"Kalau begitu... maaf, Cla. Aku tak bisa," ucap Dave.
Seketika Clara tercengang dengan kalimat Dave yang di luar ekspektasinya. Setelah melihat kedekatan Dave dengan Anggie dua hari yang lalu, ia mengira pria itu akan membuka diri untuk anak perempuannya.
Itulah Clara menjelaskan semuanya dan meminta Dave untuk mengerti. Walau ia tahu dirinya akan terlihat begitu egois dengan meminta banyak hal.
"Be..begitukah?" tanya Clara. Pandangan matanya bergerak gelisah ke kiri dan kanan.
Clara tak tahu harus bagaimana merespon ucapan Dave. Hatinya terasa mencelos begitu saja, seperti baru saja mendapat penolakan secara tidak langsung. Kini matanya berkedip gelisah, berusaha menahan panas di pelupuk mata.
"Ba-baiklah. Kalau begitu aku akan segera kembali dan—"
"—Aku tak bisa bersaing dengan bocah perempuan semanis Anggie, Cla. Menurutmu apa aku tega membagi kasih sayang seorang ibu dengannya, hanya untuk kepentingan hidupku?" tanya Dave.
Matahari semakin tinggi dan teriknya kian memanas menyilaukan pandangan mata. Dave dan Clara harus memakai kaca mata hitam saat keluar dari mobilsportuntuk memasuki sebuah restoran Italia.Dave meraih pinggang Clara dan memasuki restoran dekat apartemennya di Avalon Clinton ke tempat makan di Carmine's Italian Restaurant yang dekat dengan museum Madame Tussauds dan berseberangan dengan Times Square.Setelah membawa Clara untuk mengisi perut, Dave berniat mengajak wanitanya pergi ke Times Square untuk berbelanja beberapa kebutuhan Clara selama bersamanya di Manhattan.Namun kini Dave yakin perut Clara begitu kosong karena ia menghabisi wanita itu hingga lelah tak berujung. Bahkan Clara sempat memilih memakan makanan delivery, sayangnya Dave tak mengindahkannya.Dave tidak ingin menghabiskan waktu berdiam di apartemen, sementara Clara hanya sesaat untuk tinggal di Manhattan. Wanita itu akan kembali lagi ke Sydney
Clara memperhatikan Dave yang bersandar di atas ranjang, melihat pria itu begitu sibuk bergelut di depan laptopnya, dengan alis berkerut dan raut wajah serius tercetak jelas di wajah tampan pria itu."Apa pekerjaanmu serumit itu?" tanya Clara.Wanita itu duduk di samping Dave, memiringkan kepalanya menatap pria yang enggan menoleh padanya itu.Hei! Apa laptopnya kini lebih menarik dibandingkan Clara?Namun Clara tak mungkin cemburu dengan sebuah benda mati bukan? Lagi pula saat ini status Dave adalah seorang CEO. Sudah pasti akan banyak pekerjaan yang membutuhkan keputusannya, setelah beberapa hari ini ia sibuk mengurus masalah pribadinya.Sayangnya Clara tak sepenasaran itu untuk mencari tahu apa yang tengah dikerjakan Dave. Pria itu memintanya untuk beristirahat selama Dave melakukan pekerjaannya.Jadi Clara mencoba menghargai privasi Dave. Lagi pula ia percaya dengan apa yang dikerjakan Dave adalah untuk membangun masa depan cerah pria it
Sydney tepatnya di kawasan The Rocks selalu menyajikan hiburan tersendiri bagi Clara ketika kembali menyambahi tempat yang selama empat tahun terakhir menjadi tempatnya menetap tanpa Dave.Melewati jembatan yang menunjukan beberapa aksi penyanyi jalanan, menjadi ciri khas hiburan tersendiri bagi Clara. Ia berhenti sejenak untuk menyaksikan aksi acapella yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki peran masing-masing dalam menirukan suara alat musik.Pertunjukan itu tampak seru karena grup vokal tersebut bernyanyi sambil melakukandancesederhana. Sampai membuat beberapa orang bekerumun mengelilingi kumpulan tim penyanyi jalanan tersebut dan memberikan tepuk tangan serta beberapa Dollar sebagai apresiasi dari aksi mereka."Aku selalu suka dengan semua itu. Mereka sangat menghibur," ujar Clara saat mereka kembali menggunakan mobilnya untuk menuju ke rumah. Dave tersenyum sambil mengusap kepala wanitanya."Pantas kau betah berlama-lama
Dave membawa Anggie untuk tidur setelah makan malam mereka selesai. Ia terlihat begitu cepat bergerak untuk mendapatkan hati Anggie dengan segera.Ruangan kamar yang begitu feminin denganwallpaperpinkdancreammemberikan kesancutebagi Dave saat menjelajahi pandangan ke seluruh penjuru kamar. Terdapat sebuah lemari terbuka yang menampilkan beberapadresslucu dan menggemaskan.Dilengkapi kaca di bagian tengah berbentuklove, lalu sofa berbentuk lingkaran yang dihuni beberapa boneka besar seperti gajah dan kelinci. Di bagian ranjang terdapat satu bonekamouseyang sangat dikenali oleh Dave.Pria itu menatap cukup lama boneka tersebut, lalu tersenyum saat mengingat kenangan dari boneka berbentuk karakter tikus dalam sebuah kartun. Ia sendiri masih menyimpan miliknya di dalam lemari pakaian.
Suara seruan Anggie dan Dave berlari-lari dengan bertelanjang kaki di atas pasir putih yang begitu jernih membuat keseruan dua bocah sebaya itu tampak begitu menyenangkan.Rencana Matheus untuk mengajak liburan putri kecilnya bersama Clara, Dave dan Anna serta putranya, akhirnya terlaksana. Setelah sebelumnya Dave sempat mengunjungi Marvin yang tengah gelisah memikirkan kisah cinta segitiganya yang semakin rumit di saat pria paruh baya itu mulai memperjuangkan wanitanya.Dave menyetujui ide brilian Matheus meski ia tahu ada rencana lain selain untuknya mendekatkan diri dengan Anggie. Namun, benar kata pepatah yang mengatakan sekali dayung, dua tiga pulau dapat dilalui.Pemilihan tempat yang tepat dari seorang bisniswomanseperti Anna memang tak dapat diragukan. Wanita itu sudah lama ingin mengajak putranya berlibur ke pantai. Menenangkan hati dan menjernihkan pikiran dari masalah hidupnya, sekaligus membuat momen kebersamaan dengan sang buah
Perjalanan pulang yang begitu mendadak membuat liburan mereka batal begitu saja. Semua persiapan untuk menghabiskan liburan bersama gagal dalam semalam. Dan kini keadaan semakin rumit dan sulit untuk diselesaikan.Clara bahkan tak berhenti menangis di sepanjang perjalanan pulang bersama Dave. Dia terus merasa bersalah dan menyalahkan dirinya.Bayangan kecewa dari netra biru laut milik Anggie terus membekas di benak Clara. Dilengkapi dengan lapisan air bening dan ucapan menyayat hati yang terdengar begitu menyakitkan."Whydidyoulie to me?You're not My Mommy.She hasn'tbeen around since I was born.Then why did you admit it?" Rentetan pertanyaan terlontar di bibir mungil Anggie, dengan rengekan dan lirihnya suara kecil itu.Clara baru saja kembali setelah menenangkan Anna. Namun nyatanya kini dirinya yang butuh ketenangan. Ketika sergahan terlonta
Dave dan Clara terlihat sibuk bergulat di dalam dapur, keduanya sangat antusias untuk membuat sebuahcupcakesebagai permintaan maaf pada Anggie. Berharap bocah perempuan itu melunakkan hati dan mau memberi maaf.Dave terlihat serius mengaduk adonan dan mengikuti arahan dari Clara. Beberapa menit kemudian, keduanya menatapcup cakeyang sudah selesai dengan hiasan bertuliskansorryberwarnapinkdanpeach.Bunyi pintu yang terbuka membuat mereka tersadar akan kehadiran bocah yang ditunggu. Berharap anak itu sudah membaik dan mau bicara dengan Clara atau setidaknya pada Dave agar ia bisa membujuknya."Anggie, kau sudah tiba. LihatlahMomdan Mose membuat—""—Aku lelah dan aku ingin tidur," ujar Anggie menyela ucapan Clara.Sontak Clara terdiam dalam posisi berjongkok. Tangannya yang hendak memeluk Anggie, kini mengu
Dave tercengang melihat Clara menuruni anak tangga secara perlahan dengan mengenakan gaun yang tampak elegan dan membuat wanita itu berkali lipat cantik menggunakan riasan wajah tipis dan rambut tertata rapi, memperlihatkan leher jenjang yang tampak indah dengan kalung berbandul permata biru, seperti irish matanya."Wow…" gumam Dave begitu terpesona dengan penampilan Clara malam ini.Malam di mana ia mengajak Clara makan malam sebagai bayaran karena telah berhasil membujuk Anggie beberapa hari yang lalu. Kini bocah itu sedang menginap di rumah grandpa dan grandma Desmond untuk menceritakan kisah Maggie pada Anggie.Momen itu digunakan Dave dengan sangat baik. Merancang makan malam sempurna walau ia memaksa dan rela dikatakan sebagai pria bayaran, sebab memang ia meminta bayaran atas jasanya membujuk Anggie."Ada apa denganmu, Mousie? Apa aku berlebihan? Aku akan ganti—""—No! You looks perfect, Cattie." Dave mendekati Clara dan m