Share

Part 04

—04—

Dave masih terdiam setelah kepergian Clara yang meninggalkan tatapan berlapis air bening dari manik mata abunya.

Bayangan dari tatapan yang menyiratkan kesedihan yang begitu mendalam seakan berputar di atas kepala Dave. Lalu merasuki saraf otaknya hingga dia tak sadar bahwa; untuk sepersekian menit waktunya sempat memikirkan wanita bernama lengkap Clara Davonna Dawn.

Dave tersadar saat beberapa hidangan makanan tersaji di hadapannya. Lantas dia mengerutkan keningnya dan menatap sang pramusaji dengan heran.

"Kapan aku memesan semua ini?" tanya Dave. Dia bahkan melontarkan pertanyaan bodoh. Dirinya tak mengingat bahwa dia sudah menduduki tempat Clara dan Maggie yang sebelumnya sudah memesan makanan.

"Ini pesanan yang dipesan dua wanita yang tadi duduk di sini, Sir. Bukankah tadi salah seorangnya sudah berbicara dengan anda?" tanya pramusaji itu.

Dave memijat sisi pelipisnya dengan mata terpejam, bagaimana bisa aku mengeluarkan pertanyaan konyol itu?!  batin Dave.

"Hm... Jadi bagaimana, Sir? Makanan yang sudah keluar tidak bisa di cancel," ujar pramusaji mengingatkan.

"Eherm... Ya, aku akan membayarnya. Bisa kau bungkus saja semuanya? Wanita yang memesan semua ini, mendadak harus pulang. Aku akan mengantarkannya nanti," ungkap Dave.

Pelayan tersebut mengangguk dan membiarkan Dave berjalan ke bagian pembayaran, sementara dia membungkus semua makanan sesuai permintaan Dave.

-

Dave memasuki lobby apartemen. Dia membawa dua bungkus kantong berisi makanan yang dipesan oleh Maggie dan Clara. Dave juga memasukkan uang cash Maggie ke dalam amplop yang dia minta oleh pihak restoran.

Dia membayar semua makanan tersebut sebagai permintaan maafnya karena berlaku kasar saat kemarin.

Dave keluar dari lift dan langsung menuju unit tempat Clara tinggal. Dia berniat menekan bel di samping pintu. Namun belum sampai terlaksana, pintu tersebut sudah terbuka. Menampilkan Maggie yang  sedang menerima panggilan telepon.

Maggie ikut terkejut dengan kehadiran Dave di depan pintunya. Dia lantas meminta kepada lawan bicaranya ditelepon untuk menghubunginya nanti.

Lalu Maggie tersenyum kepada Dave dengan ekspresi wajah bertanya-tanya.

"Hm... Hai Dave," sapa Maggie kikuk. Pasalnya Dave muncul dengan wajah datar tanpa mengucapkan apapun.

"Hm... Ini. Pesanan kalian saat di restoran tadi. Aku meminta mereka membungkusnya. Kurasa kalian tetap harus makan," ujar Dave menjelaskan maksud kedatangannya.

"Oh... Ya. Terima kasih Dave. Masuklah... Clara sedang berendam air hangat. Dia sedang.... Hm... You know... Messed up," ungkap Maggie.

Dave hanya mengangguk dan tersenyum.

"Baiklah... Aku tak akan mengganggu. Aku hanya mengantarkan makanannya. Di dalamnya ada amplop berisi uangmu. Anggaplah makanan ini sebagai permintaan maafku, tolong sampaikan saja padanya," ungkap Dave.

"Oh ya ampun... Kenapa kau harus repot-repot melakukan itu? Harusnya kami yang mentraktirmu tadi. Kami sungguh minta maaf karena tak jadi—" ucapan Maggie terhenti karena dering ponselnya terdengar.

Maggie meringis meminta maaf sekaligus meminta ijin untuk mengangkat panggilan tersebut. Maggie sedikit berbisik dan memekik kesal dengan orang yang menghubunginya itu.

Hingga panggilan berakhir. Maggie kembali meringis di hadapan Dave.

"Hm.... Sampai mana tadi?" tanya Maggie.

"Sudahlah. Tak apa... aku sudah melupakannya," ujar Dave.

"Hah... Syukurlah jika memang begitu... Hm, bisa aku meminta tolong sesuatu padamu?" tanya Maggie sedikit ragu.

Namun dia terpaksa meminta bantuan Dave.

Dave tampak sedang menimbang-nimbang permintaan apa yang akan dikatakan Maggie.

"Ada apa?" tanya Dave akhirnya.

"Ini sedikit mendesak. Tunanganku saat ini mengalami masalah dijalan. Aku harus segera membantunya sekarang. Namun... Aku tak mungkin meninggalkan Clara sendiri dalam keadaan yang kacau. Jadi... Bisakah kau menemaninya sebentar. Hanya sampai dia tidur," ungkap Maggie.

Dia sungguh merasa tak enak meminta bantuan Dave -pria yang baru dikenalnya-. Namun Maggie merasa Dave bukanlah orang jahat. Terbukti dari pembelaan Dave soal wanita yang berusaha menuduh Clara.

"Kumohon... Ini sungguh mendesak," bujuk Maggie.

Dave kembali menghela napasnya, "baiklah... Hanya sampai dia tertidur?" tanya Dave memastikan.

"Ya. Hm... Saat ini dia sedang mandi. Mungkin agak lama. Namun setelah itu dia akan beranjak tidur. Kau boleh menyetel film atau membaca majalah jika kau jenuh menunggu," ujar Maggie.

"Ya... Tenang saja. Aku mempunyai caraku sendiri untuk menghilangkan rasa bosanku," ujar Dave.

"Oh syukurlah... Maaf sekali lagi jika merepotkan," ujar lagi Maggie masih merasa tak enak.

"Ya... Tak apa. Pergilah... Bukankah keadaannya mendesak?" Dave mengingatkan.

"Oh ya ampun! Kau benar. Baiklah... Katakan pada Clara aku terburu-buru, bye..." Maggie beranjak dari unit apartemennya. Lalu Dave memasuki ruang tamu dan duduk di atas sofa.

Dia meletakkan makanan yang dia bawa ke atas meja. Lalu duduk dengan tenang. Dia melihat jam dipergelangan tangannya. Menunjukkan pukul tujuh malam. Dia membuka ponselnya dan mulai sibuk dengan benda persegi itu.

Hingga setengah jam kemudian... Tak ada tanda-tanda bahwa Clara telah selesai mandi. Lantas dia beranjak dari duduknya dan berniat mengecek keadaannya Clara.

Dia mengetuk kamar yang dipintunya terdapat papan reklame kecil bertuliskan 'Clara room'. Lantas Dave mengetuknya dan memanggil Clara.

"Clara... Kau sudah selesai mandi?" tanya Dave dari balik pintu.

Namun hening... Tak ada jawaban sama sekali. Dave mencobanya sekali lagi, dan hasilnya sama.

"Clara... Jika kau tak menjawab. Aku akan masuk," peringat Dave.

Dan hasilnya tetap tak ada jawaban. Dave kembali mengingat tatapan rapuh Clara. Dirinya mulai khawatir dan berpikiran buruk. Dia mencoba membuka pintu kamar Clara yang ternyata tak terkunci.

Keadaan hening membuat Dave semakin berpikiran negatif. Lantas Dave mendekat ke kamar mandi dan kembali memanggil Clara.

"Clara... Ini aku, Dave. Hm... Maggie meminta tolong padaku untuk menemanimu. Dia mendadak harus mengurus masalah tunangannya. Apa kau belum selesai? Karena Aku juga harus pulang," ujar Dave.

Dan lagi-lagi tak ada jawaban yang keluar dari mulut Clara.

"Clara! Aku akan mendobrak pintunya jika kau tak menjawabnya lagi!" seru Dave semakin panik. Dan kekhawatirannya semakin kuat karena untuk kesekian kalinya… Clara tak menjawab peringatannya.

Dave bersiap untuk mendobrak pintu kamar mandi Clara. Namun bersamaan dengan terdobraknya pintu kamar mandi Clara...  Terdengar suara wanita yang memekik terkejut.

"Oh shit! Dinginnya! Bisa-bisanya aku ketiduran lagi!" serunya beranjak dari bathup.

Tepat saat itu, Dave berhasil masuk dan terlihat jelas semua milik Clara dari kepala hingga ujung kaki.

"Aarghhh!! Bagaimana kau bisa masuk!" pekik Clara.

Dia kembali masuk ke dalam bathup berusaha menutupi tubuhnya dengan air yang sudah tak berbusa.

"Oh ya ampun! Kau bertanya seolah aku seorang penyusup! Aku sudah memanggilmu berkali-kali! Dan kau tak menjawabnya! Saat aku mendobrak pintumu, kau baru bersuara bahwa kau tertidur!" tukas Dave.

Dirinya kesal setengah hidup, mengkhawatirkan wanita di hadapannya itu. Namun kenyataannya... Clara hanya tertidur saat sedang berendam.

Sungguh seperti sebuah lelucon bagi Dave.

"Aku terbiasa tertidur saat berendam. Apa itu salah?!" balas Clara, "lagipula untuk apa kau di sini? Di mana Maggie?" tanya Clara masih berusaha menutupi dadanya. Dia masih merasa risih karena keadaannya yang naked. Dengan Dave yang berada di hadapannya.

"Percuma kau berusaha menutupinya! Aku sudah melihat semuanya barusan! Lebih baik, selesaikan mandimu. Dan keluar jika kau ingin mendengar penjelasanku!" tukas Dave dan melangkah keluar.

Clara hendak berdiri sambil mencebik.

"Lima menit!"

"Ah! Dasar mesum! Kenapa tiba-tiba kembali!" pekik Clara kembali duduk

Sementara Dave kembali membelakangi Clara. Dirinya lupa bahwa Clara dalam keadaan tak memakai apapun.

"Jika lebih dari lima menit, aku akan pergi!" lanjut Dave menjelaskan niatnya kembali.

Dave keluar dari kamar Clara. Dia mengusap wajahnya lelah.

Ya ampun... Bagaimana bisa ada wanita seperti dia?! batin Dave.

Lalu lekukan tubuh polos Clara kembali terlintas dipikirannya.

"Damn! Kenapa bayangan tadi terus terlintas!" gumamnya.

"Hentikan Dave! Jangan menjadi mesum hanya karena wanita itu!" gumam lagi Dave. Dia berjalan menuju sofa yang tadi dia duduki.

Sialan! Bayangannya tak bisa hilang! C'mon Dave! Jangan menjadi gila seperti ini. Bukankah kau sering melihatnya saat memotret model-model tanpa busana, batin Dave berkecamuk.

Tepat lima menit kemudian... Clara keluar dari kamarnya dengan pakaian tidur yang begitu imut dan menggemaskan. Dia menatap tajam Dave yang juga melakukan hal yang sama.

Clara duduk di hadapan Dave dan melirik bungkusan yang ada di atas meja.

"Itu pesananmu di restoran tadi!" kata Dave seakan tahu isi pemikiran Clara.

Clara kembali menatapnya, "jelaskan saja, kenapa kau bisa masuk ke sini? Dan dimana Maggie?" tanya Clara.

Dave menghela napasnya lalu menjelaskan kejadian bagaimana dia bisa berada di unit apartemen Clara.

Wanita itu hanya mengangguk dan kembali menatap bungkusan berisi makanan tersebut.

"Makanlah... perutmu kosong, dan kau berendam terlalu lama. Kau bisa sakit jika seperti itu. Aku akan kembali... Kau bisa menjaga dirimu sendiri bukan?" tanya Dave.

Clara terdiam dan menunduk.

"Baiklah... Diammu kuanggap sebagai jawaban iya. Aku pergi," ujar Dave beranjak.

"Tu-tunggu," cegah Clara.

Dave menoleh, menunggu ucapan Clara.

"Jangan pergi. A-aku... Takut...," ungkap Clara. Suaranya semakin kecil seperti cicitan seekor burung.

Dave tertawa saat mendengar pengakuan Clara. Bagaimana bisa wanita dewasa takut ditinggal sendirian. Dave merasa seperti mendengar anak kecil berusia sepuluh tahun yang merengek tak ingin ditinggal.

"Jangan menertawakanku! Aku sungguh takut sendirian. Aku memiliki kejadian tak mengenakkan saat kecil. Dan... Sampai sekarang aku tak terbiasa jika ditinggal sendirian," ungkap Clara semakin menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Dave menghentikan tawanya dan berdeham. "Eherm! Baiklah... Setidaknya aku juga harus mandi. Aku akan mengambil pakaianku dan menumpang mandi di sini," usul Dave.

Clara mendongakkan kepalanya dan beranjak dari duduknya saat melihat Dave yang hendak melangkah ke pintu keluar.

"Aku ikut!" seru Clara memegang lengan Dave.

Dave menoleh dan mengerutkan keningnya bingung.

"Sudah kubilang-kan. Jangan tinggalkan aku sendiri, jadi aku akan ikut," ujar Clara lagi.

Dave semakin mengerutkan keningnya dan berniat menjahili Clara.

"Kau ingin ikut aku mandi? Apa kau ingin melihat milikku juga? Agar kita impas?" tanya Dave mulai jahil.

Clara membulatkan matanya dan seketika melepas pegangan pada lengan Dave. Lalu kepalanya menggeleng cepat.

"Tidak! Dasar mesum! Baiklah... Cepat ambil bajumu dan kembalilah ke sini!" tukas Clara dan menghentakkan kakinya kembali ke sofa lalu duduk diam.

**   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status