Share

Bab 8

"Aku akan bekerja, kau tunggu saja di rumah, aku juga sudah meninggalkan makan untuk makan siang mu nanti," ujar Keana seraya memakai sepatunya, tidak mungkin rasanya jika ia membawa Arthur ikut bersamanya nanti Jack pasti akan bertanya-tanya. Jack memang cerewet, tapi begitu peduli kepada. Sahabat pirangnya itu memang selalu begitu.

"Apakah tidak boleh ikut?" Arthur menatap Keana memohon. Ia ingin ikut dengan Keana.

 Keana menggeleng. "Tidak bisa, ini pakailah ponselku dari pada kau bosan dirumah." Keana menyodorkan ponselnya kepada Arthur. Arthur menerimanya tapi jelas sekali raut tidak rela di wajahnya.

"Tapi-"

"Di rumah saja, nanti aku usahakan cepat pulang," potong Keana. Arthur sudah seperti anak kecil saja ya g minta dibawa.

Arthur menunduk, ada rasa tidak rela di dalam hatinya ketika Keana melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Arthur tidak ingin kesepian.

"Dah ...." Keana melambaikan tangan pada Arthur yang berdiri di pintu depan rumah dan Arthur pun membalasnya.

"Pulangnya harus cepat!"

~~~

Bruk!

Keana nyaris saja terjungkal bila tak ada sebuah tangan menyangga tubuhnya, akan sangat memalukan jika ia terjatuh di trotoar yang banyak orang berlalu-lalang ini.

"Ah, maaf. Saya tidak sengaja," kata orang itu.

Keana buru-buru berdiri dengan benar dan menatap orang yang menabraknya. Seorang pria. Pria itu melepaskan pegangannya pada bahu Keana.

"Ya, tidak apa-apa," jawab Keana.

"Ah, bajumu jadi basah," ujar pria itu melihat baju Keana yang terkena tumpahan Es Kopi miliknya.

Keana menunduk melihat baju bagian dadanya yang kecoklatan. Benar, rasanya juga dingin. Kotor sekali dengan bau yang menyengat.

"Tidak masalah, tuan. Ini bisa di bersihkan," ujar Keana.

"Sekali lagi maafkan saya, boleh tahu siapa namamu, nona?" Pria itu bertanya pada Keana yang membersihkan bajunya dengan tisu. Keana mendongkak.

"Nama saya Keana," jawab Keana singkat.

"Kalau begitu panggil saja saya Arlan." Pria itu menjabat tangan Keana. Keana melepaskan tangannya, entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia juga tidak ingin membuang waktu saat ini.

"Kalau begitu saya permisi." Keana pun pergi dari sana, menyusuri trotoar untuk sampai ke Caffe tempatnya bekerja.

Keana, ya? Si pria tersenyum.

~~~

"Bosan sekali, Keana masih lamakah?" Arthur melihat jam dinding, tadi ia melihat video yang berisi pelajaran membaca dan menulis dan sekarang ia sudah menguasainya. Sangat cepat.

Semalam Keana sudah menyimpan video belajar untuk anak usia kanak-kanak dan Keana berpikir akan bagus jika Arthur pandai membaca dan menulis.

02.45, itu lah yang ditunjukan oleh jarum jam. Arthur menguap bosan, ia sudah menonton semua video yang diunduh Keana, dan sekarang apa yang harus ia lakukan.

"Keana ...." Arthur berguling di atas kursi tamu yang panjang, tapi tidak cukup panjang untuk menampung dirinya. Arthur terlalu tinggi.

Brak!

   "Auh!" Dan Arthur terjatuh ke lantai.

~~~

"Jack!" Keana mendekati Jack yang sedang duduk di ruang kerjanya. Entah apa yang dilakukan pria itu Keana tidak tahu, yang pasti ia harus meminta izin untuk pulang cepat. Arthur sedang menunggu di rumah.

"Ya, ada apa, Keana?" tanya Jack heran, tidak biasanya Keana mau pergi ke ruang kerjanya, alasannya pasti kalian sudah tahu. Pacar Jack bisa marah.

"Aku izin pulang lebih cepat, ya?" Keana langsung mengatakan keinginannya.

"Hm? Tak biasanya," komentar Jack. Jack tidak mempermasalahkan jika Keana ingin pulang lebih cepat, hanya saja Jack tahu Keana adalah orang yang pekerja keras, ia tahu karena Keana pernah bekerja dua pekerjaan sebelumnya.

Daripada melihat sahabatnya yang kesulitan bekerja dua pekerjaan dan tidak terjamin keamanannya,  Jack menyuruh Keana untuk bekerja di tempatnya dengan Shift penuh, mulai jam 8 pagi hingga jam 5 sore, dan jika pengunjung banyak Keana akan bersikeras membantu sampai Keana lupa waktu.

Sebenarnya tidak hanya Keana yang mengambil Shift penuh, ada juga beberapa karyawan lainnya. Mereka sama seperti Keana yang sama-sama membutuhkan uang untuk bertahan hidup, itulah salah satu alasan mengapa Keana selalu merasa tidak enak jika ia mendapat gaji yang lebih dari pada yang lain.

"Aku ada sedikit urusan, apakah boleh?" terang Keana. Tidak mungkin ia berkata jika ia ingin pulang karena ada Arthur yang menunggunya.

Jack melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam 3.20. "Baiklah, tapi urusan apa?" Jack kembali bertanya.

"Ada, ini urusan perempuan." Keana kembali berbohong.

    "Perempuan? Kau sedang menstruasi? Apa sakit?" Jack seketika khawatir.

Tak!

    "Sakit!" Jack protes sembari mengusap kepalanya yang baru saja dijitak oleh Keana.

    "Kau ini cerewet sekali, sudahlah aku pergi dulu, Dah ...." Keana keluar dari ruangan kerja Jack.

"Hati-hati," pesan Jack.

~~~

Keana turun dari bus lalu berjalan kaki dari halte ke rumahnya. Di dalam bus tadi ia telah memikirkan untuk membeli beberapa pakaian untuk Arthur, pakaian yang kemarin dipakai Arthur terlihat kekecilan, Keana merasa bersalah. Mungkin ia akan mengajak Arthur ke tempat potong rambut.

Keana memeriksa tasnya dan mengeluarkan dompetnya, lalu menghitung uang gajiannya kemarin, masih ada banyak dan jika membelikan Arthur beberapa pakaian murah sepertinya tidak masalah.

Sebelum itu ia harus pulang dan mengajak Arthur untuk membeli pakaian bersamanya, akan mudah jika Arthur ikut dan memilih pakaian yang cocok.

Tak terasa Keana sudah sampai di jalan masuk ke rumahnya.

Deg!

    Tiba-tiba saja keana merasakan jantungnya berdetak cepat. Perasaan ini. Seperti ada kupu-kupu berterbangan di dalam perut Keana, sekarang ini di rumah ada yang menunggunya dan menanti kepulangannya. Keana tersenyum, rasanya bahagia sekali sama seperti ketika ia pulang sekolah dulu dengan sang ibu yang menanti di rumah.

Satu hal yang Keana tahu, ia tidak akan kesepian lagi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nas Wadz
nice,interesting story
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status