Share

Bujukan dan Alasan

Mata Sandra melotot tak percaya dengan perkataan yang barusan dilontarkan oleh Serena.

Masih sambil mengusap dada, perlahan Sandra kembali meluruskan punggungnya yang tadi sedikit membungkuk karena terbatuk. Diletakkannya kembali cangkir kopi itu ke atas tatakannya.

Sandra menarik nafas perlahan dalam-dalam, mencoba mengembalikan raut tenangnya. Tangan yang tadinya sibuk mengusap dada, kini mengetuk pelan permukaan meja kayu yang mulus miliknya.

"Kamu bicara apa?" tanya Sandra sambil terkekeh.

Sandra mencoba menganggap perkataan Serena tadi hanya candaan, meski begitu ia tetap mengamati raut antusias dari lawan bicaranya.

Sedangkan pria yang sedang ditawarkan untuk menjadi suami Sandra itu, tetap memasang wajah datarnya.

Sandra sudah menguatkan hatinya, kalau ia tidak akan mau menikah dengan sosok yang lebih mirip jelmaan dewa Ares itu. Si dewa perang dan pembantaian mitologi Yunani. Meskipun Athan memiliki wajah yang rupawan, tetap saja Sandra lebih menyayangi diri sendiri.

"Aku memintamu untuk menikah dengan Athan, San," ujarnya kembali, masih teguh ingin membujuk Sandra yang dihadiahi berupa gelengan ringan oleh calon madunya.

Serena mencondongkan tubuhnya ke atas meja, mungkin saking semangatnya ingin menjadikan Sandra sebagai yang kedua dalam rumah tangganya. Ia membuat Sandra mengernyitkan kening, dan reflek memundurkan badan, guna menghindari deru napas harum dari Serena.

"Apa kamu sehat?" tanya Sandra penasaran, masih dengan kening mengerut.

Sandra ingin mempertanyakan kewarasan wanita itu. Hei, mana ada seorang istri yang menginginkan suaminya menikah lagi, dan malahan si istri yang mencarikan madu untuk suaminya. Dengan kata lain pasti Serena sudah gila.

Wanita itu mendecakkan lidahnya masam, ketika Sandra menganggapnya tidak waras.

"Sangat sehat, makanya aku ingin kamu yang menikah dengan Athan." Dia menggedikkan bahunya pada suaminya dengan santai.

Sandra melirik sedikit pada pria tampan itu. Ia keheranan dan pikirannya sibuk menggerutu.

‘Apa nggak ada ekspresi lain yang bisa ditunjukin mukanya itu? Napa pula dari tadi mukanya datar, terus ya, aku juga sedikit ngerasa dia nih lagi mengamatin aku. Penampilanku lagi diinilai gitu?'

‘Hah, nilai aja sepuasnya. Aku nggak bakalan peduli karena aku nggak akan mau nerima permintaan gilanya mereka,’ gerutu Sandra dalam hati, ia berusaha tidak mempedulikan tanggapan pria itu.

"Mana mungkin ada wanita yang mau dimadu," komentar Sandra tajam, membuat Serena malahan tersenyum lebar.

Sandra lelah harus duduk dengan punggung yang lurus, mengikuti tata krama tamunya. Pada akhirnya, ia memilih untuk sedikit merosot dan bersandar pada kursi, bersedekap dengan tatapan mata yang terlontar tajam pada mereka

Sebenarnya Sandra ingin memberikan tampilan yang mengintimidasi, agar kedua orang itu melupakan ide gila mereka.

"Ada ... dan itu aku, jadi kalian bisa segera menikah." Serena tampak bangga, Sandra mencibirkan bibirnya.

"Kamu gila, dan maaf aku tidak berniat menjadi madumu ..." Sandra cepat-cepat melanjutkan kalimatnya ketika melihat Serena sudah bersiap akan membantah.

"... aku tidak mau. Aku masih bisa menghidupi diri sendiri dan tidak perlu menjadi wanita kedua dipernikahan orang lain. Dan kupikir, masih ada banyak pria yang bersedia untuk menikahiku. Menjadi madumu tidak masuk dalam daftar tujuan hidupku," tolak Sandra bernada final.

"Oh, ayolah San …" Perkataan Serena langsung disela oleh pria yang memilki status sebagai suami Serena.

"Tapi, kelihatannya aku tidak memerlukan persetujuanmu, nona Alexandra," kata Athan dingin, dari rautnya membuat Sandra merinding.

Meski begitu, ia tak merasa takut, berhubung Sandra sudah terbiasa menghadapi kondisi seperti itu sebelumnya dulu.

Sandra hanya berjengit mendengarnya berbicara pertama kali sejak memasuki kafe dan perkataannya ingin membuatnya menyiramkan kopinya ke wajah pria beraut datar itu. Ia balas memandangi lawannya tak kalah datar.

"Tentu saja anda tidak perlu mendapatkan persetujuan saya, karena saya tidak berminat untuk menjadi istri kedua anda," tandas Sandra tak ingin berkompromi, tentunya Athan tidak akan menyerah sebelum mendapatkan keinginannya.

Sandra bisa melihat seringai iblis yang mengembang di bibir merah cherry pria itu. Membuatnya menjadi curiga dengan apa yang sedang dipikirkan Athan.

"Dan aku juga tidak menanyakan pendapatmu yang mau atau tidak menikah denganku ... karena setidaknya kamu mengerti tentang balas budi bukan?"

Posisi duduk bersandar, kedua tangan terlipat di depan dada, kaki menyilang dan senyum miring. Bagi orang normal pasti menakutkan, tapi tidak untuk Sandra.

Sandra malahan terdiam sejenak, dan hanyut dalam pemikirannya ketika mendengar ucapan Athan. Membuat otak cerdas Sandra seketika menjadi sedikit lambat untuk mencernanya.

"Balas budi? Kamu menginginkan balas budi?" tanya Sandra dengan perasaan sedikit tak nyaman, yang angguki oleh Athan.

Serena sendiri sibuk menyesap tehnya dan memperhatikan interaksi dua makhluk berbeda jenis kelamin di samping dan depannya.

Sandra yang mengetahui kegiatan Serena, mendadak ingin sekali mengumpati wanita itu.

Bibir Athan tersenyum miring.

"Balas budi tentang apa?" tanya Sandra yang sebenarnya sudah menduga-duga jawabannya.

"Tentang beasiswa."

"Kalau boleh saya mengingatkan Anda, tuan Ballaz. Saya mendapatkan beasiswa itu karena kecerdasan dan prestasi yang sudah saya lakukan," tukas Sandra mulai kesal.

Bagaimana tidak kesal? Sandra mendapatkan beasiswa yang diungkit oleh Athan tadi karena memang ia pintar, bahkan nilai kelulusannya masuk jajaran cumlaude.

Athan menaikkan sebelah alisnya, seringainya membuat kuduk Sandra meremang.

"Dengan nilai pas-pasan seperti itu, mana mungkin kamu bisa mendapatkan beasiswa kalau bukan karena suaraku di sana waktu itu?"

Kekesalan Sandra mulai naik ke ubun-ubun, untung saja ia cukup pandai mengendalikan diri.

Nilai yang susah payah diperjuangkan Sandra, dengan sedikit tidur di malam hari. Nilai yang selalu disanjung dosen, dengan gampangnya pria berwajah balok es di depannya ini menghina dengan mengatakan pas-pasan. Padahal rank Sandra berada di atas Athan.

Bisa dikatakan mereka rival di fakultas bisnis. Ketika Sandra berada di peringkat satu, maka Athan berada di peringkat dua. Jadi wajar saja kalau sekarang ini rasanya Sandra ingin mengajak pria itu untuk baku hantam secara jantan, meski ia adalah seorang wanita.

Sandra tersenyum kaku dengan rahang yang mengeras, berbeda dengan Athan yang terlihat begitu rileks setelah melakukan penyerangan.

"Oh ... kalau begitu saya akan berterimakasih atas bantuan suara anda, tetapi ..."

Ucapan Sandra menggantung, membuat Athan menaikkan sebelah alisnya.

Sedangkan Serena, biarkan saja dia menyimak dengan tenang. Sandra sudah tidak peduli, fokusnya hanya pada pria yang mendapatkan label angkuh dan brengsek darinya hari ini.

"Anda mengungkit jasa dan meminta saya untuk balas budi, itu hanya akan mengurangi kebajikan anda di mata para pengagum kalau seandainya kejadian ini sampai bocor ke publik,” ancam Sandra berselubungkan kompromi, dengan tetap mempertahankan senyum menawannya, "kedermawanan selalu akan mendapatkan karma yang baik," imbuhnya, dari mengancam hingga menyumpahi dengan santun.

Ah, baiklah. Dulu Sandra memang sangat kesulitan hanya untuk membayar uang kuliah. Masa lalu yang suram. Mengingat masa beberapa tahun belakangan membuat wajahnya sedikit muram.

"Aku tidak keberatan, dan tidak mempedulikan tanggapan publik. Yang terpenting adalah aku mendapatkan apa yang aku inginkan dan aku tidak pernah menerima penolakan," kukuhnya keras kepala penuh dengan sikap mendominasi.

Serena menyembunyikan senyumnya di balik cangkir sedang menempel di bibirnya.

Ternyata ada manusia jenis seperti Athan di muka bumi ini. Begini, memang ada tapi Sandra tidak menyangka kalau ada yang seperti itu disekitarnya, apalagi di hadapannya. Sandra merasa sedang sial sekarang ini.

"Bagaimana kalau anda mencari wanita lain yang lebih mendekati kriteria anda," bujuk Sandra, ia sedikit menggedikkan bahunya dan memperhatikan tubuh miliknya sendiri bermaksud agar pria itu bisa dengan jelas melihat penampilannya.

"Lihatlah, saya tidak memiliki keistimewaan apapun. Saya tidak cantik dan juga kaya. Jadi kelihatannya tidak cocok untuk anda," lanjutnya untuk meyakinkannya.

"Wanita lain tidak memiliki alasan untuk menikah denganku," balas Athan datar.

Sedari tadi kopi yang diabaikan pria itu, kini kelihatannya mulai menarik perhatiannya. Diteguknya cairan hitam pekat itu.

Sandra mulai mendoakan dalam hati agar kerongkongan pria itu kering dan lecet, hingga tidak akan mengajaknya berdebat lagi. Perdebatan yang membuat Sandra kesal dan pusing.

"Saya juga begitu ..." Sandra melebarkan senyumnya, sangat lebar sampai rasanya pipinya sakit karena tertarik naik.

"Kamu memiliki hutang budi padaku." Athan meletakkan cangkir porselen warna putih itu kembali ke atas tatakannya.

"Saya rasa, tanpa harus repot-repot mengungkit balas budi. Banyak perempuan lain di luaran sana yang bersedia melemparkan diri ke dalam pelukan anda."

Sungguh perdebatan yang alot di sore ini dirasakan Sandra. Ia ingin segera mengakhirinya, karena ia mulai merasakan lelah yang luar biasa.

"Mereka tidak masuk persyaratan."

"Sandra ... ayolah, kenapa kamu menolak?" tanya Serena yang terdengar sudah tidak sabaran.

Sandra melihat ke arahnya, wajahnya terlihat cukup kesal dan mulai bosan dengan pembicaraan mereka yang berputar-putar dan tidak kunjung menemui jalan keluarnya.

Sandra menghembuskan nafasnya cukup panjang, "Serena, aku tidak bisa."

"Pernikahan ini bentuk kerjasama simbiosis mutualisme, menguntungkan kedua belah pihak," potong Athan yang masih belum bisa menurunkan sikap dominannya.

‘Aish, aku lebih suka menyebutnya setan mulai sekarang,’ rutuk Sandra memicingkan mata pada Athan diam-diam.

"Simbiosis mutualisme dari mananya?! Carilah orang lain," kesal Sandra masih menolak dengan keras.

Saking jengkelnya, rasa haus menghampiri kerongkongan Sandra, hingga ia menyambar cangkirnya dan menenggaknya sampai tak tersisa.

Tak!

Ia meletakkan cangkirnya dengan cukup keras ke atas tatakan, dan hal itu membuat Serena berjengit.

"Kalau begitu kuubah kalimatku," kata Serena terlihat cukup memprihatinkan. "Aku meminta pertolonganmu, aku pribadi. Bukan untuk orang lain," lanjutnya.

Wajahnya terlihat sangat berharap pada kesediaan Sandra.

‘Ah, sialan. Kenapa mereka masih saja tidak mau melepaskanku.’

Entah alasan apa yang membuat dua pasangan yang digadang-gadang sebagai pasangan paling serasi abad ini, sampai mendesak Sandra yang sudah menolak berkali-kali agar mau menerima pinangan mereka.

"Pertolongan apa? Aku hanya pemilik kafe kecil dan sederhana ini, untuk finansial kamu lebih mampu daripadaku,” sarkas Sandra.

"Aku tahu rahasiamu, jadi aku akan melindungimu."

Perkataan pria itu membuat Sandra tersentak dan langsung menoleh padanya. Sandra memandang pria itu dengan ngeri. Apa yang diketahui pria itu?

"Kamu bicara apa?" elaknya.

Sedetik kemudian Sandra baru tersadar, kalau ia memanggil Athan dengan kata informal. Ingin rasanya merutuki diri sendiri.

Athan tersenyum, kelihatannya ia menyadarinya, "apa perlu kubongkar semuanya di sini?" ancamnya.

Sekarang ini rasanya Sandra sangat membenci Athan.

"Ck, jadi apa aku tetap harus menikah denganmu?!" tanya Sandra sengit, sudah lelah bersikap sarkas dan menyindir. Emosinya langsung keluar dengan frontal.

Athan mengangguk, "Jangan memakai perasaanmu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status