharukan adalah ketika kedua mempelai berlutut memberi sungkem pada orangtua mereka. Karena orangtua Ardy telah tiada, maka diwakilkan oleh kakeknya. Seperti ungkapan terima kasih karena sudah merawat sejak kecil hingga saat ini. Keyra tidak bisa membendung air matanya ketika memeluk orangtuanya tiba-tiba air matanya lolos begitu saja mengalir di pipinya.
Keyra sesegukan dipelukan Sandra. Dirinya masih belum rela kalau nanti ia sudah tak tinggal bersama orangtuanya lagi.
"Kamu harus nurut sama suamimu ya, Key. Sekarang tanggung jawab papah sudah pindah pada suamimu. Jangan membantah ucapan suamimu. Kamu harus berbakti sama Ardy yang sekarang sudah sah menjadi suamimu," wejangan dari Satria makin membuat Keyra terisak. Bagaimana ia akan menjadi istri yang baik kalau suaminya sendiri tak pernah menginginkan dirinya sebagai istri.
Satria mengusap pipi anaknya yang basah oleh air mata.
Pernikahan yang tidak terlalu mewah karena hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat saja serta beberapa kolega dari kedua belah pihak itu berjalan dengan sangat khidmat.
“Selamat ya, Key. Ternyata lo duluan yang nikah. Adik kecil gue sekarang udah jadi istri orang.” Devan-kakak Keyra, memeluknya hangat, sangat hangat. Keyra membalas pelukan kakak satu-satunya itu dengan erat. Tiba-tiba air mata membanjiri pipinya lagi. Tangis Keyra pun pecah dipelukan sang kakak.
Devan melerai pelukannya, “kok nangis lagi sih? Tuh kan jelek.” sindir Devan sambil mengusap pipinya dengan lembut. “Ingat sekarang kamu udah jadi seorang istri, harus lebih dewasa karena sudah punya tanggung jawab terhadap suamimu.”
Keyra mengangguk, “Iya kak.”
Devan menoleh pada Ardy “Ar, gue titip Key ya! Jaga dia baik-baik. Kalo dia bandel, jewer aja kupingnya.” gurau Devan terkekeh.
Seketika Ardy tertawa yang dipaksakan, “siap kakak ipar!”
***
Di kamar, Keyra terlihat termenung. Ia masih mengenakan kebaya yang ia kenakan tadi di acara pernikahannya. Karena tidak tau apa yang harus dilakukan, akhirnya Keyra berjalan mondar mandir di depan pintu kamarnya. Acara pernikahan telah selesai diadakan, para kerabatnya pun sudah pulang meninggalkan tempat acara.
Acara pernikahan memang dilaksanakan dirumahnya. Mengingat pernikahan mereka hanya berjarak satu bulan setelah diputuskan. Kakek Bowo dan kakek Rinto pikir, biarlah mereka menikah dengan sederhana dulu. Kalaupun nanti mereka menginginkan resepsi, itu bisa dilaksanakan dilain waktu.
Mengingat malam pertama, malah membuat Keyra semakin gugup dan menggigiti bibir bawahnya tanpa sadar. Walaupun umurnya belum genap 20 tahun, namun ia sudah tau apa saja yang dilakukan sepasang suami istri pada malam pengantin.
Keyra menepuk jidatnya karena mengingat sesuatu. Dia teringat akan perjanjian pranikah yang diajukan oleh Ardy.
Dia menghela napas lega, setidaknya untuk malam ini ia bisa tidur nyenyak didalam kamarnya. kalau ia tidur dikamarnya sendiri, lalu Ardy akan tidur dimana?
Keyra duduk di depan meja rias, ia membersihkan wajahnya dari balutan make up serta manik-manik yang menghiasi rambutnya.
Ceklek
Tiba-tiba pintu kamarnya sedikit terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang masih berpakaian rapi. Dia adalah Ardy.
Ardy masuk kedalam kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Ka-kamu... ngapain kesini?" tanya Keyra gugup.
Ardy melirik Keyra dengan wajah datarnya. "Malam ini saya terpaksa tidur disini. Karena tidak mungkin saya pulang kerumah saya." setelah mengatakan itu, Ardy masuk kedalam kamar mandi yang berada didalam kamar itu.
Suara gemericik air terdengar. selang beberapa menit terdengar teriakan Ardy meminta handuk.
"Ambilkan handuk!"
Keyra segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lemari untuk mengambilkan handuk baru untuk suaminya itu.
Keyra mengetuk pintu kamar mandi. Pintu itu sedikit terbuka dan menampilkan tangan Ardy yang menjulur meminta handuknya.
Selang beberapa lama, Ardy keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan rambutnya yang basah. Menampilkan bagian atas tubuh Ardy yang tak tertutupi apapun. Terpampang jelas dadanya yang kekar dan otot perutnya terlihat. Tubuh itu benar-benar sangat sempurna seperti yang banyak diidam-idamkan wanita.
Seketika Keyra refleks menutup matanya dan memalingkan wajahnya. Ia belum pernah melihat laki-laki bertelanjang dada dihadapannya walaupun itu ayah atau kakaknya sendiri.
"Kenapa?" tanya Ardy datar.
"Kenapa kamu gak pake baju?" tanya Keyra yang masih menutup wajahnya.
"Saya habis mandi dan saya tidak bawa baju selain baju yang saya pakai tadi pagi. Jadi bisakah kamu meminjamkan saya baju kakakmu-Devan?"
Lama-lama sakit telinga Keyra mendengar Ardy selalu berbicara dengan bahasa formal pada dirinya.
"Iya sebentar," Keyra berjalan keluar kamar hendak menuju kamar Devan yang berada disebelah kamarnya. Mengambil baju dari dalam lemari kakaknya atas seijin yang punya lalu kembali ke kamarnya.
"Ini.." Keyra menyerahkan kaos dan celana pendek itu kepada Ardy.
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.
Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.Jantung Keyra berpacu dengan kencang, ia melorot di bawah lantai kamar mandi. Ia membayangkan hal apa yang terjadi kalo tadi ia sampai melihat Ardy memakai celana di depannya.Keyra jadi malu sendiri. Ia mulai membuka kebaya yang ia kenakan. Setelah mencoba membuka resleting dibagian belakang, ia kesal karena resletingnya malah susah diturunkan. Kalau ia meminta tolong pada suaminya, ia takut suaminya itu akan khilaf lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Tapi kalau ia tidak meminta bantuannya, ia tetap kesulitan membuka resletingnya. Ia terus berusaha melepaskan kebaya yang melekat di tubuhnya dengan susah payah, namun resleting tetap tidak mau terbuka."Ardy..." panggil Keyra agak kencang, takut orang yang ia panggil tidak mendengar di
Pagi setelah hari pernikahan, Keyra tengah bersiap menurunkan koper yang berisi pakaiannya. Hari ini ia akan mulai tinggal dirumah suaminya. Dengan Langkah gontai, ia mulai menuruni anak tangga dengan membawa kopernya.“Pagi, Key.” sapa Sandra yang sedang menyiapkan sarapan.“Pagi, Mah.” jawab Keyra lesu. Ia mendudukan tubuhnya di kursi ruang makan.“Ardy mana? Kok gak ikut turun?” tanya Satria.“Masih siap-siap diatas, Pah.” Jawab Keyra sambil menyomot bakwan yang ada di meja makan, gorengan kesukaannya yang akan sangat ia rindukan nanti.“Di sini kok.” suara Ardy yang baru hadir menebarkan senyum ke semua orang yang berkumpul di ruang makan.“Gimana nih malam pertama jadi suami istri?” Devan memasang senyum jahilnya sambil melirik kearah pasangan suami istri itu.Keyra menelan ludah, melirik Ardy yang tak bersuara.“Kayanya seru nih.” Devan te
Ardy memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. Setelah melihat kembali mantan kekasihnya tadi di televisi, entah kenapa pikirannya menerawang tentang kejadian 13 tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan wanita itu.Seorang gadis berperawakan tinggi yang telah mencuri hatinya, Luna Anastasya. Perkenalan mereka berawal di SMA Caraka High School, sebuah SMA ternama di kota Jakarta. Ardy yang merupakan kakak kelasnya, dengan terang-terangan menyatakan jatuh cinta terhadap gadis itu saat pertama kali.Saat sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin sekolah pada saat tahun ajaran baru, mata Ardy tertuju pada gadis berkacamata yang berjalan dengan membawa tas dipunggungnya.Sepertinya dia anak baru.“Anak baru tuh.” ujar Ardy saat gadis itu sudah hilang dari pandangannya.“Kayanya sih,” Aldo, sahabat Ardy, menjawab.“Kenapa, naksir lo?” tanya Riko, sahabatnya yang lain.Ardy menyeringai.
Keyra mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui matanya. Semalaman ia susah memejamkan matanya. Mungkin ia masih harus menyesuaikan diri tinggal di apartement Ardy. Ia terbangun pukul 5 pagi dan tak bisa memejamkan matanya lagi maka ia berniat untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat kuliah. Perkuliahan akan dimulai pukul 08.00 pagi.Keyra beranjak dari tempat tidurnya lalu melangkahkan kaki menuju toilet yang ada di dalam kamarnya. Ia menggosok gigi dan mencuci mukanya. Setelah itu ia keluar dari kamar menuju dapur masih menggunakan piyama tidurnya.Ia melihat bahan-bahan yang tersedia di kulkas, hanya ada telur dan sosis. Di meja makan juga hanya ada roti tawar dan selai coklat.‘Kayanya bikin roti john enak neh.’pikirnya.Keyra sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan. Mulai dari mengocok telur, memotong sosis, memanggang roti, dan menyeduh susu coklat hangat.Dari belakang, terden
Setelah turun dari mobil, Keyra segera melangkahkan kaki menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya sedikit padat. Ia mengambil banyak SKS di awal perkuliahan. Ia akan selesai saat hari menjelang sore.“Keyra…”Saat Keyra berjalan hendak mencapai pintu gerbang kampus, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri Keyra.“Hai, Sya. Baru datang?” tanya Keyra yang baru saja menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap kepada sahabatnya itu.“Iya, tadi aku bangun kesiangan. Semalam aku habis maraton nonton drakor.” jawab Mesya sambil merapihkan rambutnya yang terlihat berantakan.“Kebiasaan, kalo nonton drakor pasti telat bangunnya.” Keyra mencebik.Mesya hanya nyengir.Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki area kampus.“Kamu udah sarapan belum, Key?”“Udah, Sya.”“Tumben, kamu masa
Setelah operasi selesai dilakukan, terlihat kakek Bowo tengah dipindahkan menuju ruang perawatan untuk pemulihan. Keyra terus menunggui kakek Bowo di samping ranjangnya.Ardy melirik jam yang melingkar ditangannya. Jam menunjukan pukul 11 malam. Ardy telah menyuruh Keyra agar pulang karena hari sudah larut malam, tetapi Keyra tetap bersikeras dan memutuskan untuk tetap menunggui kakeknya.Mesya yang tadi datang bersama Keyra sudah pamit pulang sejak dua jam yang lalu.Mamah Sandra pun sudah pulang bersama Devan.Ardy juga sudah menyuruh kakek Rinto untuk pulang dengan diantar Arga. Ia berjanji kalau ada kabar dari kakek Bowo, ia akan segera memberitahunya.Yang tertinggal di rumah sakit sekarang hanyalah papah Satria, Keyra dan dirinya.Karena rasa ngantuk yang menyerangnya, Keyra tak sadar tertidur di samping ranjang kakeknya dengan posisi duduk dan kepala yang ditelungkupkan di antara kedua tangannya.Melihat itu, Ardy yang baru saj
Sudah beberapa hari Keyra bolak-balik antara rumah sakit dan kampusnya. Tak jarang ia pulang ke apartemen hingga larut malam karena jadwal kuliah yang padat serta menemani kakeknya di rumah sakit.Ardi melirik jam dinding yang terpajang di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi. Tak biasanya Keyra belum terlihat di dapur. Biasanya ketika ia baru saja terbangun, istri kecilnya itu sudah sibuk mengolah makanan di dapur.TokTokTokArdy mengetuk kamar Keyra, tak ada sahutan dari dalam. Ia berinisiatif untuk masuk ke dalam kamarnya.Ardy membuka pintu kamar Keyra. Ia menemukan Keyra sedang berbaring di ranjangnya. Ia tercengang karena melihat Keyra yang sedang menggigil kedinginan.Astaga!“Key…” panggilnya lirih.Tak ada jawaban apa-apa dari Keyra.“Keyra…” panggilnya lagi. Ardy semakin mendekati ranjang Keyra. Namun tetap tidak ada jawaba
Ardy keluar dari kamar Keyra. Ia melangkahkan kaki keluar apartemen menuju mobilnya di basement. Ardy telah menyuruh Arga menjemputnya. Setelah melihat keadaan Keyra yang sudah membaik, ia berencana pergi ke kantor untuk mengurusi beberapa pekerjaannya walaupun jam sudah menunjukkan pukul satu siang.Arga segera menjalankan mobilnya menuju kantor.Setelah tiba di kantor, Ardy segera memasuki ruangannya. Ia sibuk memeriksa berkas yang telah diberikan oleh Arga.Tak lama kemudian terdengar suara kenop pintu yang dibuka dari luar.“Ardy…”Deg!‘Suara ini…’perlahan Ardy membalikkan wajahnya ke sumber suara itu berasal, dan seketika itu pula tatapan matanya bertumbukan dengan sepasang iris berwarna coklat yang juga tengah memandangnya kini.“Luna… dari mana kau tau kantor ku?”Suara Ardy terasa sedikit tercekat di tenggorokannya saat menyebutkan nama itu, nama d