Share

Bab 5 - Gereja Santa Maria

Bab 5 - Gereja Santa Maria

Andreana lalu berencana untuk menutup ruangan kantornya. Berhubung dia sudah bukan lagi Grand Master yang aktif dan tugas-tugasnya di Templar sudah diliburkan, jadi sudah tidak ada gunanya lagi dia berada di Istana Templar lagi. Andreana akan ikut Muhanov sebagai istrinya dan hidup bersamanya.

Sebelum itu Andreana ingin memperbaiki jubah besinya yang sempat rusak karena melawan Leon dan melakukan perawatan untuk yang terakhir kalinya. Jadi Andreana akan mengajak Muhanov lagi ke salah satu tempat paling suci di Templar—atau mungkin lebih tepatnya tempat wanita paling suci di Templar, Gereja Santa Maria.

“Untuk apa aku harus menemanimu di sana? Bisakah aku menunggumu disini saja?” tanya Muhanov yang masih trauma dihajar oleh Leon.

“Jangan khawatir, aku kan sudah kubilang. Tidak akan ada yang berani macam-macam denganmu lagi sekarang. Apalagi semua orang sudah tahu pernikahanku sudah diberkati dan mereka semua tahu siapa suamiku.” jawab Andreana.

“Kalau mereka sudah tahu, mengapa aku masih diajak?”

“Eehhh, kalau itu.” Andreana terlihat malu-malu, “Aku ingin memamerkanmu.”

“Hah?”

“Ayolah suamiku, aku mohon!”

“Nanti kalau aku dihajar oleh Grand Master yang lain di sana bagaimana?”

“Jangan khawatir. Kebanyakan Grand Master itu pria semua dan satu-satunya Grand Master wanita saat ini hanyalah aku. Apalagi tidak ada pria yang boleh masuk ke Gereja Santa Maria, jadi kau akan aman.”

“Andreana, apa kau lupa kalau aku ini pria?”

“Jangan khawatir, kamu adalah suamiku. Kalau suami pasti boleh kok.”

“‘Pasti’? Berarti sebenarnya tidak boleh kan?”

“Jika ada yang mengusikmu. Aku akan mengubah aturan di Gereja Santa Maria agar suami Grand Master bisa masuk ke sana.”

Muhanov tidak bisa membalas apa-apa kalau Andreana sudah mulai menggunakan kekuasaannya. Jadi dia akan ikut saja apa yang ingin dilakukan oleh istrinya mumpung ada di Istana Templar.

Gereja Santa Maria sendiri ada di sebelah timur Istana Templar. Gereja ini berada di di dalam Istana dan menjadi sebuah wilayah yang hanya boleh dimasuki oleh perempuan saja. Tentu saja Gereja ini punya gerbang masuk sendiri. Pintu gerbangnya juga hampir sama dengan corak pintu ruangan kantor Andreana, tapi lebih besar dan dijaga oleh Askar Wanita.

Setelah mereka sampai ke Gereja Santa Maria yang ada di sebelah timur wilayah Istana Templar. Saat Muhanov mau masuk ke dalam gereja bersama Andreana, salah satu Askar Wanita yang menjaga di sana langsung menahan Muhanov dan memukulnya tiba-tiba.

Andreana yang melihat itu jadi marah besar dan mulai menghajar Askar Wanita itu tepat ke perutnya sampai tubuhnya terlempar. Pukulan Andreana yang keras membuat Askar Wanita itu tidak bisa bangun karena rasa sakit dari perutnya. Andreana lalu mendekatinya dan mencengkram kerahnya, setelah itu Andreana memukulinya dengan membabi buta.

“Kau! Jangan…… memukul…. Suamiku!!” teriak Andreana sambil memukuli wajah Askar wanita yang tadi memukul Muhanov, “Apa kau tidak tahu kalau dia adalah suamiku, dasar bodoh! Rasakan ini!”

“Saya mohon! Saya mohon—Arrghhh! ampun, Grand Master! Arrgghhh!” pinta Askar wanita itu sambil menjerit.

“Mati kau! Matilah bersama dosamu!”

“Maafkan saya—Arrghgh!  Grand Master, Maafkan saya, Arrrghhh!”

Wajah cantik Askar Wanita tersebut sampai babak belur dipukuli oleh Andreana. Matanya sampai melebam dan hidungnya mengeluarkan darah.

“Tunggu Andreana. Hentikan! Jangan dipukuli terus.” kata Muhanov sambil menghentikan tangan Andreana dan berusaha menjauhkannya dari Askar wanita yang tadi dia pukuli.

“Lepaskan aku suamiku. Aku belum selesai memberi dia pelajaran!” kata Andreana sambil meronta.

“Andreana! Sudah hentikan! Ampuni dia!”

Teriakan Muhanov langsung membuat Andreana diam dan berhenti meronta. Setelah itu Andreana dengan lembut mencoba melepas tangan Muhanov dan Muhanov melepasnya. Andreana lalu berjalan ke Askar Wanita yang tadi dia pukuli dan menendang tubuhnya.

“Beri dia hukuman rajam dan buang mayatnya ke laut” ucap Andreana kepada Askar Wanita yang lain.

“Baik, Grand Master Andreana.” jawab mereka sambil gemetaran.

Mereka lalu mengangkat tubuh Askar Wanita tadi dan membawanya pergi.

Andreana lalu mendekati pintu Gereja Santa Maria dan mengakses sebuah panel [Administration] dari sana. Dia mengotak-atik isi dari panel tersebut. Setelah selesai, dia menghampiri Muhanov sambil membawa panelnya tadi.

“Nah Muhanov,” kata Andreana sambil menunjukkan panel yang dia pegang, “Aku sudah mengubah aturan di Gereja Santa Maria ini. Sekarang kau bisa masuk.”

“Baiklah……” jawab Muhanov dengan ekspresi datar.

“Sekarang, jika ada yang mengusik suamiku di sini. Maka akan menjadi dosa besar yang tidak bisa dimaafkan dan langsung diberi hukuman mati.”

“Eehhh…. Baiklah.”

 Andreana lalu berjalan lagi ke pintu gereja dan memasukkan panel [Administration] ke dalamnya. Gereja Santa Maria lalu bersinar sebentar dan sepuluh Askar wanita baru datang dari dalam. Mereka membentuk barisan di depan pintu sambil berlutut.

“Sekarang ayo masuk Muhanov” kata Andreana sambil memeluk lengan Muhanov dan menariknya masuk ke dalam. 

Muhanov menurutinya dan ikut masuk ke dalam, tapi sekilas dia melihat wajah Askar Wanita yang terlihat ketakutan saat Andreana dan Muhanov melewati mereka. Muhanov sampai tidak habis pikir rasa mengerikannya Andreana ketika sudah memakai kekuasaannya di sini. Apalagi wajah Andreana juga masih terlihat sangat marah karena kejadian tadi.

Hanya saja wajah marah Andreana perlahan hilang saat sudah masuk ke dalam Gereja. Seluruh mukanya terlihat memerah dan memendamkan wajahnya ke lengan Muhanov. Ternyata dia malu saat semua wanita yang ada di dalam gereja tersebut mesam-mesem sambil meneriakinya. 

Bahkan terdengar teriakan dari beberapa wanita tersebut, seperti:

“Cie, cie, Grand Master Andreana sedang bermesraan sama suaminya.”

“Oh, Grand Master! Selamat atas pernikahanmu.”

“Grand Master Andreana. Kamu punya selera yang bagus. Suamimu ganteng!”

“Grand Master, jangan lupa untuk Lebah Makan Bunga ya!”

“Grand Master mesra banget! Suit suit.”

“Grand Master Andreana, kalau minta saran Lebah Makan Bunga, jangan sungkan-sungkan hubungi aku.”

Itulah kalimat-kalimat yang dilontarkan mereka untuk menggoda Andreana. 

Andreana hanya diam membisu sambil terus menutup mukanya yang kemerahan ke lengan Muhanov. Muhanov jadi bisa melihat sisi imutnya di sini.

“Andreana, kalau kamu berniat memamerkanku di sini. Setidaknya bangga sedikit dong.” kata Muhanov.

“Uuuhhhhh.” balas Andreana sambil membenamkan wajahnya ke lengan Muhanov..

“Bukannya kau pernah bilang kalau aku harus bangga menikahi seorang Grand Master Templar. Kenapa kau malah malu sendiri di sini.”

“Aku cuman bilang agar kau saja yang bangga, bukan aku.”

“Bagaimana aku merasa bangga kalau Grand Master yang aku nikahi ini menutup mukanya ke tanganku?”

“Uuuhhh.”

Andreana terus menarik tangan Muhanov sambil menutup wajah malunya dengan lengan Muhanov. Dia mengajak suaminya sampai ke sebuah tempat dimana mulai banyak sekali wanita berotot kekar di sekitarnya. Saat Andreana dan Muhanov lewat, mereka melakukan hormat dengan sopan. Bedanya saat melewati wanita sebelumnya, wanita kekar di sini memandang tajam Muhanov dengan wajah jijik.

Meskipun begitu, para wanita yang juga memakai seragam sama dengan Andreana ini juga terlihat menarik. Otot-otot kekar mereka yang besar terlihat jelas menonjol di seragam yang mereka pakai. Wajah mereka juga tidak kalah cantik meskipun riasan mereka terlihat sederhana. Muhanov jujur saja sampai tertarik dengan mereka, ini baru pertama kalinya dia melihat ada wanita seperti ini.

Andreana lalu berhenti di depan pintu ruangan dengan simbol pedang dan perisai. Pintu itu dijaga oleh seorang wanita kekar yang tubuhnya hampir sama seperti lebar pintu tersebut. Wanita kekar itu memiliki tinggi yang sama seperti Muhanov dan seperti wanita kekar lainnya, dia memandang wajah Muhanov dengan sangat tajam.

“Hai, Rina.” sapa Andreana kepada wanita Kekar itu.

“Grand Master Andreana,” balas Rina sambil memberi hormat. “Sebuah kehormatan kepada saya menerima sapaan hangat darimu. Apa ada yang bisa saya bantu hari ini.”

“Aku mau melakukan perbaikan dan perawatan pada jubah besiku. Berhubung ini adalah perawatan terakhir, bisakah aku meminta pelapisan sihir yang lebih kuat?”

“Kami bisa melakukannya. Tapi sebelum itu, bisakah suami anda menunggu di ruang tunggu di sana?”

“Hah? Tidak apa-apa kan kalau dia masuk? Apa kau sudah membaca peraturannya?”

“Sudah, Grand Master. Bahkan saya sudah membaca peraturan yang anda ubah baru saja. Tapi masalahnya ruangan di sini tidak pantas untuk dimasuki pria karena anda di dalam sini akan telanjang.”

“Tapi aku istrinya, tidak apa-apa kan suamiku melihat aku telanjang”

“Iya, anda benar. Tapi, yang telanjang bukan anda saja. Apa anda ingat itu Grand Master?”

“Ah iya aku lupa. Maaf Muhanov, bisakah kamu menungguku di ruang tunggu di sana. Jangan khawatir, wanita-wanita di sini tidak akan menyentuhmu, ya kan Rina?”

“Iya benar, kami tidak akan menyentuh suami anda, Grand Master”

“Baiklah.” jawab Muhanov sambil pergi menuju ke kursi dan duduk di sana.

Rina lalu membuka pintu dan mempersilahkan Andreana masuk ke dalam ruangan tersebut. Rina lalu berjalan mengikuti Andreana untuk menemaninya.

Hal pertama yang Andreana lakukan adalah membawa jubah besinya ke Ruang Perawatan. Berhubung jubah besinya berada di dalam [Inventory] senjata sucinya, jadi dia meletakkan senjata sucinya ke tangan patung Santa Maria dan meninggalkannya di sana untuk diperbaiki oleh pandai besi. Proses perbaikan dan perawatan untuk jubah besinya membutuhkan waktu satu jam lamanya. Jadi sambil menunggu, dia menuju ke Ruang Kesehatan untuk memeriksa kondisi tubuhnya.

Ruang Kesehatan juga dijaga oleh wanita yang kekarnya sama dengan Rina, namanya adalah Dokter Kiara. 

Setelah Andreana masuk ke dalam, Kiara menyuruh untuknya untuk telanjang. Setelah Andreana telanjang, Kiara lalu memeriksa seluruh badan Andreana dari atas kepala dan kaki. Mata, mulut, punggung, buah dada, dan otot-otot Andreana diperiksa dengan sangat merinci.

“Sepertinya ototmu agak melunak, Grand Master. Apa kau mau melakukan pembentukan otot lagi?” tanya Kiara sambil menyentuh otot-otot tangan Andreana.

“Tidak lah. Buat apa?” balas Andreana.

“Tentu saja agar bisa sangat gagah dan keren seperti kami.” ucap Kiara sambil memamerkan otot-otot kekarnya.

“Nggak deh, nanti suamiku tidak suka. Segini saja cukup,” kata Andreana, “Dan di bagian perut ini,” Andreana meraba perutnya, “Otot-otot di sini mungkin akan membuat tubuhku terlihat jelek untuknya.”

“Tidak, Grand Master. Tubuh anda masih terlihat sangat cantik.”

“Aku tidak mau menerima komentar dari sesama perempuan.”

Setelah itu Andreana diperiksa juga kondisi sirkuit sihirnya dengan membuat dirinya mengeluarkan kemampuan penuh pengendalian apinya

Kiara terus mendata seluruh proses kinerja tubuh Andreana beserta sirkuit sihirnya selama Andreana menggunakan kemampuannya. Setelah semua selesai, dia lalu memberikan laporannya kepada Andreana.

“Grand Master. Tubuh anda masih dalam kondisi baik. Kemampuan anda juga masih sangat kuat seperti biasanya. Tapi karena anda sudah menikah, saya harap anda jangan terlalu memaksakan diri ketika melakukan aktivitas. Terutama jika anda sudah melakukan Lebah Makan Bunga. Ditambah anda masih memegang Apel Eden, maka anda harus sangat hati-hati dengan kondisi tubuh anda yang kemungkinan bisa menurun karena senjata suci tersebut.” kata Kiara.

“Baiklah, terima kasih laporannya Kiara.” jawab Andreana.

“Sama-sama Grand Master. Maaf kalau agak telat, selamat atas pernikahanmu.”

“Terima kasih, Kiara.”

“Jubah besi anda juga sudah selesai diperbaiki dan terkalibrasi dengan senjata suci anda. Anda bisa mengambilnya di tangan patung Santa Maria.”

“Terima kasih lagi, Kiara.”

Andreana lalu pergi dari Ruang Kesehatan dan pergi ke Ruang Perawatan untuk mengambil senjatanya di tangan patung Santa Maria. Setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut.

Sesaat Andreana keluar, betapa terkejutnya dia melihat Muhanov dikelilingi oleh wanita-wanita dan mereka sedang menggoda suaminya itu.

“HHEEEEEIIIII!” teriak Andreana langsung berlari ke arah mereka” PERGI KALIAN!! SYUH! SYUH! PERGI!!”

Wanita-wanita yang mengerumuni Muhanov tadi langsung lari terbirit-birit saat Andreana menghampiri mereka. 

“AYO PERGI DARI SINI! SYUH! SYUH! Teriak Andreana lagi.

Muhanov merasa Andreana seperti mengusir ayam ketika dia mengusir wanita-wanita yang tadi mendekatinya.

“Lah, kenapa kamu usir mereka, Andreana?” tanya Muhanov.

“Kenapa kamu tidak mengusir mereka?” balas Andreana bertanya kepadanya.

“Yah, mereka hanya ingin mengobrol denganku.”

“Arrrghhh! Kamu dilarang mengobrol dengan mereka!”

“Lah kenapa?”

“Pokoknya dilarang! Jangan pernah menerima ajakan mereka!”

“Tapi mereka sama sekali tidak menyakitiku, Andreana.”

“Rina! Kenapa kau tidak menyuruh Ksatria Kudus mengusir mereka?” tanya Andreana kepada Rina.

“Kami disuruh untuk tidak mendekati suami anda, bukan disuruh mengusir Santa yang mendekatinya.” jawab Rina dengan santai.

“Aarrrggghhhhh!” gerutu Andreana sambil mengacak-acak rambutnya, setelah itu dia menarik tangan Muhanov dan membawanya pergi.

“Hati-hati di jalan, Grand Master dan selamat menempuh hidup baru.” ucap Rina sambil melambaikan tangannya dengan wajah agak sedikit sedih melihat Andreana pergi.

Andreana lalu menarik pergi Muhanov sampai keluar gereja. Muhanov bisa melihat beberapa Santa tadi masih mengikuti mereka. Tentu saja ketika ketahuan oleh Andreana, dia langsung mengusir mereka lagi. 

“Jangan ikuti suamiku! PERGI!!!” teriak Andreana.

“Kenapa kau mengusir mereka, Andreana?” tanya Muhanov., “Mereka kan tidak menyakitiku.”

“Mereka itu, Santa! Kau dilarang mendekati mereka, Muhanov.”

“Santa? Apa itu?”

“Mereka adalah gadis perawan yang—mereka pokoknya predator pria dan kau tidak boleh dekat-dekat dengan mereka!”

“Heee, padahal aku sudah dikasih roti sama mere—Hei!”

Andreana tiba-tiba mengambil roti yang dipegang oleh Muhanov dan dia langsung membakarnya sampai jadi abu dengan mengeluarkan api dari tangannya.

“Aku belum memakannya.” kata Muhanov.  

“Pokoknya dilarang!” kata Andreana, “Kamu dilarang mendekati dan menerima apapun dari mereka! Apa ada lagi sesuatu yang kau terima dari mereka!”

“Kamu cemburu, Andreana?”

Pertanyaan tadi langsung membuat muka Andreana memerah bercampur malu dan marah.

“Tidak! Aku tidak cemburu sama sekali!” balas Andreana, “Pokoknya Santa adalah wanita yang berbahaya di sini, kau jangan sampai mendekati mereka!”

“Baiklah, baiklah.” jawab Muhanov.

“Jadi, apa ada sesuatu lagi yang kau terima dari mereka?”

“Tidak ada.”

“Benarkah?” Andreana memandang tajam ke Muhanov

Andreana terus membawa Muhanov sampai keluar dari Istana Templar. Tapi mereka keluar menuju Istana bagian belakang dimana ada sebuah lapangan yang begitu besar dan luas. Lapangan tersebut berisi beberapa naga yang sedang duduk dan beristirahat.

“Mereka benar-benar ngotot sekali mengejarmu, suamiku. Untung sekarang mereka sudah tidak mau mengejarmu kalau sudah ada di sini” ucap Andreana.

“Kau tidak perlu berlebihan seperti itu kan?” kata Muhanov.

“Suamiku, kau tidak tahu betapa mengerikannya mereka ketika sudah mulai mendekati pria,” balas Andreana sambil memegang pipi Muhanov, “Permisi, aku mau memeriksamu dulu.”

“Buat apa—”

“Diamlah!”

Andreana meraba-raba wajah Muhanov dan diperiksa dengan teliti setiap sudutnya: Mata, telinga, hidung, rambut, semuanya! Bahkan dia menjewer pipi Muhanov dengan keras sampai Muhanov merasa kesakitan.

“Hentikan!” kata Muhanov sambil melepas paksa tangan Andreana dari pipinya “Kamu sedang apa sih Andreana? Sakit lo!”

Andreana terkejut ketika Muhanov terlihat marah. Dia langsung mundur selangkah darinya.

“Ah maaf. Maafkan aku. Maafkan aku,” balas Andreana dengan sedikit ketakutan dan wajahnya menunduk, “Aku tadi hanya memeriksa kalau kamu mungkin akan dihipnotis oleh mereka. Maafkan aku, suamiku”

“Dasar kamu ini, mereka kulihat hanya wanita biasa gitu.”

“Tapi Santa tetap berbahaya Muhanov, kamu jangan dekat-dekat dengan mereka!”

“Iya, iya, bilang saja kamu cemburu.”

“Aku tidak cemburu—Kyaaahhh” 

Tiba-tiba sebuah naga yang bentuknya seperti kura-kura dengan penuh tanduk di punggungnya mendarat tepat di belakang Andreana. Rambut Andreana langsung beterbangan ke atas sampai menutup mukanya sendiri serta Muhanov. Naga tersebut sangat besar sampai-sampai saat dia mendarat juga menggetarkan tanah di sekitarnya.

Terlihat ada seorang wanita yang duduk di atas leher naga tersebut. Wanita itu berambut biru langit dengan poni tengah dan berkacamata. Dia mengenakan seragam yang sama seperti Andreana. Setelah itu dia langsung turun dan menyuruh naga tersebut untuk beristirahat. dia  menoleh kepada Andreana dan langsung tertawa terbahak-bahak.

“Hahahaha. Lihat itu rambutmu, Grand Master.” kata wanita itu sambil tertawa.

“Reina!” teriak Andreana sambil merapikan rambutnya, “Kau bisa mendaratkan nagamu dengan benar nggak sih?”

“Kok aku yang dimarahi sih, Grand Master? Salahmu sendiri kan kenapa berdiri di tempat nagaku mendarat.”

“Di sana kan masih luas, kenapa kau harus mendarat di sini.”

“Nagaku lebih suka mendarat di sini. Ya kan, Tarrasque?”

“Graarr” balas Tarrasque dengan pelan.

“Kamu pasti sengaja mendarat disini, kan?” ucap Andreana masih marah.

“Hmmm, nggak tuh.”

“RE. I. NA!”

“Iya, iya, aku minta maaf deh, maaf.” balas Reina.

“Minta maaf yang benar!”

“Baiklah. Saya Santa Martha VII minta maaf telah sengaja mendarat di dekatmu, Grand Master Andrean.a” ucap Reina sambil menjulurkan lidah.

“Kamu jangan mengejekku, Reina!” 

“Duh, kamu ini jangan marah-marah terus dong. Aku kan hanya bercanda.” 

Reina lalu mendekati Andreana dan merapikan rambut Andreana yang tadi acak-acakkan. Tubuhnya yang tingginya sama dengan Muhanov jadi mudah untuknya merapikan rambut Andreana karena tubuhnya yang pendek.

“Sudah cukup, Reina! Aku bisa merapikannya sendiri!” kata Andreana sambil menepis tangan Reina.

“Baiklah. Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di sini, Grand Master? Aku pikir kau masih ada di Vangarian.”

“Aku di sini untuk menghukummu!”

“Oh ayolah, Grand Master. Kamu masih marah ya? Kalau begitu, aku kasih kamu sesuatu deh,” Reina lalu membuka panel [Inventory] dan mengeluarkan sebuah bungkus plastik berisi permen berwarna coklat kehitaman dari sana. Dia lalu memberikannya kepada Andreana.

“Ooohhh!” mata Andreana langsung terbelalak melihatnya, dia langsung mengambil bungkusan tersebut dari tangan Reina, “Oohhhh!!!!!”

Andreana langsung gembira dan loncat-loncat saat menerima bungkus permen tersebut.

“Ya ampun, Grand Masterku masih seperti anak kecil,” ucap Reina sambil mengelus kepala Andreana. Hanya saja pandangannya teralihkan saat ada pria yang masih berdiri di dekat Andreana “—Oh! Kamu siapa?” 

Andreana yang baru sadar dari senangnya langsung membawa menarik Muhanov dan menjauhkan jarak antara mereka dengan Reina.

“Kau! Dilarang dekat-dekat dengannya!” kata Andreana.

“Hmmm. begitu rupanya, dia suamimu rupanya, Grand Master.” ucap Reina tersenyum sambil mendekatinya.

Andreana lalu melindungi Muhanov dengan membuat Muhanov berada di belakangnya. Dia mengerang seperti kucing seakan-akan berusaha mengusir Reina yang mau mendekatinya.

“Mau?” kata Reina mengeluarkan bungkus permen lagi dari [Inventory]nya.

Andreana yang paham maksud niat jahat Reina langsung mengeluarkan senjata sucinya dari sarungnya. Dia mengacungkannya langsung ke leher Reina.

“Ok, ok, ok. Aku bercanda.” kata Reina sambil mengangkat kedua tangannya.

Tapi lucunya, Andreana mengambil bungkus permen yang dipegang Reina sambil tetap mengacungkan senjatanya. Reina jadi tertawa kecil melihatnya.

“Jangan khawatir, Grand Master. Aku tidak akan ‘memangsa’ suamimu. Jadi bisakah kau turunkan senjatamu, nanti aku kasih lagi deh permen Salmiakki” kata Reina sambil mengeluarkan lagi satu bungkus permen berwarna hitam tersebut.

Tentu saja, Andreana mengambil lagi. Tapi Andreana tetap mengacungkan senjatanya.

“Kamu mau berapa agar mau menurunkan senjatamu?” tanya Reina.

“Berikan aku 30 bungkus!” balas Andreana.

“Ok deh, nanti aku kasih. Jadi bisakah kau menurunkannya, aku nanti bisa mati lo.”

Andreana lalu menurunkan senjata sucinya dan memasukkannya ke sarungnya. Tapi tangannya masih berjaga-jaga sambil tetap mengawasi Reina.

“Halo, suaminya Andreana. Namaku Reina Mcmillan, Santa Martha VII.” kata Reina.

“Siapa yang mengizinkanmu mengenalkan dirimu sendiri kepada suamiku, Reina!” teriak Andreana. 

“Hei!” Reina lalu mendekati Muhanov dan memegang tangannya, “Bisakah aku mengirim permintaan teman kepadamu?”

“Reina!” teriak Andreana langsung melepas tangan Reina dari Muhanov, “Pergi sekarang kamu!”

“Iya deh, iya. Aku pergi sekarang. Selamat tinggal Grand Master. Semoga bahagia.” kata Reina sambil menjulurkan lidahnya, setelah itu dia pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam Istana.

“Andreana, dia cantik juga.” celetuk Muhanov.

Mendengar ucapan Muhanov, Andreana lalu memukul-mukul Muhanov. “Jangan tertarik sama dia, jangan tertarik sama dia! Aku istrimu!” ucapnya.

“Sudah kuduga, kamu cemburu.”

“Aku sudah bilang, Aku tidak cemburu!”

Wajahnya terlihat imut saat Andreana marah, apalagi yang membuatnya imut adalah dia tidak jujur kalau dia sebenarnya cemburu. Muhanov membalasnya dengan mengelus kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status