"Keana, pria tadi siapa?" tanya Arthur begitu mereka telah sampai di rumah, saat ini jam menunjukan pukul 6 sore dengan langit yang tadinya berwarna biru telah berganti dengan warna oranye. Mereka cukup lama menghabiskan waktu.
Keana menatap Arthur, ia bisa menangkap nada jengkel yang pria itu katakan. Meski tidak terlalu kentara. "Arlan? Dia hanya kenalan, tadi tidak sengaja aku bertemu denganya, kenapa?" Keana balik bertanya setelah menjelaskan siapa pria tadi.
Arthur mengalihkan pandangannya, ia menatap dinding rumah. "Dia seperti orang jahat," komentar Arthur. Keana mengerinyit heran, kenapa Arthur bisa berfikiran seperti itu?
"Jahat? Bagaimana kau bisa tahu?"
"Dia itu selalu mengajak Keana berbicara tidak hanya itu ia juga mencoba mendekati Keana, seolah-olah ingin merebut Keana dariku." Kalimat terakhir hanya mampu Arthur katakan hati.
Keana terkekeh, kenapa Arthur aneh begini. A
"Jack, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ujar Keana. Saat ini ada yang harus ini bicarakan dan ini penting.Jack menaikan alisnya, kenapa Keana tidak langsung mengatakannya saja? "Apa?"Keana melirik sekitarnya, di sini terlalu ramai. "Bisakah kita bicara di ruanganmu saja?" pinta Keana."Baiklah." Mereka pergi ke ruangan Jack. "Jadi apa?" tanya Jack, ia duduk di kursi kerjanya. Sedangkan Keana berdiri di depan.Keana terlihat agak ragu, gadis itu sesekali menghela nafas. "Aku ingin mengajukan pengurangan jam kerja, maksudku aku ingin bekerja sampai jam 3 dan kau boleh memotong gajiku." Keana menunduk dan meremas tangannya sendiri, Jack memang sahabatnya tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Jack terdiam sama halnya dengan Keana yang berharap-harap cemas. "Baiklah, tapi apa alasannya?" Akhirnya Jack bersuara. Keana mengangkat wajahnya. Apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur jika
"Jack!"Keana terkejut begitu Jack datang dan memukul keras kepala Arthur dengan vas bunga hingga vas bunga itu pecah. Jack menghampiri Keana dan langsung menyingkirkan tubuh Arthur, mendorongnya hingga Arthur jatuh di lantai."Kau tidak apa-apa?" Jelas sekali raut cemas di wajah Jack, ia memindai tubuh Keana dari atas ke bawah. Jack membuka blazernya dan menutup bagian tubuh Keana yang terbuka.Jack merogoh ponselnya. "Aku akan lapor polisi." Jack mendial nomor polisi.Keana yang melihat itu panik. "Tunggu!" cegah Keana. Sebenarnya Keana merasa ada yang aneh, kenapa Arthur bisa melakukan ini. Arthur itu polos. Keana tahu itu.Jack menatap Keana. "Ada apa? Keana?" Jack heran, ini pelecehan dan pelaku harus dilaporkan. Kenapa Keana mencegahku."Ugh." Arthur mengusap kepalanya, lalu berdiri. Kepalanya sedikit terasa sakit kerena ia merasa terkejut luar biasa tadi. Ketika mel
"Ugh ...." Jack memegang kepalanya, saat kejadian tadi melintas di benaknya, langsung saja Jack terlonjak bangun. "Keana!" Jack menarik Keana dan menyembunyikan tubuh Keana di belakangnya. Arthur bukan manusia, dan bisa saja ia membahayakan Keana. Begitulah yang ada di pikiran Jack.Keana mendengus melihat apa yang dilakukan oleh Jack, padahal ia baru bangun dari pingsannya. Arthur sendiri menatap tidak suka pada Jack, Jack sama saja dengan pria jahat itu, mau memisahkanya dengan Keana, begitu pikirnya."Sudahlah Jack, jangan berlebihan." Keana memberikan teguran pada Jack. Ia maju agar ia berada di tengah-tengah Jack dan Arthur.Jack menatap Keana dengan kesal. "Aku tidak berlebihan, Keana. Bagaimana kau bisa tinggal dengan makhluk seperti dirinya?" sergah Jack. Keana memegangi keningnya, kenapa Jack bisa seoverprotektif ini padanya, jika Angelina melihat pasti akan terjadi salah paham."Keana punyak
Pria 26 tahun itu mengusap wajahnya, lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang selalu menghiasi tidur lelapnya. Gadis yang selalu hadir dalam mimpi-mimpinya, gadis yang memandangnya berbeda dan satu-satunya gadis yang tidak peduli dengan statusnya anak siapa. Ia bangkit dari ranjangnya, ia harus mempersiapkan sesuatu. Hari ini ada operasi dan ia harus melakukannya.Pria itu melangkahkan kakinya memuju sebuah ruangan, tak lama kemudian ia keluar dengan memakai baju operasi lengkap dengan sarung tangan dan masker. Pria dengan warna rambut cokelat itu melangkah menuju tempatnya yang akan melakukan operasi."Tidak! Kumohon jangan lakukan ini." Suara itu menjadi penyambutnya ketika ia memasuki ruangan dimana ia akan melakukan operasi. Di atas ranjang sana, terbaring seorang wanita dengan tangan dan kaki yang terikat. Di sampingnya berdiri beberapa pria yang berpakaian sama seperti dirinya.Dia mengambil beberapa pisau bedah yang akan
"Hehehe, Arthur memang suka bercanda." Keana berusaha mencairkan suasana. "Ah, aku ke belakang dulu," lanjutnya. Keana pergi ke belakang karena ada beberapa hal yang harus diurusnya. Arthur juga akan mengikutinya namun tanganya ditahan oleh Emilia. Arthur menaikkan alisnya dengan pandangan bertanya."Bisakah kita duduk di sana, aku ingin mengenalmu," ajak Emilia, tidak lupa ia memberikan senyuman yang entah kenapa membuat Arthur merinding karenannya. Ia hanya menyukai senyum Keana. Keana mendengarnya namun Keana tetap melangkahkan kakinya."Tidak bisa aku-"Tahu Arthur akan menolaknya, Emilia memegang tangan Arthur. "Ayolah," potong Emilia. Gadis yang berdandan modis itu Arthur ke sebuah meja pelanggan.Setelah duduk Arthur meneliti Emilia, menurutnya wanita di depannya ini jahat. Mau memisahkanya dengan Keana juga. Pikiran Arthur tidak jauh-jauh dari itu. Keana, Keana, dan Keana."J
"Apa kau bilang!? Landak pirang?" Jack berkacak pinggang begitu mendengar sebutan Arthur untuknya, mengabaikan Keana yang menutup mulut menahan tawa. Rambut Jack memang pirang tapi dari mana asal landaknya? "Kau memang terlihat seperti landak," kata Arthur. Bisa kalian bayangkan betapa kesalnya Jack saat ini. "Ahahaha." Keana tidak lagi dapat membendung suara tawanya. Jack dan Arthur sangat lucu. Perdebatan mereka entah kenapa menjadi hiburan tersendiri untuk Keana, selama tidak main fisik Keana merasa tidak masalah. "Keana!" Lihat, bahkan Jack dan Arthur serempak memperingati Keana. Keana menghentikan tawanya, tapi perutnya masih bergetar. "Oke, Jack kalau begitu aku pulang dulu." Keana cekikikan lalu keluar dari ruang kerja Jack diikuti Arthur. Tapi sebelum Arthur keluar, Jack
Jack keheranan melihat Angelina datang kerumahnya dengan menangis tersedu-sedu, tampilan Angelina pun tampak kacau. "Kenapa, Angel?" tanya Jack, mereka masih di depan pintu dengan Angelina memeluk erat Jack. "Dia kembali, Jack." Jack tersentak, ia tahu siapa yang dimaksud dengan 'dia'. "Bagaimana bisa?" Jack mengurai pelukannya, menatap tepat dikedua manik Angelina yang berair. Angelina saat ini terlihat sangat rapuh. "Dia meminta kembali dengan Papa, setelah semua yang ia lakukan," lirih Angelina. Jack membawa kekasihnya itu masuk ke dalam rumah. "Minumlah." Jack memberikan Angelina segelas air lalu duduk di sampingnya kemudian mengusap pipi Angelina yang basah. Jack yakin jika Angelina saat ini pasti merasa sangat hancur. Angelina meminum air
Arlan tidur terlentang di atas ranjangnya, matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan pertemuannya dengan Keana. Arlan masih tidak menyangka jika Keana adalah gadis kecilnya, karena itu ia harus mendekatinya pelan-pelan. Dilihat dari karakter Keana yang tidak mudah menerima orang baru. Menurutnya ia sudah memulai awal yang baik, di tambah dengan nomor ponsel Keana yang ada padanya. Hanya saja keberadaan Arthur cukup menganggunya, pria itu terus menempel pada Keana. Awalnya Arlan berniat menjadikan Keana sebagai korban selanjutnya dari bisnis ilegalnya. Bermodal ketampanan untuk menjerat wanita agar masuk perangkapnya dan dengan skill bedah yang dimilikinya tidak sulit baginya untuk menjalankan bisnis jual beli organ. Tapi setelah mengetahui siapa Keana, Arlan mengurungkan niatnya untuk menjadikan Keana korban, Keana sangat