Share

6. HARI PERNIKAHAN

Menikah adalah proses menyatukan dua insan dalam mahligai rumah tangga, dimana pernikahan itu akan menjadi hari paling membahagiakan bagi pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.

Namun tidak dengan Keyra. Ia mematut dirinya di depan meja rias, matanya menatap lesu pada bayangan dirinya yang tengah mengenakan baju kebaya berwarna putih dengan make up yang tidak terlalu tebal. Ia tampak terlihat lebih dewasa dari pada biasanya. Kebaya yang mengekspos pundaknya yang putih dengan belahan dadanya yang tinggi. Kebaya tersebut tampak begitu pas dan cantik membalut tubuhnya yang ramping namun berisi dengan sempurna. Keyra tampak begitu cantik dan anggun.

Lagi-lagi suara helaan napas berat terdengar dari mulut Keyra, yang sebentar lagi akan menikah dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Sedikit pun tidak terpikir di benak Keyra bahwa ia akan menikah secepat itu. Ia sudah pasrah dengan takdir yang akan membawanya nanti.

Ceklek …

Suara pintu terbuka berhasil membuat Keyra menoleh. Sandra dan Mesya berdiri diambang pintu. Mereka berdua menghampiri Keyra.

"Sayang... Lihatlah, hari ini kamu sangat cantik, Key. Mamah gak nyangka kamu akan menikah secepat ini." Sandra memeluk Keyra dengan erat.

Keyra mengurai pelukan mamahnya, "Bukannya mamah udah tau kalo aku bakal nikah muda?" Keyra menatap Sandra tajam.

Mesya terkekeh mendengar Keyra protes.

"Maafin mamah ya, Key. Mamah hanya ingin yang terbaik untuk kamu." Sandra memeluk putrinya lagi. "Mamah yakin Ardy bisa membimbing kamu menjadi istri yang baik. Walaupun sebentar lagi kamu bakal jadi istri orang, tapi kamu akan tetap jadi putri kecil mamah yang manja." lanjutnya sambil mencubit hidung Keyra gemas.

"Makasih ya, Mah. Maaf kalo Keyra belum bisa jadi anak yang berbakti buat mamah dan papah." Keyra ikut terhanyut dalam pelukan hangat mamahnya yang sangat ia sayangi.

Mesya yang dari tadi diam, ikut merasakan keharuan yang menyeruak diantara ibu dan anak itu.

"Mamah berdoa semoga kamu bahagia bersama Ardy."

'Ya, semoga saja.' Keyra hanya bisa tersenyum kecil dihadapan mamahnya karena dirinya tau kalau ia menikah bukan atas dasar cinta, akan tetapi sebuah keharusan yang tidak bisa di tolaknya.

"Selamat ya, Key. Kamu cantik banget hari ini. Aku sampai gak ngenalin kamu tadi." sekarang giliran Mesya yang memeluknya.

"Makasih ya, Sya. Makasih udah hadir dipernikahan aku." ucap Keyra lirih.

"Ini kan hari pernikahan kamu, Key. Masa aku gak dateng sih."

"Udah ya sedih-sedihannya. Sekarang kita keluar yuk, penghulunya udah datang." kata Sandra sambil menggenggam tangan Keyra yang terasa dingin karena kegugupannya. 

Dengan ragu Keyra melangkah keluar dari kamar rias dengan digandeng papahnya-Satria, diikuti oleh Sandra dan Mesya dibelakangnya. Keyra meremas lengan papahnya untuk menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyergapnya. Dengan lembut papahnya mengusap pelan tangan Keyra yang menggandeng lengannya, mencoba menyalurkan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

Setibanya di tempat ijab kabul, jantung Keyra berdetak semakin cepat ketika melihat Ardy dengan tuxedo putihnya, telah mengucapkan ijab kabul dengan tegas dan lantang seolah tak ada keraguan di hatinya. Keyra mencium punggung tangan Ardi yang kini telah resmi menjadi suaminya, dan Ardy mencium keningnya sesaat.

Bagian yang mengharukan adalah ketika kedua mempelai berlutut memberi sungkem pada orangtua mereka. Karena orangtua Ardy telah tiada, maka diwakilkan oleh kakeknya. Seperti ungkapan terima kasih karena sudah merawat sejak kecil hingga saat ini. Keyra tidak bisa membendung air matanya ketika memeluk orangtuanya tiba-tiba air matanya lolos begitu saja mengalir di pipinya.

Keyra sesegukan dipelukan Sandra. Dirinya masih belum rela kalau nanti ia sudah tak tinggal bersama orangtuanya lagi.

"Kamu harus nurut sama suamimu ya, Key. Sekarang tanggung jawab papah sudah pindah pada suamimu. Jangan membantah ucapan suamimu. Kamu harus berbakti sama Ardy yang sekarang sudah sah menjadi suamimu," wejangan dari Satria makin membuat Keyra terisak. Bagaimana ia akan menjadi istri yang baik kalau suaminya sendiri tak pernah menginginkan dirinya sebagai istri.

Satria mengusap pipi anaknya yang basah oleh air mata.

Pernikahan yang tidak terlalu mewah karena hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat saja serta beberapa kolega dari kedua belah pihak itu berjalan dengan sangat khidmat.

“Selamat ya, Key. Ternyata lo duluan yang nikah. Adik kecil gue sekarang udah jadi istri orang.” Devan-kakak Keyra, memeluknya hangat, sangat hangat. Keyra membalas pelukan kakak satu-satunya itu dengan erat. Tiba-tiba air mata membanjiri pipinya lagi. Tangis Keyra pun pecah dipelukan sang kakak.

Devan melerai pelukannya, “kok nangis lagi sih? Tuh kan jelek.” sindir Devan sambil mengusap pipinya dengan lembut. “Ingat sekarang kamu udah jadi seorang istri, harus lebih dewasa karena sudah punya tanggung jawab terhadap suamimu.”

Keyra mengangguk, “Iya kak.”

Devan menoleh pada Ardy “Ar, gue titip Key ya! Jaga dia baik-baik. Kalo dia bandel, jewer aja kupingnya.” gurau Devan terkekeh.

Seketika Ardy tertawa yang dipaksakan, “siap kakak ipar!”

***

Di kamar, Keyra terlihat termenung. Ia masih mengenakan kebaya yang ia kenakan tadi di acara pernikahannya. Karena tidak tau apa yang harus dilakukan, akhirnya Keyra berjalan mondar mandir di depan pintu kamarnya. Acara pernikahan telah selesai diadakan, para kerabatnya pun sudah pulang meninggalkan tempat acara.

Acara pernikahan memang dilaksanakan dirumahnya. Mengingat pernikahan mereka hanya berjarak satu bulan setelah diputuskan. Kakek Bowo dan kakek Rinto pikir, biarlah mereka menikah dengan sederhana dulu. Kalaupun nanti mereka menginginkan resepsi, itu bisa dilaksanakan dilain waktu.

Mengingat malam pertama, malah membuat Keyra semakin gugup dan menggigiti bibir bawahnya tanpa sadar. Walaupun umurnya belum genap 20 tahun, namun ia sudah tau apa saja yang dilakukan sepasang suami istri pada malam pengantin.

Keyra menepuk jidatnya karena mengingat sesuatu. Dia teringat akan perjanjian pranikah yang diajukan oleh Ardy.

Dia menghela napas lega, setidaknya untuk malam ini ia bisa tidur nyenyak didalam kamarnya. kalau ia tidur dikamarnya sendiri, lalu Ardy akan tidur dimana?

Keyra duduk di depan meja rias, ia membersihkan wajahnya dari balutan make up serta manik-manik yang menghiasi rambutnya.

Ceklek

Tiba-tiba pintu kamarnya sedikit terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang masih berpakaian rapi. Dia adalah Ardy.

Ardy masuk kedalam kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Ka-kamu... ngapain kesini?" tanya Keyra gugup.

Ardy melirik Keyra dengan wajah datarnya. "Malam ini saya terpaksa tidur disini. Karena tidak mungkin saya pulang kerumah saya." setelah mengatakan itu, Ardy masuk kedalam kamar mandi yang berada didalam kamar itu.

Suara gemericik air terdengar. selang beberapa menit terdengar teriakan Ardy meminta handuk.

"Ambilkan handuk!" 

Keyra segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lemari untuk mengambilkan handuk baru untuk suaminya itu.

Keyra mengetuk pintu kamar mandi. Pintu itu sedikit terbuka dan menampilkan tangan Ardy yang menjulur meminta handuknya.

Selang beberapa lama, Ardy keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya dan rambutnya yang basah. Menampilkan bagian atas tubuh Ardy yang tak tertutupi apapun. Terpampang jelas dadanya yang kekar dan otot perutnya terlihat. Tubuh itu benar-benar sangat sempurna seperti yang banyak diidam-idamkan wanita.

Seketika Keyra refleks menutup matanya dan memalingkan wajahnya. Ia belum pernah melihat laki-laki bertelanjang dada dihadapannya walaupun itu ayah atau kakaknya sendiri.

"Kenapa?" tanya Ardy datar.

"Kenapa kamu gak pake baju?" tanya Keyra yang masih menutup wajahnya.

"Saya habis mandi dan saya tidak bawa baju selain baju yang saya pakai tadi pagi. Jadi bisakah kamu meminjamkan saya baju kakakmu-Devan?"

Lama-lama sakit telinga Keyra mendengar Ardy selalu berbicara dengan bahasa formal pada dirinya.

"Iya sebentar," Keyra berjalan keluar kamar hendak menuju kamar Devan yang berada disebelah kamarnya. Mengambil baju dari dalam lemari kakaknya atas seijin yang punya lalu kembali ke kamarnya.

"Ini.." Keyra menyerahkan kaos dan celana pendek itu kepada Ardy.

Tanpa malu, Ardy memakai kaos itu di hadapan Keyra. Saat Ardy hendak membuka handuk yang melilit pinggangnya, Keyra segera kabur kedalam kamar mandi. Ia tak mau matanya yang masih suci ternodai dengan hal-hal yang lebih jauh lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status