Rahdan dan Becca sedang berada didalam bioskop XX1 rencananya mereka akan menonton sebuah film habis ini. keduanya sama-sama berdiri sambil melihat beberapa film yang akan tayang hari ini. Rahdan membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot tapi tidak melepaskan rangkulan tangannya pada pundak milik Becca. Setelah tidak tahu akan menonton film yang mana sedangkan masih ada jeda 45 menit sebelum film selanjutnya diputar, Becca memimta untuk pergi ke lantai atas karena posisinya bioskop itu berada di lantai 2 dan lantai yang dimaksud Becca adalah foodcourt yang berada di lantai 3. Becca meminta dibelikan minuman thai tea katanya dan Rahdan tidak bisa menolak permintaan gadisnya.
Tetapi sewaktu akan berjalan keluar XX1 ada seorang gadis lain yang berjalan menghampiri Rahdan dan mengaku sedang hamil anak dari Rahdan. Sambil menangis dengan terisak hebat dan juga tidak jelas, gadis yang tidak diketahui namanya itu mengkibas-kibaskan sebuah tespack
Rahdan dimulai dari hari senin kemarin selalu menemani Cakra kemana-mana pasti Rahdan akan menemani. Terhitung sudah beberapa hari setelah Rahdan bertemu dengan Resta di warung Mak Icih waktu itu, Resta merasa ada yang aneh tentang Rahdan dan juga perkataannya kemarin. Disela waktu jam istirahat rencanaya Resta akan mengajak Rahdan untuk berbicara sebentara perihal kemarin. Resta juga mendapatkan informasi dari anak buahnya kalau partner yang dia ajak bekerja sama sudah mulai bersikap kurang ajar dan tidak berjalan sesuai dengan yang Resta rencanakan. “Dan, ada yang mau gua omongin bentar.” Resta memasuki kelas Rahdan pada saat yang didatangi ingin berjalan kearah kantin. Rahdan mengerutkan alisnya sampai membuat dua alis tebalnya itu menukik keatas. “Soal apa? Omongin aja disini,” kata Rahdan yang menghentikan langkahnya dan menatap Resta heran. “Masalah osis. Gak enak, rame sih.” Resta melihat kearah sekelilingnya lalu kedua matanya tidak sengaj
Rahdan berjalan menuju atap setelah mendapat pertolongan pertama dari Karina yang sedang berjaga di ruang uks pada jam istirahat pertama tadi. Bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu, di sepanjang koridor menuju atap pun sepi. Rahdan membuka pintu atap menggunakan kunci yang sudah ia ambil dari penjaga sekolah.Rahdan memutuskan untuk bolos pada pelajaran Matematika minat dan Bahasa Inggris sampai jam istirahat kedua berbunyi. Rahdan mengeluarkan kotak kecil yang didalamnya berisi beberapa puntung rokok dengan merk kesukaannya. Sebelum menghidupkan puntung rokok tersebut, Rahdan mengeluarkan kemeja putihnya dari celana, membiarkannya berantakan dengan dasi yang sengaja ia longgarkan.Pemuda itu mengapit puntung diantara kedua bibirnya, tangan kanannya menyulutkan api di korek api ke ujung puntung tersebut. Tangan kirinya bergerak menutupi puntung agar tidak terkena hembusan angin yang membuatnya mati. Nggak biasanya Rahdan mengambil tindakan seperti ini.Sedang asi
Rahdan, Dito dan Juna membawa Harris ke Warung Mak Ecih . beruntungnya, keadaan warung saat mereka datang benar-benar sepi dan hanya ada Mak Ecih disana. Mak Ecih datang menghampiri mereka dengan langkah besar dan raut wajah yang menunjukkan kehawatiran pada Harris yang setiap ingin membuka mata pasti di bentak oleh Rahdan atau Dito agar tetap terjaga.“Harris mukanya kenapa itu? bonyok semua, astagfirullah. Kalian berantem?” tanya Mak Ecih sembari menunjuk pada muka Harris.Juna mengangguk. “Iya Mak, berantem dia sama Reinan lagian Harris yang cari masalah duluan,” cerocos Juna yang mendelik kesal kearah Harris.“Ya udah kalian dudukin Harris dulu biar Emak cari obat merah, kapas sama plester di dalem yah,” kata Mak Ecih lalu kembali ke dalam untuk mengambil obat merah, kapas dan plester mukanya Harris.“Tadi gimana ceritanya tuh Harris sama Reinan?” tanya Dito.“Harris dateng ke kelas terus ng
Rahdan berjalan masuk menuju sebuah kafe tempat ia memiliki janji dengan teman-temannya, Eric, Geezca dan Aisha. Ia dihubungi oleh Eric, pemuda itu mengajaknya makan siang bersama. Saat memasuki kafe, keadaan ramai dengan orang-orang yang menghabiskan jam makan siang mereka di tempat ini. Semua meja terisi penuh baik yang di dalam maupun di luar ruangan. Banyak pelayan yang berlalu lalang membawa buku menu dan baki berisi makanan ke meja setiap pengunjung yang duduk.Rahdan tertegun dengan banyaknya pengunjung di kafe itu. ia kesulitan mencari teman-temannya. Bahkan saat Eric melambaikan tangan padanya, ia masih kesulitan untuk menemukan mereka. dengan sedikit usaha akhirnya, ia sampai di meja. Baru saja Rahdan mendudukkan badannya di kursi, Geezca sudah mencecarnya dengan berbagai pertanyaan saat Eric ingin memberikan buku menu pada Rahdan“Kemarin lo ngomong apa aja sama Resta? Dia nggak macem-macem kan? Lo ada yang luka nggak?” cecar Geezca dalam satu ka
Pada jam pulang sekolah, semua murid berhamburan keluar dari sekolah. Jalanan terlihat penuh dan ramai dengan banyaknya murid yang sedang menunggu jemputan, membeli jajanan di depan sekolah atau sekedar nongkrong. Sama halnya di Warung Mak Ecih. Di parkiran warung banyak berjejer motor berbagai warna dan bentuk.Suasana di dalam warung pun sangat gaduh. Suara para bujang yang saling meneriaki satu sama lainnya. Juga, kepulan asap rokok yang menguap dimana-mana membuat ramai keadaan. Tidak banyak yang datang tapi ramainya luar biasa. Rahdan, Haikal, Dito, Dean, Darrel, Cakra, Harris dan bahkan Reinan pun ada disana. Walaupun awalnya pemuda itu enggan karena Harris ikut juga. Tetapi bujukan Dito mampu meluluhkannya.Rahdan dan Dean terlihat asik bermain gitar, sembari sebelah tangan mereka mengapit satu batang rokok dengan bara api yang menumpuk pada ujungnya. Dean yang bernyanyi sedangkan Rahdan juga mengiringi menggunakan gitar yang ia pangku di pahanya. Semuanya melak
Di minggu pagi yang cerah, suasana di rumah milik Rahdan terlihat sangat ramai dan penuh. Suara teriakan, canda tawa, sampai umpatan kotor pun bercampur menjadi satu. Mereka memang sepakat untuk pergi ke puncak tepat pukul sepuluh pagi. Tapi, dari jam delapan rumah Rahdan sudah ramai dengan keberadaan teman-temannya.Becca, Lia, Tyas dan Adine membantu Ranti membuat minuman dan membawa beberapa camilan untuk teman-teman anaknya. Serena, Shasha, Nancy, Gio dan Gavin sedang membuat video yang sedang ramai dibicarakan oleh banyak orang di salah satu situs menari.Sementara bujang seperti Juna, Harris, Cakra dan Rahdan memainkan game online bersama-sama, maklum sedang push rank. Begitulah bahasa gaulnya yang sering dipakai oleh remaja kekinian jaman sekarang.“Dito lama bener sih jemput Rachel, jangan-jangan pake kencan dulu kali mereka ya?” tuduh protes Juna mentah-mentah.“Paling lagi di jalan, gausah bawel,” timpal Gavin.
Pekarangan rumah milik Rachel penuh dengan dua mobil yang berjejer rapi dengan bagasi bagian belakang pintunya terbuka lebar. Padahal hanya berlibur dua hari satu malam saja tapi barang-barang yang di bawa oleh para anak perempuan begitu banyak. Seperti ingin pergi lebih dari sebulan saja. Di halaman yang tidak begitu luas, mereka—para anak adam—terlihat sedang memasukkan barang-barang bawaan berupa koper, bahan makanan dan peralatan untuk makan yang nanti nya akan mereka bawa ke vila. Rahdan dan Cakra menyesuaikan bentuk barang agar semua kebutuhan bisa masuk semua ke dalam bagasi. Nggak lupa juga Reinan membeli tiga set kembang api berukuran lumayan besar yang akan di nyalakan saat menjelang malam tiba. Mereka yang semula nya akan berlibur dengan jumlah personil lima belas orang harus menyusut menjadi kurang lebih sebelas orang saja. Di mobil pertama dengan Dito yang duduk di belakang kemudi, lalu Rachel yang duduk di sebelah nya sebagai navigasi berjaga-ja
Semilir angin berhembus dari barat ke timur, membuat daun-daun yang ada di sepanjang halaman menuju parkiran sekolah, hawa disekeliling pun menjadi sejuk karena matahari yang sudah mulai turun ke peraduan. Dari arah kanan, sebelah ruang osis muncul Dito yang membawa tas juga tangan nya yang aktif memainkan kunci motor.Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah, menjemput rodeo—kuda besi besar yang selama ini menjadi tumpangannya ke sekolah dan juga mengikuti kegiatan balapan liarnya yang masih ia ikuti.Dito menoleh ke kanan dan kiri saat mendengar sebuah suara di belakang sana sebelum ia memakai helm full face dikepalanya, pada jam seperti ini seharusnya semua siswa sudah pulang semua, menyisakan dirinya dan satpam yang berjaga di pos depan.Kegiatan di sekolah hari ini sungguh membuatnya ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat dengan segera. Tugas sekolah, ulangan mendadak belum lagi kewajiban nya sebagai ketua ekstakulikuler paskibra, benar-