Tatapan mata menggoda Hilda terima ketika berbalik menuju sumber suara dan betapa terkejutnya melihat salah satu dosen yang sangat berpengaruh berada di dekatnya, dosen yang masih muda di usianya dan sudah menduduki jabatan tertinggi sering dipanggil dengan sebutan professor. Jabatan yang diduduki tidak sesuai dengan perilakunya yang baru Hilda ketahui dan pernah mengajak dirinya untuk ikut bersama mencari kenikmatan, Hilda memutuskan meninggalkan tempat ini karena malas berhadapan dengan Ronald benar yang berada di dekatnya adalah Ronald dengan senyum liciknya.
“Kamu tidak ingin tahu siapa yang berada di dalam?” menghentikan langkah Hilda yang berhasil dengan menatap bingung “bukan hal yang penting buat kamu karena di sana bukan Adrian tapi salah satu senior kamu atau lebih tepatnya mainanku” Hilda memicingkan matanya “kamu tahu bayaran yang diterimanya bisa membuatnya hidup enak tapi sayangnya ketika di kampus penampilannya biasa saja sama sepe
Tidak menghiraukan perkataan pria yang dihadapinya membuat pria tersebut sedikit kesal, Samuel nama pria ini yang saat ini berusia kepala tiga dan telah berpisah dengan istrinya setelah mengetahui dirinya hamil. Mencoba untuk tidak peduli dengan tatapan yang diberikan pria dihadapannya, pria yang pernah menyelamatkan dan menodai dirinya secara bersamaan. Hilda merasakan langkah Samuel yang mendekat ke arahnya dan mencoba untuk tidak peduli meski di dalam hatinya ada ketakutan tersendiri atas apa yang akan terjadi nanti, sangat lama mereka tidak saling berhubungan tapi sekarang secara tiba – tiba menghubungi dirinya entah karena apa.“Aku tidak tahu kalau kamu membuang anak kita dan bagaimana bisa kamu melakukan hal itu?” Hilda menatap tajam Samuel “ah aku tahu karena kamu masih sangat muda jadi emosi belum stabil jadi...”“Aku muda bagaimana dengan kamu?,” potong Hilda langsung “ke mana saja kamu selama ini dan sekarang hampir tiga tahun baru muncul?.”Samuel duduk
Andrew tidak sabar merasakan tubuh Hilda tepat di saat pintu di tutup dan kunci yang langsung mendorong Hilda ke tembok menciumnya dengan penuh gairah, ciuman yang disertai remasan pada bukit kembar semakin membuat kedua insan mabuk dalam kobaran gairah. Andrew membuka pakaian Hilda dengan kasar sampai hanya menyisakan dalaman tapi tidak bertahan lama karena langsung dibuka seluruh tanpa melepaskan ciuman, Andrew melepaskan ciuman mereka untuk membuka pakaiannya tanpa melepaskan tatapan satu sama lain.Hilda mendorong Andrew bersandar pada dinding dengan dirinya berlutut dihadapan Andrew memegang milik Andrew yang sudah tegang, memberikan pijatan pelan pada milik Andrew membuat sang pemilik meremas rambut Hilda perlahan. Milik Andrew dijilatinnya dengan menggunakan lidah bergerak maju dan mundur diikuti gerakan tangannya yang seirama dengan lidahnya, tidak lama kemudian memasukkan ke dalam mulut dengan mendiamkannya sesaat sambil tangan yang lain meremas pelan telur yang
Menatap wajah puas milik Andrew memberikan kesenangan tersendiri bagi Hilda, melepaskan diri dari pelukan Andrew perlahan menuju ke dapur untuk menuntaskan dahaganya, sedikit terkejut karena semua sudah tersedia perlengkapan dapur seakan tidak akan kekurangan sama sekali. Memasak yang sederhana dan cepat adalah pilihan sempurna karena memang perutnya sudah terlalu kosong dan juga tenaganya yang cukup terkuras habis karena perbuatan Andrew serta dirinya. Hilda memandang rumah ini yang tampak dirancang sesuai dengan dirinya termasuk area dapur yang menjadi kesukaannya, Hilda mencoba menebak dari mana Andrew atau Rebecca mengetahui semua ini bahkan Charly dan istrinya Rara tidak tahu semua mengenai dirinya.“Baunya sampai tercium di dalam kamar” Hilda memandang Andrew yang hanya menggunakan pakaian bagian bawah “aku belum menyewakan asisten tetap tapi setiap pagi akan ada orang yang membersihkan jadi tidak perlu khawatir bahkan bahan – bahan akan diisi setiap minggunya.”“B
Wajah pertama yang terlihat ketika menuju ruang tamu adalah Adrian bersama kedua orang tuanya diikuti Kenan yang merupakan ayah dari Hilda, kedatangan kedua wanita berbeda usia membuat semua orang menatap ke arah mereka. Pertemuan kesekian kali dengan kedua orang tua Adrian membuat Hilda tidak merasa canggung sama sekali bahkan mereka sudah menganggap Hilda sebagai anak sendiri, pembicaraan selanjutnya adalah antar orang tua sedangkan Hilda dan Adrian hanya diam.“Istri kedua” Kenan menatap Adrian dan Hilda bergantian “apa istri pertama kamu tidak masalah sama sekali?.”“Saya sudah membicarakan dengan istri dan menyetujuinya dan nanti pastinya akan ada surat pernyataan saat nanti menikah” Adrian menjawab tegas.“Bagaimana kalian bisa bersama sedangkan hubungan kalian adalah dosen dan mahasiswa?” Kenan menatap Adrian dan Hilda bergantian “kamu bukan perusak rumah tangga kan?” menatap Hilda penuh selidik yang langsung dijawab gelengan kepala.“Tentu bukan, lebi
Menatap wajah kedua orang tuanya yang diam setelah mendengarkan perkataan Hilda, menghembuskan nafas panjang karena merasa ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara terbuka dengan kedua orang tuanya termasuk apa yang dilihatnya selama beberapa hari ini. Kedua orang tua Hilda tampak menunggu kata – kata yang keluar dari bibirnya seolah takut hal yang tidak ingin mereka dengar akan dikatakan oleh Hilda, mencoba untuk bersikap wajar dihadapan anaknya tidak membuat Hilda terpengaruh sama sekali.“Aku tahu apa yang kalian lakukan dibelakangku selama ini dan ternyata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, di mana apa yang terjadi padaku hampir sama seperti kalian.”Kenan membelalakkan matanya seakan ingin melampiaskan emosi tapi segera dicegah Melly “apa maksud kamu?.”Hilda menghembuskan nafas panjang “perbuatan papa bersama tante serta mama bersama seseorang yang aku tidak pantas sebut” Hilda menatap kedua orang tuanya tampak terkejut “kalian tidak lupa bukan kalah aku
Pesan yang dikirim Ronald semalam membuat Hilda tidak bisa tidur nyenyak di mana perkataan Ronald yang akan membantu dirinya dalam menjalani sisa pendidikan, hanya saja menerima ajakan Ronald nantinya akan bernasib sama dengan Sisil dan juga kekasih atau lebih tepatnya mantan kekasih Tari. Hilda pernah melihat bagaimana Ronald mengubah beberapa mahasiswa dengan hal yang tidak dimengerti olehnya, jika dia pria akan diberikan obat yang ternyata adalah narkotika sedangkan wanita seperti Sisil akan dibuat tempat bermain dengan memuaskan diri atau membantu pria lain. Ronald memiliki keinginan besar untuk menuntaskan hasratnya yang entah kapan padam, bahkan Hilda pernah mendengar ada mahasiswi sampai pingsan karena berhubungan dengan Ronald, alasan dia pingsan adalah harus melayani Ronald dan beberapa pria tanpa henti.Hilda melangkahkan kakinya menuju kampus dengan perasaan sedikit tidak tenang dari kejauhan dilihat kedua sahabatnya seperti biasa sibuk dengan kertas yang ada di me
Berjalan pelan mengikuti langkah Ronald membuat Hilda sedikit malas tapi entah kenapa dirinya mengikuti langkah Ronald yang membawanya ke dalam ruangan, dalam ruangan Ronald yang dibukanya perlahan membuat Hilda menutup mulutnya karena pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Nuri memasukkan mainan berupa kelamin pria dalam miliknya. Hilda mengalihkan pandangan tidak ingin menatap apa yang terjadi pada Nuri dan semakin mual melihat pemandangan ini, Ronald meminta Hilda untuk duduk di salah satu sofa yang sedikit jauh dari Nuri.“Kamu pasti sudah tahu mengenai status kami berdua jadi bukan hal baru karena kamu juga melakukan hal yang sama saat bersama Adrian” Hilda hanya diam ketika Ronald berbicara “rupanya mendekati kamu lebih susah dibandingkan dengan mereka berdua” Ronald menyandarkan dirinya di sofa.Tatapan mereka bertemu dengan diiringi suara erangan yang membuat Hilda merasa tidak enak dengan Nuri, tapi ada satu hal yang aneh dari wanita ini di mana seakan tidak
Tidak mempedulikan wajah memerah Nuri dengan segera Hilda berjalan meninggalkan wanita tersebut, jawaban Hilda atas pertanyaan Nuri memang benar adanya tapi lebih tepatnya adalah tidak peduli dengan apa yang dilihatnya saat di ruangan Ronald karena bagi Hilda itu bukanlah urusannya. Langkah Hilda menuju tempat parkir sedikit ringan karena harus menemui seseorang yang akan menjadi suaminya nanti, keputusan yang diambil memang sudah benar karena bagaimana pun menikahi Adrian akan membuat nilai Hilda terbantu dengan sendirinya dan selama ini terbukti.Hilda tidak mendapati keberadaan Adrian di tempat parkir dengan segera membuka ponselnya untuk menghubungi pria tersebut, namun panggilannya tidak ada respon dari pria tersebut membuat Hilda berpikir negatif atas apa yang terjadi pada Adrian. Pelukan dari belakang mengejutkan Hilda saat menghubungi Adrian di mana ternyata sang pelaku saat ini sedang memeluknya, melepaskan pelukan dengan memberikan ciuman ringan pada Hilda sebelum me