Share

Part 08

-08-

"Matheus Arthur Wesley! Berhenti bicara dan jangan campuri urusanku!" hardik Clara.

________

Lagi-lagi menghentikan ucapan Matheus. Bersamaan dengan itu Clara berbalik, menatapnya dengan sorot mata tajam, begitu juga Dave yang berada tepat di belakang Clara berjarak beberapa langkah sambil mengerutkan keningnya dalam.

"What happened, Cla? Kenapa kau menghentikan ucapannya?!" tanya Dave.

Membuat Clara menoleh dan menatapnya sinis. Tatapan yang diterima dan dibalas oleh Dave tak kalah sinis.

Dave melangkah mendekati Clara, tanpa berniat menghilangkan sorot tajam dari manik abunya.

"Apa yang hendak kau sangkal, Cla? Kenyataan bahwa kalian adalah adik kakak? dan tak dapat terelakkan bahwa darah yang ada di dalam tubuh kalian yakni dari gen yang sama, sebagai keturunan Wesley?!" sergah Dave.

Semakin mengikis jarak antara dirinya dan Clara. Bahkan wajahnya mendekat tepat di depan wajah Clara, hingga hidungnya menyentuh hidung Clara... lalu ia mendesis, "That's impossible if you and Matheus are together, then have children as perfect as Anggie?!" tandas Dave.

Matheus menyeringai, dibalik tubuh Clara yang terdiam mematung. Sesuai prediksinya bahwa Dave terlalu pintar untuk dikelabui.

Dan keadaan Clara semakin terjepit saat pria dibelakangnya itu, tak sedikitpun mendukung keputusannya untuk menyembunyikan semua kisah dimasa sulitnya tanpa pria yang ia cintai.

Dan kini... di saat pria itu kembali hadir, hendak mencari tahu kesakitannya yang telah lama ia kubur dalam-dalam, Dave berkeras untuk membuatnya mengungkap kejadian kelam itu.

Membuat Clara kembali memutar memory menyakitkan yang menjadi alasan utamanya tak kembali kepada Dave, hingga dirinya mendapatkan banyak cobaan bertubi-tubi dan memaksanya untuk berdiam tanpa berani kembali kepada Dave.

Clara yang tersudut, akhirnya tak sanggup menahan butiran bening yang sudah meluncur bebas di pipinya.

Clara menggeleng dan mulai terisak dalam diam dengan menundukkan wajahnya... Membuat Dave mengerutkan keningnya keheranan. Ia mencoba mengalihkan tatapannya kepada Matheus yang malah mengalihkan pandangannya.

Keadaan menjadi sangat hening hingga isakan tangis Clara terdengar begitu sendu dan sangat menyayat hati Dave.

Dave hendak merengkuh Clara ke dalam pelukannya... Namun Clara melangkah mundur, membuat Dave maju dan berkeras ingin memeluk Clara demi merasakan beban yang wanita itu tanggung selama ini.

"That's enough, Dave! Please . . Leave me alone. Give me time...." Clara kembali menjauh.

Ia bahkan menggunakan tangannya untuk mendorong tubuh Dave, agar berhenti mendekat. Tubuhnya menolak Dave yang hendak merengkuhnya... namun sorot matanya menyiratkan sebaliknya.

Clara sangat ingin berada dalam dekapan hangat Dave. Merasakan kenyamanan yang diberikan pria itu sejak dulu. Namun saat ini... ada hal yang membuatnya harus melangkah mundur. Sebelum dirinya siap mengatakan kenyataan yang ada.

"Aku janji akan menceritakan semuanya... tapi berikan aku waktu. Kau baru saja tiba hari ini.... Dan itu membuatku terkejut," lirih Clara.

Mencoba menahan air matanya dengan mengedipkan matanya berkali-kali, sambil menahan napasnya... ia meminta dengan sangat kepada Dave.

"Please.... Kembali beberapa hari lagi. Tinggalkan nomor teleponmu, maka aku akan menghubungimu. I promise," tekad Clara.

Dave mengusap wajahnya yang lelah, ia mencoba menahan diri untuk tetap tenang menghadapi Clara yang terlihat emosional.

Dave melipat kedua tangannya di depan dada, salah satu tangannya mengusap keningnya sejenak. Hingga akhirnya ia mengangguk.

"Hah... okay! Jika aku bisa menunggu selama empat tahun... Bagiku tak masalah jika kau meminta beberapa hari lagi...," ujar Dave.

Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Clara begitu lekat. Tatapan yang tak pernah berubah sedikitpun. Sorot mata cinta yang terbalut rapi dengan rindu dan kesedihan.

"Istirahatlah... Aku akan pulang," timpal Dave.

Clara tersenyum tipis dan mengangguk.... "Thank you," gumamnya.

Lalu berbalik menatap Matheus yang cukup menyesal hingga membuat kakaknya menangis begitu sendu.

"Please... jangan katakan apapun. Aku akan mengatakannya sendiri," kata Clara berbisik.

Matheus mengangguk dan mengusap bahu Clara. wanita itu hendak kembali melangkah, namun terhenti saat Dave kembali memanggilnya.

"Cla...," panggil Dave.

Clara menoleh dan tubuhnya tertarik masuk ke dalam pelukan pria itu.

Pria yang terlihat kuat walau di dalamnya menyimpan kepedihan yang sejak dulu hingga sekarang ia harus kembali menunggu.

"I'm sorry...," bisik Dave.

Clara mengangguk dalam dekapan pria itu. Lalu ia melepas pelukan Dave, mencoba tersenyum dan kali ini benar-benar beranjak dari hadapan pria itu.

Meninggalkan Dave bersama Matheus, untuk diberikan penjelasan bagaimana bisa mereka tinggal bersama dalam satu atap yang hanya ada seorang bocah kecil.

Sungguh akan membuat siapapun yang melihatnya akan salah paham dan mengira Clara dan Matheus adalah keluarga kecil yang bahagia dengan seorang bocah perempuan.

Sayangnya... itu tidak berlaku bagi Dave. Pria yang selalu berpikir positif dan tak ingin menilai segala sesuatunya dari sudut pandang umum.

Matheus mengalihkan tatapannya kepada Dave, begitu juga dengan Dave... setelah Clara menghilang di undakan tangga terakhir.

"Well... silahkan duduk... kau ingin coffee or tea?" tanya Matheus.

Berusaha ramah, walau jika mengingat hubungannya dengan Dave di masa lalu, cukup buruk dan bahkan bersaing dengan cara licik.

Namun empat tahun telah berlalu... banyak hal yang dilalui Matheus dari keterpurukannya, hingga kembali diberikan semangat hidup oleh seseorang.

"Aku tak memiliki waktu untuk berbasa basi denganmu! Katakan saja... Bagaimana bisa kau dan Clara tinggal dalam satu atap?!" tukas Dave menajamkan tatapannya kepada Matheus.

Pria itu terlihat santai, dengan menggulung lengan kemejanya dan berjalan mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin.

Karena tak mendapat jawaban dari tawarannya, maka Matheus berinisiatif memberikan Dave sebuah minuman kaleng dan meletakkannya di meja ruang tamu.

"Duduklah... maka aku akan menjelaskannya," ujar Matheus lagi.

Sedikit memaksa Dave yang teguh akan pendiriannya. Namun akhirnya ia duduk di hadapan Matheus. Dengan tatapan yang tak dialihkan sedikitpun dari pria tersebut.

"Bagaimana kabarmu? Aku serius bertanya... karena aku tak percaya dengan yang dikatakan berita tentangmu," tutur Matheus.

"Sungguh itu bukan hal penting yang bisa kau bicarakan. Jika kau hanya ingin membuatku kesal. Lebih baik aku kembali ke tempatku!" tukas Dave.

Dia berdiri dari duduknya dan hendak melangkah.

"Ibunya meninggal setelah bersusah payah melahirkannya," lirih Matheus menghentikan langkah Dave.

Pria itu menoleh, menatap Matheus yang tersirat kesedihan dari ucapannya barusan.

Matheus menatap Dave yang kembali duduk di hadapannya, ia kembali membuka mulutnya untuk melanjutkan ucapannya.

"Clara terlanjur berjanji untuk membalas kebaikan ibu Anggie... dengan cara menjadi ibu bagi Anggie. Mengingat Clara kecil yang tak memiliki kedua orang tua. Membuat Clara tak rela membiarkan anak dari sahabat yang sudah dianggap seperti kakaknya itu, harus mengalami hal yang sama," ungkap Matheus.

"Wanita yang kau maksud ibu Anggie... Mungkinkah..., Maggie?" tebak Dave.

Helaan napas kasar terdengar bersamaan dengan lolosnya setetes air bening dari mata Matheus. Ia mengalihkan tatapannya dan berusaha terlihat kuat di depan orang lain.

"Ya... she is gone," gumamnya.

Seakan tak sanggup mengatakan kenyataan yang menyakitkan bagi Matheus, disaat dirinya telah berubah dan berusaha membahagiakan wanita yang dicintainya. Namun harus berakhir dengan perpisahan.

Dave terdiam tak percaya... Sungguh kabar yang begitu mengejutkan untuknya.

"Dia sudah merasakannya... namun dirinya berkeras untuk melahirkan Anggie.... Aku memohon kepadanya untuk merelakan anak kami. Namun dia memintaku untuk merelakannya pergi," ungkap Matheus.

Semakin dalam penyesalan yang dirasakannya saat dua pilihan berat di hadapkan olehnya.

"Heh... kenapa aku jadi menceritakan kisahku," kekeh Matheus.

"Well... Maggie meninggalkan-"

"Aku turut menyesal untuk kepergiannya.... Maaf, aku sungguh tak tahu," sela Dave.

Matheus tersenyum dan mengangguk memaklumi semua yang telah terjadi. Membiarkan kisahnya dengan wanita yang dicintainya menjadi kenangan indah sekaligus menyakitkan untuk diingat olehnya.

"Ini...." Matheus mengulurkan sebuah amplop coklat kepada Dave.

"Aku menyimpannya dibrankas bank-ku. Maggie menyiapkannya untukmu. Aku tak ingin Clara mengetahui ini... jadi kuharap kau tak lagi salah paham denganku."

Dave meraih amplop coklat yang diberikan Matheus. Menatapnya dengan takjub akan peninggalan seseorang yang begitu baik namun kini telah tenang di alam sana.

"Kuharap setelah kau membukanya... kau tak lagi menganggapku buruk. Aku sungguh telah berubah.... Aku melewati masa kelamku Maggie mendampingiku, hingga kami bersama dan dipisahkan dalam waktu singkat." Matheus mencoba meyakinkan Dave, saat pria itu mulai membuka amplop pemberian Maggie.

Di dalamnya terdapat foto dan kegiatan Clara selama satu tahun terakhir setelah perpisahannya dengan Clara, tepatnya sebelum kematian menjemputnya.

"Aku menambahkan beberapa foto dan kegiatan Clara, setelah kepergian Maggie. Dia memintaku melakukan itu untukmu... karena Maggie begitu yakin, Clara tak akan menceritakan semuanya kepadamu."

"Dirinya menjadi tertutup semenjak...." Matheus menghentikan ucapannya.

Dia tahu hal tersebut begitu sensitif, dirinya juga sempat menyesali perbuatannya kepada Clara. Walau pada akhirnya takdir dari orang lain yang menghancurkan Clara.

"Terima kasih.... Aku akan berusaha menjalankan permintaan terakhir Maggie...." Dave hanya mampu berkata demikian.

Saat dirinya begitu menghargai usaha Maggie yang tetap menyimpan hal-hal penting yang dilakukan Clara.

Bahkan di dalam amplop coklat itu... terdapat juga sebuah amplop putih yang didepannya bertuliskan....

'Hanya dibuka saat Clara tak mau menceritakan hal penting... yang menurutku hanya dia yang berhak mengatakannya....

Maaf Dave, hanya ini yang bisa kuberikan. Seandainya Tuhan memberikanku umur yang lebih lama. Aku akan berusaha menyeret wanita bodoh itu kembali kepadamu.

Kuharap kalian bisa kembali bersama.'

Matheus mengangguk dan tak bisa berkata banyak... Ia sudah berjanji kepada Maggie untuk membiarkan Clara menceritakan satu kisah yang menjadi alasan utama Clara bertahan untuk menjauh dari Dave.

"Tunggulah dia mengungkapkannya... Kau akan mengerti alasan sebenarnya Clara tak ingin kembali kepadamu," ujar Matheus.

"Walau aku dan Maggie berharap kalian bisa kembali bersama, maka berusahalah," tandas Matheus.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status