Hilda menatap tidak percaya kedatangan Adrian meski begitu tetap tersenyum agar tidak terlalu curiga dengan keberadaannya, Hilda mendatangi Adrian memberikan pelukan hangat meski sempat melihat adegan bersama sang istri harus membuat dirinya baik – baik saja. Adrian mencium Hilda dengan penuh semangat seolah mengatakan betapa rindu dirinya pada Hilda, bahkan ciuman yang semula hanya untuk melepas rindu menjadi lebih dalam bahkan saat ini Hilda berada dalam gendongan Adrian menuju ranjang kamar mereka tanpa melepaskan ciuman. Hilda sangat tahu jika Adrian tidak pernah puas dengan sang istri karena tidak pernah bisa memuaskan dan juga hanya monoton dalam satu gaya yang membuat Adrian bosan, dari ciuman ini Hilda bisa merasakan bagaimana perasaan Adrian pada dirinya. Hal ini yang tidak Hilda dapatkan dari pria lain dan mungkin Andrew yang pertama kali melakukannya atau dirinya yang terbawa suasana sehingga menyimpulkan hal itu, Hilda menatap apa yang Adrian lakukan saat ini pada mereka
Hilda menatap Adrian yang tampak ragu sebelum mengangkat panggilan ponselnya di mana yang tertera adalah nama Ronald, Hilda hanya diam sambil mengambilkan makanan di piring Adrian. Hilda sebenarnya tidak peduli dengan pembicaraan mereka tapi apa yang dikatakan dan dilakukan Ronald mulai merasa tertarik apa yang dibicarakan dengan Adrian, Hilda melirik sekilas di mana gerakan Adrian tampak biasa saja dan beberapa kali tersenyum ketika tatapan mereka bertemu. Adrian hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan dari panggilan Ronald dan akhirnya membuat Hilda menyerah untuk mengetahui isi pembicaraan mereka berdua, memulai makan dalam diam karena pada nyatanya Hilda sangat kelaparan setelah apa yang mereka lakukan tadi dan gerakan Hilda diikuti oleh Adrian yang makan dalam diam sambil mendengarkan pembicaraan Ronald.“Apa yang kamu dengar dari Ronald jangan pernah didengarkan” Hilda mengangguk malas sambil membereskan meja makan “kamu tidur duluan saja karena aku masih ada yang
Tatapan mata menggoda Hilda terima ketika berbalik menuju sumber suara dan betapa terkejutnya melihat salah satu dosen yang sangat berpengaruh berada di dekatnya, dosen yang masih muda di usianya dan sudah menduduki jabatan tertinggi sering dipanggil dengan sebutan professor. Jabatan yang diduduki tidak sesuai dengan perilakunya yang baru Hilda ketahui dan pernah mengajak dirinya untuk ikut bersama mencari kenikmatan, Hilda memutuskan meninggalkan tempat ini karena malas berhadapan dengan Ronald benar yang berada di dekatnya adalah Ronald dengan senyum liciknya.“Kamu tidak ingin tahu siapa yang berada di dalam?” menghentikan langkah Hilda yang berhasil dengan menatap bingung “bukan hal yang penting buat kamu karena di sana bukan Adrian tapi salah satu senior kamu atau lebih tepatnya mainanku” Hilda memicingkan matanya “kamu tahu bayaran yang diterimanya bisa membuatnya hidup enak tapi sayangnya ketika di kampus penampilannya biasa saja sama sepe
Tidak menghiraukan perkataan pria yang dihadapinya membuat pria tersebut sedikit kesal, Samuel nama pria ini yang saat ini berusia kepala tiga dan telah berpisah dengan istrinya setelah mengetahui dirinya hamil. Mencoba untuk tidak peduli dengan tatapan yang diberikan pria dihadapannya, pria yang pernah menyelamatkan dan menodai dirinya secara bersamaan. Hilda merasakan langkah Samuel yang mendekat ke arahnya dan mencoba untuk tidak peduli meski di dalam hatinya ada ketakutan tersendiri atas apa yang akan terjadi nanti, sangat lama mereka tidak saling berhubungan tapi sekarang secara tiba – tiba menghubungi dirinya entah karena apa.“Aku tidak tahu kalau kamu membuang anak kita dan bagaimana bisa kamu melakukan hal itu?” Hilda menatap tajam Samuel “ah aku tahu karena kamu masih sangat muda jadi emosi belum stabil jadi...”“Aku muda bagaimana dengan kamu?,” potong Hilda langsung “ke mana saja kamu selama ini dan sekarang hampir tiga tahun baru muncul?.”Samuel duduk
Andrew tidak sabar merasakan tubuh Hilda tepat di saat pintu di tutup dan kunci yang langsung mendorong Hilda ke tembok menciumnya dengan penuh gairah, ciuman yang disertai remasan pada bukit kembar semakin membuat kedua insan mabuk dalam kobaran gairah. Andrew membuka pakaian Hilda dengan kasar sampai hanya menyisakan dalaman tapi tidak bertahan lama karena langsung dibuka seluruh tanpa melepaskan ciuman, Andrew melepaskan ciuman mereka untuk membuka pakaiannya tanpa melepaskan tatapan satu sama lain.Hilda mendorong Andrew bersandar pada dinding dengan dirinya berlutut dihadapan Andrew memegang milik Andrew yang sudah tegang, memberikan pijatan pelan pada milik Andrew membuat sang pemilik meremas rambut Hilda perlahan. Milik Andrew dijilatinnya dengan menggunakan lidah bergerak maju dan mundur diikuti gerakan tangannya yang seirama dengan lidahnya, tidak lama kemudian memasukkan ke dalam mulut dengan mendiamkannya sesaat sambil tangan yang lain meremas pelan telur yang
Menatap wajah puas milik Andrew memberikan kesenangan tersendiri bagi Hilda, melepaskan diri dari pelukan Andrew perlahan menuju ke dapur untuk menuntaskan dahaganya, sedikit terkejut karena semua sudah tersedia perlengkapan dapur seakan tidak akan kekurangan sama sekali. Memasak yang sederhana dan cepat adalah pilihan sempurna karena memang perutnya sudah terlalu kosong dan juga tenaganya yang cukup terkuras habis karena perbuatan Andrew serta dirinya. Hilda memandang rumah ini yang tampak dirancang sesuai dengan dirinya termasuk area dapur yang menjadi kesukaannya, Hilda mencoba menebak dari mana Andrew atau Rebecca mengetahui semua ini bahkan Charly dan istrinya Rara tidak tahu semua mengenai dirinya.“Baunya sampai tercium di dalam kamar” Hilda memandang Andrew yang hanya menggunakan pakaian bagian bawah “aku belum menyewakan asisten tetap tapi setiap pagi akan ada orang yang membersihkan jadi tidak perlu khawatir bahkan bahan – bahan akan diisi setiap minggunya.”“B
Wajah pertama yang terlihat ketika menuju ruang tamu adalah Adrian bersama kedua orang tuanya diikuti Kenan yang merupakan ayah dari Hilda, kedatangan kedua wanita berbeda usia membuat semua orang menatap ke arah mereka. Pertemuan kesekian kali dengan kedua orang tua Adrian membuat Hilda tidak merasa canggung sama sekali bahkan mereka sudah menganggap Hilda sebagai anak sendiri, pembicaraan selanjutnya adalah antar orang tua sedangkan Hilda dan Adrian hanya diam.“Istri kedua” Kenan menatap Adrian dan Hilda bergantian “apa istri pertama kamu tidak masalah sama sekali?.”“Saya sudah membicarakan dengan istri dan menyetujuinya dan nanti pastinya akan ada surat pernyataan saat nanti menikah” Adrian menjawab tegas.“Bagaimana kalian bisa bersama sedangkan hubungan kalian adalah dosen dan mahasiswa?” Kenan menatap Adrian dan Hilda bergantian “kamu bukan perusak rumah tangga kan?” menatap Hilda penuh selidik yang langsung dijawab gelengan kepala.“Tentu bukan, lebi
Menatap wajah kedua orang tuanya yang diam setelah mendengarkan perkataan Hilda, menghembuskan nafas panjang karena merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara terbuka dengan kedua orang tuanya termasuk apa yang dilihatnya selama beberapa hari ini. Kedua orang tua Hilda tampak menunggu kata – kata yang keluar dari bibirnya seolah takut hal yang tidak ingin mereka dengar akan dikatakan oleh Hilda, mencoba untuk bersikap wajar dihadapan anaknya tidak membuat Hilda terpengaruh sama sekali.“Aku tahu apa yang kalian lakukan dibelakangku selama ini dan ternyata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, di mana apa yang terjadi padaku hampir sama seperti kalian.”Kenan membelalakkan matanya seakan ingin melampiaskan emosi tapi segera dicegah Melly “apa maksud kamu?.”Hilda menghembuskan nafas panjang “perbuatan papa bersama tante serta mama bersama seseorang yang aku tidak pantas sebut” Hilda menatap kedua orang tuanya tampak terkejut “kalian tidak lupa bukan kalah aku
Pesan yang dikirim Ronald semalam membuat Hilda tidak bisa tidur nyenyak di mana perkataan Ronald yang akan membantu dirinya dalam menjalani sisa pendidikan, hanya saja menerima ajakan Ronald nantinya akan bernasib sama dengan Sisil dan juga kekasih atau lebih tepatnya mantan kekasih Tari. Hilda pernah melihat bagaimana Ronald mengubah beberapa mahasiswa dengan hal yang tidak dimengerti olehnya, jika dia pria akan diberikan obat yang ternyata adalah narkotika sedangkan wanita seperti Sisil akan dibuat tempat bermain dengan memuaskan diri atau membantu pria lain. Ronald memiliki keinginan besar untuk menuntaskan hasratnya yang entah kapan padam, bahkan Hilda pernah mendengar ada mahasiswi sampai pingsan karena berhubungan dengan Ronald, alasan dia pingsan adalah harus melayani Ronald dan beberapa pria tanpa henti.Hilda melangkahkan kakinya menuju kampus dengan perasaan sedikit tidak tenang dari kejauhan dilihat kedua sahabatnya seperti biasa sibuk dengan kertas yang ada di me