Suara tembakan dari senjata api terdengar nyaring dari sebuah rumah bergaya Eropa. Tak seperti rumah pada umumnya, yang memiliki halaman belakang yang luas untuk dijadikan kebun atau taman bunga.
Namun untuk seorang Jonathan. Dia menjadikan halaman belakang rumahnya, sebagai area berlatih untuknya dan wanita yang dia cintai melakukan aktifitasnya sekarang. "Bagus Nath! Lakukan sekali lagi," ujar Jonathan. Lalu Natasha kembali menarik pelatuk dari senjata apinya. Dan suara tembakan kembali terjadi. Jonathan memperhatikan titik tembakan yang dibuat Natasha ke boneka target. "Lumayan untuk hari ini, kau belajar dengan cepat. Tapi besok, aku ingin kau sungguh-sungguh mengenai titik target yang ku buat." kata Jonathan. Pria itu kembali menghampiri Natasha yang baru membuka kacamata dan penutup telinganya. "Aku akan berlatih lagi malam ini, aku akan menggunakan penyadapnya." kata Natasha. "Tidak usah Nath. Malam ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ujar Jonathan meraih pinggang Natasha untuk masuk kembali ke dalam rumahnya. "Kemana?" "Masih rahasia, kau akan tau nanti. Untuk sekarang... Aku ingin menghukummu dulu," ujar Joe menatap Natasha penuh arti. Sedetik kemudian... Joe membawa Natasha dengan menggendong wanita itu. Natasha memekik terkejut. Namun belum sampai dia teriak. Natasha sudah dibungkam dengan ciuman dari Jonathan. Dan membawa wanita itu ke kamar.- Suara desahan dan erangan keduanya bersautan memenuhi kamar. Hingga mereka melepaskan setiap kenikmatan yang tercipta. Jonathan baru saja membaringkan dirinya di samping Natasha. Namun suara tembakan terdengar nyaring terasa dekat dari tempatnya. Keduanya terkejut, dan memakai bajunya dengan cepat. "Tetap di sini Nath!" perintah Jonathan. "Tapi—" Natasha bungkam saat pria bermata coklat gelap itu menatapnya dengan tajam. Jonathan keluar dari kamarnya. Dia mendapati Richard Dowson di ruang tamunya. Duduk setelah mengambil minuman beralkohol. "Maaf mengganggu kegiatan gila kalian. Aku tak tahan mendengarnya. Jadi aku menembakkan peluruku ke papan target milik Nata. Dan 'dor!' kau keluar dalam hitungan detik," ungkap Richard tak merasa bersalah. "Sialan! Dasar sinting!" bentak Jonathan kesal. Richard hanya tertawa mengejek.**—01— Senyum diwajah Natasha tercetak jelas. Rambutblode-nya berterbangan searah dengan semilir arah angin berhembus menyapukannya ke belakang. Sebuah kapal boat menjadi kendaraan terakhir yang akan membawanya dan Jonathan ke sebuah tempat. Pelarian yang terasa seperti sebuah liburan bagi Natasha. Jonathan membawanya keluar dari rumah yang memenjarakannya menjadi budak dari pria tua bangka yang membelinya. Pria yang memiliki aura dingin itu tak henti memperhatikan wajah bahagia yang terpancar dari paras cantik Natasha; wanitanya yang malang. Namun mulai sekarang. Jonathan telah berjanji pada dirinya
—02— Jonathan membawa Natasha untuk masuk ke dalambathup.Setelah dia menyuruh wanita itu untuk membuka semua benang yang menempel di tubuhnya Pria itu lalu ikut masuk ke dalambathupdengan tubuh yang juga sama polosnya. Menuangkan anggur ke dalam gelas yang tersedia di pinggirbathupitu. Memberikan minuman pada wanita yang terlihat tegang, namun sangat menggoda. Lalu dia juga meminum anggur yang dia tuangkan sendiri. Menikmati hangatnya air dan harumnya aroma dari wangi-wangian yang sudah sejak tadi disediakan entah dengan siapa, yang jelas semua itu perbuatan Richard Dowson. Natasha meletakkan minumannya, dia memainkan b
-03- Setelah satu harian Natasha dikuasai oleh Pauline. Akhirnya pada malam harinya. Wanita itu dapat dikuasai sepuasnya oleh Jonathan. Pria yang sejak kemarin menahan hasratnya untuk tak menerkam Natasha secara membabi buta itu. Kini tengah menikmati dirinya yang berada di dalam Natasha. Wanita di bawahnya itu mampu membuat Jonathan mengumpat dan mengerang tak tau malu. Ditambah kegiatan itu sudah berlangsung selama satu jam lamanya. Jonathan yang begitu memasuki penginapannya. Langsung meraup bibir Natasha dengan tak sabaran. Memojokkan wanita itu ke dinding. Meremas bagian dada Natasha. Membuka baju Natasha dengan merobeknya.&n
-04- Jonathan melirik Natasha yang duduk di hadapannya. Dia sedang menikmati makanannya. Setelah peperangan kecil dengan Pauline di kamar. Pria itu merasa malu dengan sikap Pauline, yang memarahinya seperti anak nakal yang membuat ulah di sekolah. "Hentikan senyum mengejekmu itu Nath!" tukas Jonathan. "Aku tak mengejekmu," jawab Natasha. "Jangan hiraukan dia Nath. Habiskan saja sarapanmu dan minum vitaminmu," ujar Pauline. "Vitamin apa yang kau berikanmom?" tanya Jonathan pada Ibunya.
—05— "Katakan siapa Odelia, Nathan?!" tanya lagi Natasha. Karena tak mendapat jawaban apapun dari Jonathan. "Bukan 'kah itu temanmu yang kau minta untuk diselamatkan?" jawab Jonathan atau mungkin dengan sengaja bertanya balik. "Namanya bukan Odelia. Tapi Margaretha," ungkap Natasha. Jonathan mendekat, namun Natasha kembali membuat jarak. "Benarkah? Pasti Richard salah mencari tau orang itu. Kau tau sendiri, dia tak bisa melihat wanita cantik," jawab Jonathan. "Tak ada yang bernama Odelia di sana Nathan! Kau ingin berbohong apa lagi?" "Lebih bai
Indahnya Venice, nyatanya tak membuat Jonathan maupun Natasha betah berlama-lama berada di kota atas air itu. Sehingga keduanya memutuskan untuk berpindah ke Inggris. Negara kelahirannya yang membuat Jonathan nyaman untuk tinggal menetap di sana. Dia membawa Natasha ke Mansion yang hanya diketahui oleh Ibu dan sahabatnya -Richard-. Natasha sendiri berdecak kagum dengan kemewahan mansion itu. Interior disetiap sudut ruangan, memiliki kesan tersendiri bagi sepasang manik mata hijau bening itu. Belum lagi beberapa ruangan rahasia yang hanya ditunjukkan padanya. Dan yang paling menarik dari semua itu adalah halaman belakang yang berbeda dari kebanyakan halaman mansion lainnya. Jonathan membuat sebuah p
Natasha terbiasa mandiri untuk pergi membeli keperluan rumah tangga. Meskipun beberapamaidmerasa tak enak dengannya. Namun demi membuatmaiddi mansionnya nyaman. Dia mengajak satu orang untuk membantunya mencari bahan makanan yang akan dibelinya. Dia sangatexitedsaat mertuanya berkata akan datang malam ini. Dia dengan semangat membuat daftar belanja untuk menyiapkan makanan demi menyambut Pauline. Disebuah supermarket besar di Inggris raya. Dia Dan seorangmaidyang paling muda bernama Rachel, sedang mengelilingi supermarket tersebut. "Rachel bisa minta tolong kau ambilkanparmesan, di rak sana?" pinta Natasha. Rachel mengangguk dan berjalan mengambil sebuah
Setelah mendapat perintah dari suaminya. Natasha bergegas merapikan barang-barang yang akan dibawa ke rumah Pauline. Dia memasukan baju-baju yang terlihat lebih sopan untuk dipakai, dia juga merapikan peralatan mandi danmake upsehari-hari yang biasa dia gunakan. "Kau tak perlu membawa semuanya sayang. Pauline akan menyediakannya. Dia akan memanjakanmu seperti seorang anak gadis," ujar Jonathan. Dia memasuki kamarnya, melihat Natasha yang sibuk menyiapkan banyak barang. "Oh... Sayangnya kegadisanku sudah kau ambil waktu itu," ujar Natasha. Jonathan mendekat. Memeluk Natasha dari belakang dan menghirup tengkuknya dalam. "Dan aku sudah bertanggung jawab untuk itu sayang," ujar Jon