Share

Dua

Dia Alfa, Aarav Salfano Geindra lelaki pemilik mata berwarna keabuan berparas tampan, berpostur tubuh setinggi 180cm dengan rambut hitam legam, hidung mancung dengan aksen kulit berwarna putih pucat.

Kedua teman nya bernama Aiden Wiliam Aditama dan juga Allard Satya Xabiru

Alfa melangkahkan kaki jenjang nya menuju lapangan outdoor yg terletak di tengah tengah SMA High School. Manik keabuan nya bertemu dengan manik tajam berwarna coklat milik seorang gadis yg tengah berdiri.

Alfa berdiri tepat di depan gadis bersurai coklat yg tinggi nya hanya sebatas bahu nya saja. Karena perbedaan tinggi mereka yg cukup jauh. Aira harus mendongakkan kepala nya ke atas.

Sebelah tangan kanan Alfa membawa bola besar. "Lo yg lempar ni bola ke arah sana kan" ucap Alfa dengan nada dingin disertai tatapan tajam nya, menunjuk ke arah bangku yg ia duduki tadi.

Aira mengikuti kemana arah jari telunjuk lelaki itu dan benar, itu bola yg ia mainkan tadi. "Sorry" singkat nya.

Gravitasi di sekitar mereka berubah menjadi mencekam, Baik sahabat Aira maupun Alfa dapat merasakan nya,

"Mata lo buta, atau lo gak bisa main basket!. Kalo emang gak bisa jangan gaya-gayaan main basket! Lo liat seragam gue kotor tau gak! Maaf lo aja gak cukup buat gantiin seragam gue!!" Jelas Alfa dengan nada tegas nya.

Aira tau lelaki ini sedang menahan amarah nya terbukti dari urat di sekitar leher nya yg menojol dengan tangan terkepal. Seolah tidak menanggap Alfa ada, Aira mengambil bola itu dan kembali memainkan nya.

Melihat kelakuan gadis itu membuat Alfa naik pitam dengan langkah lebar dan gesit Alfa merebut bola yg akan dilemparkan oleh Aira ke ring.

"Gue lagi ngomong sama lo bangsat!"

Aira diam

"Lo bisu ya!"

Aira tetap diam.

H

abis sudah kesabaran seorang Alfa, dengan kasar Alfa menarik tangan mungil Aira dan membuat gadis itu jatuh kepelukan nya. Aira diam sejenak menikmati Aroma citrus yg menguar dari tubuh Alfa. Begitu pun sebalik nya, aroma mawar yg menguar dari tubuh Aira begitu menenangkan seolah candu bagi nya.

Keempat manusia berbeda jenis kelamin yg sedari tadi menjadi penonton terkejut, karena adegan pelukan itu.

"Ekhm-ekhm keselek gajah" deheman Aiden mampu menyadarkan kedua nya ke dunia nyata,

"Ciee yeee Airaa, Aira ku sudah besar ya ternyata" timbal Ara

"Ara diem!" Ujar Aza.

"Lepas!" Ucap Aira penuh penekanan.

Alfa menyeringai menambah kadar ketampanan nya berkali-kali lipat. "Gak usah belagu! Gak bisa main basket mending gak usah. Anak kaya lo pantes nya main prosotan" Balas Alfa

Aira mendongak, netra coklat nya bertubrukan dengan netra keabuan milik Alfa "apa hm? Lo gak terima gue bilang begitu?. Makanya kalo main tuh yg bener bego!" Sarkas nya.

Aira berdecak berusaha melepaskan pelukan sepihak ini dengan sekuat tenaga, tapi lelaki bodoh yg sial nya tampan tidak melepaskan nya, justru semakin menekan kuat pinggang ramping nya.

Gadis bersurai kecoklatan itu pun menyerah. Mengambil nafas pelan dan dihembuskan. "Mau lo apa"

"Gue tantang lo main basket! Yg kalah harus nurutin semua permintaan yg menang selama sebulan penuh!" Tantang Alfa dengan nada sombong nya.

Aira yg ingin kejadian ini cepat-cepat berlalu pun mengiyakan permintaan konyol Alfa "Oke!"

Aiden berdecak, Alfa itu lelaki bodoh yg ingin dekat dengan perempuan. Tapi masih memakai cara kuno seperti itu. Kan bisa langsung tembak saja kalo suka. Sedangkan Allard? Tidak peduli.

"Temen lo pasti bakal kalah sama temen gue! Temen gue itu kapten basket disini!" Ujar Aiden mengintrupsi keheningan di sekitar nya, membuat Allard, Aza dan juga Ara memgalihkan pandangan mereka.

"Apa? Gak salah? Temen lo yg bakal kalah!" Balas Ara.

"Halah emang iya, boro-boro mau menang. Dia aja pendek cuma sedada doang. Hahahah"

Sebagai seorang sahabat, Aza tidak terima dengan kata-kata Aiden pun maju. "Kalo ngomong dijaga njing!" Umpat Aza. Tinggi nya sebatas kuping Aiden.

Allard yg melihat keberanian Aza pun hanya menatap nya datar, ya walaupun ia terkesan karena ada orang yg berani mengumpat di hadapan mereka. Tapi ia pintar menyembunyikan ekspresi

"Weis santay dong, bener temen lo itu bakalan kalah sama temen gue!! Siap-siap aja jadi babu selama sebulan!" Balas Aiden.

"Heh daki quda kalo ngomong di saring dulu gak punya saringan lo! Perlu gue beliin hah?!" Seru Ara

"Apa maksud lo babi!" Balas Aiden

Allard yang jengah pun menarik telinga Aiden dengan tangan snya dan meninggalkan kedua cewe yg tadi berdebat dengan teman nya.

Aza dan Ara yang melihat pun mendengus kasar mendengar ejekan cowo yg berambut kepirangan itu.

••_••

Sementara itu Aira dan Alfa sekarang tengah beradu skill dalam permainan basket, terlihat bahwa kedua nya mempunyai skill yang bagus.

"Wow, gue kira cewe pendek kaya lo gak bisa main basket. Ternyata boleh juga" ledek Alfa guna memecahkan konsentrasi Aira. Awalnya ia terkejut dengan skill gadis ini tapi ia lebih mementingkan harga diri nya yg sedang dipertaruhkan. Aira hanya menoleh tanpa berucap.

Tuk

Tuk

Tuk

Bunyi bola yg bertabrakan dengan aspal lapangan, mengiri permainan dua sejoli itu.

Ting Aira berhasil mencetak skor untuk ketiga kali nya. "Yes masuk"

Merasa direndahkan karena skor yg ia punya hanya 2, untuk kedua kali nya Alfa memeluk Aira. Menekan dengan kuat pinggang ramping gadis mungil ini. Aira pun terkejut walaupun ini bukan yg pertama, namun tetap saja tidak baik untuk kesehatan jantung nya.

Jantung kedua nya berdegup kencang, merasakan perasaan yg tidak pernah dirasakan oleh keduanya. Wajah mereka begitu dekat, bahkan baik Aira maupun Alfa dapat merasakan nafas mereka masing-masing.

Lelaki berambut hitam legam itu menyeringai puas melihat mangsa nya sudah masuk perangkap gotcha! "lo cantik kalo lagi bengong gini" bisik Alfa ditelinga Aira membuat Aira bergedik geli.

Aira yg terhanyut dengan pesona mata bermanik keabuan itu pun tersadar, bahwa bola yg tengah ia genggam sudah berpindah tangan.

"Sial!" Desis nya. "Ko bisa gue gak fokus gini, sadar begooo. Aishh"

Alfa memasukan bola kedalam ring. Dan finally bahwa Alfa pemenang nya.

Ting. "Arghhhh gue kalah ini? Kenapa si ra lo bisa gak fokus giniiii" Gumam Aira.

Alfa bersiul netra keabuan nya begitu terpancar indah. Kaki jenjang nya ia gunakan untuk berjalan menghampiri Aira yg tengah mencak-mencak di tempat nya.

Dengan senyuman yg memperlihatkan gigi gingsul di sebelah kanan. Alfa berada tepat di depan Aira dengan tatapan meremehkan.

Sebagai pecinta cogan, alias cowo ganteng Aira terpaku melihat senyuman Alfa yg menambah kadae ketampanan lelaki ini bertambah.

Alfa meniup pelan di wajah Aira, membuat Aira tersadar. "Kan gue bilang juga apa, lo bakal kalah bocil!" Remeh nya

"Lo curang bangsat!" Sarkas Aira ia tidka terima karena Alfa bermain curang.

"Hahahh gak ada yg namanya curang! Karena di awal kita bikin kesepakatan gak pake embel-embel gak boleh curang!"

"Bajingan"

Alfa tertawa mendengar umpatan gadis itu. "Ssttt, sekarang gue minta nomer hape lo. Karena gue butuh babu gue yg sedia selama gue di sekolah maupun di rumah." Ujar nya sambil menyodorkan handphone berlogo apel setengah tergigit ke hadapan Aira.

Aira tidak terima padahal tidak di sebutkan jika harus menjadi babu juga di rumah nya. "Lo bener-bener bajingan! Gak ada perjanjian nya kalo gue jadi babu lo, pad di rumah lo juga anjing!"

Alfa bergeming, lagi dan lagi menarik pinggang ramping Aira. Entah lah ia sangat suka dengan posisi ini. Seperti candu.

Alfa menyeringai "lo nya aja yg bodoh, kalo mau bikin taruhan otak dipake sayang" desis Alfa.

Dengan berani Aira membalas pelukan Alfa, melingkarkan tangan mungil nya ke leher jenjang lelaki ini. Ia tidak akan kalah lagi! Alfa terpaku, tubuh nya membeku mendapat serangan kecil seperti itu.

Aira membisikan sebuah kalimat yg membuat genggaman di pinggang milik nya terlepas. "Oke baby, gue siap jadi babu lo di dalem rumah. Mau sekalian main hm" ucap nya dengan manja.

Alfa salah, Aira itu gadis pemberani jika menyangkut hal-hal seperti ini. Manik keabuan yg tadi menyorot sombong kini berubah menjadi tatapan kosong. Mencerna dengan baik apa arti dari kata "main".

Dalam hati Aira tertawa. "Mampus lo, emang lo doang yg bisa bikin ni jantung disko. Gue juga bisa kali"

Degub jantung Alfa berdetak kencang. Semoga saja Aira tidak mendengar nya. Melepas pelukan nya dengan kasar kemudian menggeleng pelan. Mengambil kembali kesadaran nya.

Aira mengigit bibir nya sengaja untuk memancing biarahi milik Alfa. Dan itu berhasil.

"Shit! Ko gue tegang siii"

Alfa tidak tinggal diam " main? Emang lo kuat ngelawan gue?" Ledek nya.

Sudahlah Aira lelah. Dengan kasar ia mengambil handphone yg ada di tangan kanan Alfa dan mengetik beberapa digit angka disana. Mendial nomer nya sendiri.

Handphone Aira bergetar di saku seragam milik nya.

Alfa yg melihat kelakuan Aira pun tertawa puas. "Jangan lupa di namain, gue gak mungkin kan manggil lo tapi gak tau nama lo!" Ujar Alfa.

"Aira" hanya 1 kata dan Alfa pun menganggukan kepala nya.

Kejadian Alfa yg tersenyum tak luput dari kedua teman nya yaitu Aiden dan juga Allard. Karena jarak mereka yg lumayan jauh, membuat kedua nya tidak bisa mendengar apa saja obrolan dua sejoli itu.

"Alfa senyum? Spesial apa lo cewe pendek, bisa bikin temen gue senyum lagi" lirih Aiden. Sedangkan Allard? Tetap diam tapi di hati nya terkejut.

Merasa puas Alfa mengacak pelan surai kecoklatan sepunggung milik Aira disertai senyuman kecil. "Bagus gue suka kalo lo nurut!" Ucap Alfa

Bagai di sambar petir tubuh Aira menegang, Aira tidak pernah sedekat ini dengan seorang lelaki. Kecuali 1 orang.

Aira kembali menetralkan degub jantung nya yang berdegup kencang dengan prilaku Alfa dan secepat mungkin mengembalikan raut wajah datar nya.

Alfa yg sadar dengan tingkah nya tadi bergeming sesaat. "Sorry gue... gue kelepasan tdi" ucap Alfa dengan terbata bata ia pun heran mengapa ia bisa berprilaku selembut itu kepada perempuan selain dengan bunda nya.

"Nanti gue telfon. Jangan lupa lo angkat ya. Btw nama gue Alfa sayang" ucap Alfa dengan genit.

Itu hanya kamuflase saja karena Alfa sedang salah tingkah. Berlari kecil meninggalkan Aira dan menghampiri kedua teman nya di tepi lapangan. Meninggalkan Aira dengan mata yg berkaca-kaca.

"Cabut" ujar Alfa.

"Woi lo belum cerita, ko bisa lu senyum"

"Bacot lo ah den, lo mau gue tinggal hah" ancam Alfa.

Ketiga lelaki tampan itu pun pergi meninggalkan yg lain nya dilapangan.

Aza dan Ara pun menghampiri Aira yg diam terpaku di tempat nya. Mereka tau ini kali pertama gadis manis berlesung pipi ini di perlakukan lembut oleh seorang lelaki

"Ai?" Tanya Ara dengan pelan

Tangan Aza menyentuh pundak Aira yg bergetar dan membawa nya ke dalam pelukan nya sendiri.

Tangisan Aira pecah. Kembali mengingat betapa kelam nya ia hidup.

"Ssttt tenang, ada gue sama Ara ya"

"Hiks.. sakit za"

"Engga sakit. Lo bisa bagi rasa sakit itu ke kita. Sekarang tenang oke"

Ara yg tidak bisa melihat sahabat nya menangis pun ikut berlinang air mata, ketiga nya berpelukan menyalurkan ketenangan yg dibutuhkan oleh Aira.

•|TBC|•


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status