Geezca mendatangi kelas Dito di 11 IPA 3 lalu mengajak pemuda itu ke taman karena ada yang ingin dibicarakan. Onda dan Hanif sudah heboh saja saat Geezca mendatangi Dito. Mereka duduk disalah satu kursi taman yang tidak banyak didatangi siswa lain.
“Kalo ga ada yang mau di omongin gua cabut,” ucap Dito datar.
“Tunggu. Gua bingung mau ngomong nya dari mana.” Geezca menggigit bibir bawahnya gugup.
Dito liat jam di tangan kiri nya. “Cepet. 5 menit lo ga ngomong gua tinggal.”
Geezca mengangguk dan menoleh ke Dito yang duduk di samping kanannya. “Gua sayang sama lo, Dit. Gua mau lo jadi cowo gua,” kata Geezca.
Dito langsung berdiri dan melihat Geezca dengan tatapan tajamnya. “LO GILA?! OTAK LO DIMANA? GA ADA OTAK LO!” Bentak Dito kasar.
Geezca pun juga ikutan berdiri. “Iya! Dan semua nya itu karena lo!”
“Sampe kapan pun juga gua ga akan pernah nerima cewe sakit k
Juna sudah menghabiskan waktu nya hampir 4 jam di balkon rumah nya untuk meninju sarung yang biasa Juna pakai untuk latihan kick boxing. Peluh sudah membanjir di semua bagian kaus yang pemuda itu pakai.Juna yang masih dalam fase hancur ini terus melanjutkan kegiatan nya untuk meredakan emosi sekaligus menaikkan suasana hatinya. Pintu kamarnya diketuk pun tidak menghentikan Juna dari aktifitasnya.Tok tok”Masuk!”Bi Esih memasuki kamar milik Tuan Muda nya ini dan memberitahukan ada yang sedang mencari Juna“Koh, di bawah ada temen nya tuh nyariin Kokoh,” kata Bi Esih.“Cewe atau cowo?” tanya Juna yang melepas sarung tinjunya lalu mengambil handuk diatas meja. Mengelap keringat yang ada dimuka gantengnya.“Cewe, Koh. Meuni geulis pisan, Koh,” jawab Bi Esih.Juna mengerutkan alisnya heran. “Yaudah suruh nunggu dulu, Bi. Aku mau beresin
Rumah milik Brian—Papinya Rachel sedang ramai sekali karena mereka sedang open house seusai merayakan perayaan imlek kemarin. Saudaranya Sella, Brian dan Rachel semua tadinya ada walaupun setengah dari mereka sudah pulang. Rachel juga mengundang teman dekatnya untuk datang. Karena sebagian sahabatnya adalah anak OSIS makanya Rachel mengundang mereka semua.Selesai mengisi perut sampai kekenyangan para anak cowok mengatakan ingin bermain basket di lapangan dekat perumahan rumahnya Rachel. Niatnya ingin membakar lemak setelah menghabiskan banyak makanan.Rahdan mengambil alih bola basket yang awalnya dipegang oleh Ken lalu memainkannya sebentar. Rahdan memilih Reinan, Juna, Devon dan Dito untuk menjadi teman satu timnya sedangkan untuk tim lawan ada Resta, Eric, Gio, Cakra dan Gavin.Sebagian dari anak laki-laki yang tidak ikut bermain menyuarakan suara mereka untuk yang sedang bermain di lapangan. Becca yang sedang duduk melihat saja tahu kalau Rah
Juna menutup rapat hari ini yang membahas tentang persiapan Sukma Cup yang kurang beberapa hari lagi. belum lagi Juna harus mengobrak-abrik lemari karena setiap hari Rabu para murid di Suka Maju diwajibkan menggunakan pakaian daerah masing-masing. Karena sekolah ingin semua siswanya saling menghargai pentingnya toleransi antar agama dan kepercayaan.Masih ada yang belum ingin beranjak dari bangku mereka karena wifi sekolah kalau menjelang sore kecepatannya sangat cepat. Serena saja sekarang sedang melakukan live di instagram. Gadis itu berjalan mendekati teman-temannya satu persatu. Gadis itu sedang bermain permainan Kiss or Slap.“Tyas~ nanti pilih salah satu ya terus lo lakuin itu ke gua. kiss or slap,” kata Serena.“Utututu sayang nya Tyas, kiss dong.” Tyas lalu mencium pipi kanan milik Serena.Serena tertawa setelah itu beralih pada target yang lain. Karena sudah sangat dekat seperti
Rahdan yang sudah rapi dengan kemeja denim lengan panjang, kaus putih polos sebagai dalamannya, jeans hitam juga sepatu vans kesayangannya. rencananya hari ini Rahdan ingin menjenguk Eric yang sudah pulang dari rumah sakit setelah kejadian waktu itu.Tidak lupa membeli buah terlebih dahulu agar tidak malu kalau tidak membawa buah tangan jika menjenguk. Ada yang menjadi pikiran untuk Rahdan beberapa hari ini. Rahdan melepas helm full facenya dan menenteng kantong kresek berisi buah untuk Eric.Tok tok tokRahdan mengetuk terlebih dahulu pintu didepan mukanya karena sopan santun berkunjung ke rumah orang lain adalah yang utama. Yang membuat Rahdan kaget adalah yang membuka pintu bukan Eric melainkan Geezca.“Rahdan,” kata Geezca pelan.“Siapa, yang?” Eric menyusul Geezca kedepan pintu dan melihat Rahdan disana. “Rahdan.”Rahdan menunjuk kearah Geezca dan Eric bergantian dengan sorot
Serena sedang memasukkan beberapa baju yang akan ia bawa hari ini untuk pergi dengan Reinan. Reinan mengajaknya untuk menghabiskan waktu seharian dan akan menjadi hari yang bersejarah untuk Serena. Menghabiskan waktu yang terakhir sebagai dua buah jiwa yang sedang dimabuk asmara. Reinan bilang kalau sudah sampai dan Serena akan bilang pada Hilda kalau ingin mengerjakan program kerja dan akan menginap dirumah milik Becca. Kalau langsung meminta ijin pergi dengan Reinan pasti tidak akan bisa. Serena bergegas memakai sepatu kets nya setelah melihat mobil terparkir diluar rumahnya. Serena mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana keberadaan Hilda. “Ma, Mama?” panggil Serena. “Mau kemana, dek? Rapi amat?” tanya Hilda yang keluar dari dapur masih mengenakan celemek dibadannya. “Aku mau ngerjain proker di rumahnya Becca boleh nggak? Kayanya butuh nginep sih boleh ga ma?” “Boleh, uang jajan masih cukup kan?” Hilda melihat penampilan anaknya
Anak-anak sedang bermain dirumah milik Cakra karena banyak dari mereka yang belum pernah bermain ke rumah pemuda itu. jujur rumahnya Cakra itu besar, besar sekali. Seperti ukuran rumah orang Bali kebanyakan. Di pekarangan rumahnya terdapat banyak pohon kamboja dan banyak pohon lainnya yang membuat keadaan rumah semakin asri.Gapura Candi Bentar adalah dua candi besar yang dibangun dengan posisi sejajar. Berfungsi untuk menjadi gerbang masuk ke area halaman depan rumah yang langsung menuju bagian pura. Lalu ada Angkul-Angkul, fungsinya menuntun untuk memasuki area rumah utama. Di bagian depan angkul-angkul terdapat aling-aling yang menurut kepercayaan orang Bali membawa aura positif. Masih di bagian halaman ada pura keluarga tempat mereka melakukan kegiatan ibadah. Menelusuri jauh ke belakang ada 6 bangunan yang berdiri kokoh.Diantaranya ada Bale Manten, kamar yang digunakan Bobby dan Sekar untuk tidur, 2 Bale Dauh kamar yang digunakan Cakra dan sang adik Nandita tidur
Rahdan dan Becca sedang berada didalam bioskop XX1 rencananya mereka akan menonton sebuah film habis ini. keduanya sama-sama berdiri sambil melihat beberapa film yang akan tayang hari ini. Rahdan membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot tapi tidak melepaskan rangkulan tangannya pada pundak milik Becca. Setelah tidak tahu akan menonton film yang mana sedangkan masih ada jeda 45 menit sebelum film selanjutnya diputar, Becca memimta untuk pergi ke lantai atas karena posisinya bioskop itu berada di lantai 2 dan lantai yang dimaksud Becca adalah foodcourt yang berada di lantai 3. Becca meminta dibelikan minuman thai tea katanya dan Rahdan tidak bisa menolak permintaan gadisnya.Tetapi sewaktu akan berjalan keluar XX1 ada seorang gadis lain yang berjalan menghampiri Rahdan dan mengaku sedang hamil anak dari Rahdan. Sambil menangis dengan terisak hebat dan juga tidak jelas, gadis yang tidak diketahui namanya itu mengkibas-kibaskan sebuah tespack
Rahdan dimulai dari hari senin kemarin selalu menemani Cakra kemana-mana pasti Rahdan akan menemani. Terhitung sudah beberapa hari setelah Rahdan bertemu dengan Resta di warung Mak Icih waktu itu, Resta merasa ada yang aneh tentang Rahdan dan juga perkataannya kemarin. Disela waktu jam istirahat rencanaya Resta akan mengajak Rahdan untuk berbicara sebentara perihal kemarin. Resta juga mendapatkan informasi dari anak buahnya kalau partner yang dia ajak bekerja sama sudah mulai bersikap kurang ajar dan tidak berjalan sesuai dengan yang Resta rencanakan. “Dan, ada yang mau gua omongin bentar.” Resta memasuki kelas Rahdan pada saat yang didatangi ingin berjalan kearah kantin. Rahdan mengerutkan alisnya sampai membuat dua alis tebalnya itu menukik keatas. “Soal apa? Omongin aja disini,” kata Rahdan yang menghentikan langkahnya dan menatap Resta heran. “Masalah osis. Gak enak, rame sih.” Resta melihat kearah sekelilingnya lalu kedua matanya tidak sengaj