Share

Rumah Kost

Meikha menatap gerbang pagar besi itu sambil wajah yang sorot mata penuh dengan rasa puas.Karena akhirnya dia bisa menemukan alamat rumah ini dengan susah payah. Setelah cukup puas menatap gerbang, Meikha kemudian menekan bel yang terletak dekat pintu gerbang itu.

Meikha menekan bel itu sebanyak tiga kali. Sampai pada akhirnya pintu pagar gerbang itu bergerak dan terbuka. Satu sosok wanita berusia empat puluh tahunan membuka gerbang dan memandang wajah Meikha dengan ramah.

“Maaf Bu, permisi. Ini kamar yang bisa disewakan masih ada yang kosong enggak ya?” tanya Meikha.

“Si Mbak ini mau ngekost ya?” tanya ibu itu sambil memperhatikan penampilan Meikha.

“Kamu anak kuliahan atau sudah kerja?” tanya ibu pemilik kost itu.

“Gawat, aku bukan anak kuliahan dan juga seorang pengangguran,” gumam Meikha dalam hati.

“Soalnya beda lagi harga sewanya,” sambung ibu itu mencoba mengurangi rasa kurang pahamnya.

Meikha semakin dilema, sepertinya kalau harga seorang mahasiswa lebih  murah secara masih disokong orangtua biayanya. Sementara kalau orang yang bekerja sudah pasti biaya sewanya akan disesuaikan karena sudah mempunyai jaminan penghasilan.

“Kalau yang mahasiswa sewa perbulannya lima ratus ribu, kalau yang udah kerja itu satu juta, tapi fasilitas beda. Kalau mahasiswa tidak dapat pendingin ruangan dan kamar mandi barengan. Tapi kalau yang anak yang udah kerja itu, kamarnya dapat pendingin ruangan dan kamar mandinya di dalam.” Ibu itu menjelaskan fasilitas kamar sewa nya.

Ingin rasanya Meikha memilih harga sewa tipe mahasiswa, karena memang uang yang dia punya sekarang hanya cukup untuk membayar uang kamar sewa sebulan dan untuk makan beberapa hari ke depan. Jiwa menipunya pun terpanggil.

“Saya ma –"

“Tinggalkan fotocopy kartu mahasiswa nya aja kalau begitu,” kata ibu itu langsung saja. Tapi langsung membuat hati Meikha jadi menciut. Karena dia tidak punya kartu anggota mahasiswa.

“Saya pengangguran Bu,” jawab Meikha sedih.

“Kalau pengangguran enggak bakal bisa bayar sewa kamar dong,” timpal ibu itu.

“Tapi kalau untuk sebulan dua bulan saya bisa bayar kok Bu, saya mau cari pekerjaan di Jakarta,” jawab Meikha dengan sorot mata memohon agar bisa diterima.

“Ya sudah, kalau begitu untuk sementara sebulan ini kamu bayar sewa nya harga mahasiswa dulu aja. Nanti bulan depan kalau sudah dapat pekerjaan kamu bisa bayar sewa harga karyawan,” ucap ibu itu berbaik hati karena kasihan melihat Meikha.

“Terimakasih Bu, semoga ibu yang baik hati ini dilimpahkan rezeki yang banyak dan sehat selalu,” ucap Meikha mendoakan ibu kost-annya yang baik hati itu.

“Aamiin, ayo saya antar ke kamar kamu,” kata ibu itu kemudian mempersilakan Meikha masuk ke pekarangan rumah. Rupanya rumah kost-an ibu itu sangat luas. Ada dua bangunan. Satu bangunan mungkin itu rumah ibunya. Dan satu bangunan berlantai 2 dengan beberapa pintu kamar kostan. Sepertinya ada dua puluh kamar lebih yang disewakan punya ibu itu.

“Untuk kamar mahasiswa adanya di lantai dua,”kata ibu itu menjelaskan.

“Oh iya bu,ngomong-ngomong saya manggil ibunya apa ya?” tanya Meikha.

“Panggil saja saya Bunda Lily, jawab ibu itu dengan ramah.

“Oh Bunda Lily, makasih ya Bunda udah ngizinin saya menyewa kamar di sini!” kata Meikha.

“Iya sama-sama, kamar sewa saya ini memang yang paling murah diantara kost-kostan di daerah ini. Tapi meskipun murah tetap ada peraturan yang harus ditaati di sini. Eh iya siapa namamu Nak?” tanya Bunda Lily.

“Nama saya Meikha Bunda,” jawab Meikha dengan wajah tersenyum.

“Kamu berasal dari mana Nak?” tanya Bunda Lily sambil melangkahkan kakinya ke anak tangga menuju lantai dua.

“Saya dari Surabaya Bu,” jawab Meikha.

“Oh dari Kota Surabaya.” Bunda Lily kemudian membuka salah satu pintu kamar yang berada di paling ujung di lantai dua itu.

“Ini kuncinya,” kata Bunda Lily kemudian memberikan kunci kamarnya.

“O ya nanti kamu kasih fotocopy KTP ya sama uang sewa kamarnya nanti sore. Sekarang kamu istirahat dulu saja!” ucap Bunda Lily pengertian memberikan waktu dan kesempatan pada Meikha yang sepertinya kelelahan. Tentu saja dia sangat lelah setelah berputar-putar mencari alamat itu. Dan baru siang menjelang sore dia menemukan alamat ini.

Setelah Bunda Lily pergi, Meikha kemudian menutup pintu kamarya dan langsung melihat isi kamarnya. Hanya ada satu tempat tidur dengan ukuran single bed. Satu lemari kecil dan satu meja dengan satu kipas angin meja di atasnya. Cukup lumayan lah. Dan untuk kamar mandi, memang kamar mandi untuk kamar kost tipe mahasiswa ini harus berbagi dan bareng. Dan tadi Meikha sempat melihat ada tiga kamar mandi di ujung sebelah kanan dan dua kamar mandi di sebelah kiri. Dan jumlah kamar di lantai ini ada 10. Jadi satu kamar mandi bisa dipakai satu untuk dua orang. Yang pasti mungkin Meikha akan memakai kamar mandi yang paling dekat dengan pintu kamarnya.

Kemudian Meikha menyimpan ransel nya di lantai. Membongkar isinya dan langsung menyimpannya di dalam lemari itu. Pakaiannya hanya lima biji. Empat setel pakaian biasa dan satu setel adalah kemeja putih dan celana bahan hitam. Itu akan dia gunakan untuk  melamar pekerjaan. Meikha pun mengamankan satu map plastik berisi semua dokumen pentingnya. Dari ijazah sampai sertifikat sertifikat pelatihan yang tentunya itu adalah rekayasa yang dia buat. Mana pernah dia mengikuti pelatihan kerja. Selama ini dia lebih menghabiskan pelatihan menjahit dan menyulam di lapas. Dan mana mungkin dia menggunakan sertifikat pelatihan dalam lapas. Bisa-bisa tempat pekerjaan dan perusahaan yang dia lamar langsung menolak lamaran pekerjaannya.

Setelah semuanya dikeluarkan Meikha kemudian meraih sebuah benda terakhir yang dia keluarkan dari tasnya. Sebuah bingkai foto, foto itu adalah foto Bunda  Eva. Dia adalah pengasuhnya di panti. Hanya dia lah orangtua yang dia punya. Bunda Eva sudah Meikha anggap sebagai ibu sekaligus ayahnya selama di panti. Tapi sudah lima tahun berlalu Bunda Eva meninggal dunia. Meikha sangat kehilangan sosok Bunda Eva. Jadi Meikha hanya bisa memandang foto Bunda Eva, jikala dia sedang merindukannya. Dia tidak ayah dan ibu. Bahkan Meikha tidak tahu siapa orang tuanya.

Meikha kemudian menyimpan foto Bunda Eva di meja dekat tempat tidurnya. Mengusap kaca bingkai itu sebelum dia kemudian mengambil handuk dan perlengkapan alat mandi yang baru saja dia beli di warung di perjalanan tadi. Dia mau mandi terlebih dahulu agar lebih segar dan lebih berenergi lagi kalau sudah mandi.

Karena letak kamar mandinya di luar, Meikha pun sekalian mengambil baju gantinya. Dia ambil celana panjang dengan kaos ringan bertangan pendek. Lalu dia pun keluar dari kamarnya. Dan melihat sekeliling di lantai dua. Belum ada satu penghuni kost yang lain yang dia temui. Apakah karena ini masih jam tiga. Kemungkinan mereka masih kuliah. Meikha pun merasa santai untuk  melakukan ritual mandinya.

Sampai  di kamar mandi. Meikha melihat ember kecil dengan label tulisan nama.  Sepertinya penghuni kost ini menyimpan alat mandinya di kamar mandi dan memberi merk nama masing-masing agar tidak tertukar. Sayang Meikha tidak punya ember kecil itu. Jadi dia hanya menyimpan alat mandinya sembarang saja.

Sambil melihat kiri kanan untuk bisa beradaptasi dengan kamar mandinya ini. Meikha kemudian  mengguyur badannya dan membersihkan badannya yang bau keringat karena seharian tadi di jalan dengan polusi debu dan asap. Tak lupa Meikha pun mencuci rambutnya juga. Ketika membilas kepala dan tubuhnya dia mendengar beberapa suara dari luar. Sepertinya para penghuni kamar yang lain sudah mulai berdatangan. Meikha segera buru-buru menyelesaikan mandinya sebelum mereka mengantri mandi.

Selesai berganti pakaian, Meikha pun keluar dari kamar mandi. Dan melihat beberapa gadis sedang berdiri mengobrol di depan pintu kamar sewanya. Untuk menghargai mereka, Meikha pun menyapa  mereka semua.

“Hai semua, aku Meikha, aku penghuni kost baru di sini,” sapa Meikha.

“Hai Meikha, aku Nitya, selamat datang di sini, semoga bisa betah ya!”  sapa Nitya. Meikha melihat Nitya adalah gadis berusia 19 tahunan mungkin. Perawakannya kurus dan tinggi, sementara beberapa orang yan lain mengenalkan dirinya sebagai Kiyya dan Elsa. Mereka berdua bukan penghuni kamar sewa, tapi mereka merupakan teman kuliah Nitya.

Meikha pun menyapa semuanya. Namun sebelum Meikha masuk kembali pada anak, sebuah pertanyaan yang membuatnya terhenyak.

“Kamu kuliah di kampus mana?” tanya Nitya.         

Tentu saja Meikha pun terkejut dengan pertanyaan  menohok  itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status