Share

Terpaksa Berbohong

Sudah beberapa hari ini Meikha berkeliling mencari pekerjaan. Tapi tidak ada satu pun tempat yang mau menerimanya menjadi pegawai. Dia pulang ke kamar sewanya dengan merasa putus asa.

Sampai di kamarnya dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kecil.

Berkali-kali dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Tatapannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Dia kehilangan semangat.

“Huuuuft!” Tarikan napas Meikha untuk ke sekian kalinya.

‘Aku sudah tidak punya uang lagi untuk makan. Uang tabunganku sudah habis untuk sewa kamar ini.’

Meikha mengacak-acak rambut panjangnya. Dia merasa frustasi sekali dengan keadaannya yang menyedihkan seperti ini.

Meikha memegang perutnya yang terus berbunyi. Dia belum makan apa pun hari ini. Dia kemudian bangkit dari tidurnya dan mencari-cari sesuatu di tas ranselnya. Tidak ada satu bungkus biscuit pun.

Meikha kemudian menarik sweaternya yang menggantung di tembok. Dia akan pergi keluar sebentar. Mungkin kalau dengan berjalan-jalan dia bisa sedikit melupakan rasa laparnya. Dan siapa tahu juga ada penjual cemilan yang bisa untuk mengganjal perutnya.

Meikha kemudian keluar kamar dan berjalan melewati beberapa kamar sebelum dia turun tangga. Samar-samar dia mendengar tetangga kamarnya sedang berbicara di telepon.

“Mommy, maaf aku tidak bisa. Tiba-tiba saja ada pelanggan lain yang menelepon. Dan aku tidak bisa menolak. Jadi batalkan saja!”

Telinga Meikha mendengar dengan jelas ucapan Karina, tetangga kamarnya. Dia adalah mahasiswi cantik yang sering terlihat diantar pulang oleh laki-laki yang beda-beda. Meikha bisa menebak kalau Karina itu selain mahasiswa, dia juga seorang gadis penghibur.

“Apa dia sudah ke sini. Aduh Mom, aku enggak mau nemuin. Terserah Mommy mau bilang apa. Ya sudah tidak apa-apa jika dia harus mengambil lagi uang yang sudah dikasih ke Mommy!”

Meikha hanya tersenyum sinis mendengar percakapan Karina dengan induk semangnya itu. Meikha kemudian tak sengaja dari lantai dua bisa melihat sebuah mobil yang terparkir di depan rumah sewanya.

Meikha kemudian tak begitu memedulikan percakapan Karina di telepon. Dia terus turun ke bawah sambil memakai jaket sweaternya.

Meikha kemudian keluar dan menggeser pintu gerbang besi itu. Dan begitu dia keluar, seorang laki-laki datang mencegatnya.

“Apa kamu anak buah Mommy?” tanya laki-laki itu.

“Mommy?” Kening Meikha langsung mengerut mendengar kata”mommy.” Apa laki-laki itu mengira dirinya Karina. Meikha tadi sempat mendengar Karina menyebut kata mommy juga.

Perut Meikha kembali lagi berbunyi. Dia merasa sangat lapar. Jiwa penipu Meikha meronta-ronta. Mungkinkah dia harus menipu laki-laki ini demi bisa makan malam hari ini.

“Iya,” jawab Meikha cepat. Dia sudah kepalang basah menjawab iya.

“Kalau begitu cepat masuk ke dalam mobil,” jawab laki-laki yang rupanya Alex.

Meikha ragu, kenapa dia bisa menjawab dengan cepat. Apa dia tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana bisa dia jatuh ke pelukan pria hanya demi makan.

“Cepatlah, kita tidak punya waktu lagi. Nanti bos ku bisa marah!” seru Alex.

Meikha kemudian masuk ke dalam mobil. Urusan itu bisa dipikirkan. Tapi dia harus bisa memanfaatkannya untuk bisa makan.

“Tapi aku lapar, boleh kita makan dulu?” ucap Meikha.

“Kita tidak punya waktu Nona, kau bisa makan jika sudah berada di apartemennya!”

“Maksudmu?”

“Bosku sudah menunggumu di apartemen. Aku akan mengantarkanmu ke sana.”

Meikha mendesis memikirkan bagaimana caranya dia bisa makan tanpa harus pergi menemui bos nya yang hidung belang itu.

“Kau kan bisa memesannya makanan dari dalam mobil. Perutku belum makan. Bagaimana bisa aku menemui bos mu dalam keadaan lapar?”

“Oke, oke. Kita pesan dengan drive thru.”

‘Yes.’

Meikha bersorak dalam hati. Dan ketika mobil mereka melintas di salah satu gerai makanan cepat saji, Alex kemudian membeli apa yang dipesan oleh Meikha.

“Apa kau harus makan semua itu di dalam mobil?” tanya Alex melihat Meikha dengan lahap memakan hamburger, ayam goreng dan juga kentang goreng.

“Kan sudah aku bilang. Kalau aku itu lapar,” jawab Meikha.

Alex hanya mendengus kesal karena melihat Meikha mengotori mobilnya dengan makan di dalam mobil.

Alex kemudian mendapat notif pesan masuk lagi ke ponselnya.

[Apa kau sudah mendapatkannya. Ini sudah mau hampir satu jam?]

Alex kemudian membalas pesan Jordan dengan voice note.

“Kami sedang di jalan. Sebentar lagi sampai di apartemen!”

Meikha yang mendengar itu tibat-tiba tercekat. Perut dia memang sudah agak kenyang, tapi sekarang masalahnya berubah bukan lapar lagi, melainkan darurat.

‘Bagaimana ini, aku tidak mau menemui pria hidung belang. Aku tidak mau menjual tubuhku hanya demi sepotong hamburger dan sekantong kentang goreng,’ gumam Meikha panik.

Dia kemudian menyeruput habis minuman sodanya tak bersisa. Sekarang dia harus memikirkan caranya supaya bisa kabur dari orang ini.

Meikha kemudian melihat kalau mereka saat ini sedang berada di gedung parkir apartemen. Alex kemudian memberhentikan mobilnya.

“Kau bisa pergi menemui bosku tanpa di antar kan?” tanya Alex.

Meikha heran, tapi sekaligus senang. Dia bisa mempunyai kesempatan untuk kabur.

“Turunlah, kamar bosku ada di lantai 10, nomor kamarnya 1016.”

“Oke, aku akan pergi sendiri,” jawab Meikha bersorak dalam hati. Dia tidak akan tahu kalau dia akan kabur dan tidak akan menemui laki-laki yang dia panggil bos itu.

Meikha kemudian turun dari mobil, dan berpura-pura untuk berjalan menuju ke dalam apartemen. Tapi dia tidak tahu harus melangkah ke mana. Dia kebingungan mencari arah.

Alex kemudian turun dari mobilnya. Sebuah kesalahan besar kalau sampai gadis itu terlambat karena tidak tahu jalan. Nanti dia yang kena marah Jordan.

“Lewat sini, aku antar sampai depan kamarnya!” sahut Alex melambaikan tangannya ke arah Meikha.

‘Gawat, kenapa dia pakai mau anterin segala,’ umpat Meikha dalam hati.

Alex kemudian segera menarik tangan Meikha yang terlihat akan kabur itu. Dia segera mengantarkan Meikha menuju sebuah pintu yang mengarah ke pintu lift.

Alex tidak ingin mendapat masalah, jika nanti gadis itu malah tersesat dan terlambat ke kamar Jordan. Sedangkan Meikha, dia terlihat tegang karena merasa nasibnya diujung tanduk.

Apa dia akan berakhir di kamar laki-laki hidung belang itu. Meikha harus mencari cara agar dia bisa keluar dan kabur dari laki-laki itu.

‘Ya Tuhan, demi apa aku bisa sampai seperti ini. Apa harus dia menjadi wanita penghibur agar bisa melanjutkan hidupnya?’ perang batin Meikha terus berkecamuk di dalam hatinya.

Tibalah lift mereka di lantai 10. Alex kemudian menyuruh Meikha agar cepat berjalan.

“Tu-tunggu dulu Tuan!” ucap Meikha memberanikan diri.

“Sebenarnya aku bukan Karina,” ucap Meikha.

“Siapa maksudmu Karina?” tanya Alex.

“Karina itu yang anak buah Mommy,” jawab Meikha.

“Apa maksudmu. Tadi kau bilang kau adalah anak buah Mommy?” tanya Alex dengan wajah heran.

“Aku sudah bohong!” ucap Meikha.

Alex kaget dengan pengakuan Meikha. Dia merasa bingung campur panik. Kenapa gadis itu malah berbohong di saat waktu yang tidak tepat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status