Share

02. Tidak Sadarkan Diri

Dahlia adalah wanita berusia 27 tahun. Dia menikah dengan suaminya, Louis Harrison, dua tahun lalu. Pernikahan mereka terjadi karena sebuah wasiat yang mengharuskan Dahlia untuk menyetujuinya. Louis memiliki seorang anak gadis dari pernikahan sebelumnya, Brianna Harrison.

Brianna hanya berbeda dua tahun lebih muda dari Dahlia. Seharusnya mereka bisa lebih mudah untuk dekat dan akrab, tapi Brianna tidak pernah menyukai ibu tirinya itu. Sehingga sepanjang dua tahun pernikahan Dahlia dengan Louis, Brianna selalu bersikap sinis padanya.

Delapan bulan lalu, Louis meninggal dunia karena sebuah penyakit yang telah lama dia derita. Dahlia memiliki tanggung jawab untuk merawat suaminya sehingga itulah yang dia lakukan. Louis adalah teman ayah Dahlia.

Semasa hidupnya, Louis sering kali menceritakan kisah-kisah masa mudanya bersama ayah Dahlia. Mungkin itu kenapa, alih-alih melihat Louis sebagai suaminya, Dahlia justru merasa bahwa Louis adalah sosok yang menjadi pengganti ayahnya. Bohong kalau Dahlia katakan bahwa dia tidak menyayangi Louis. Dia menyayangi pria tua itu, tapi hanya sekadar sebagai keluarga, seorang pria ringkih yang membuat malam-malamnya menjadi tidak sepi karena semua kisah yang dia ceritakan pada Dahlia.

Semenjak kematiannya, Dahlia merasa cukup terpuruk. Namun dia tidak pernah menunjukkannya karena setiap kali melihat Brianna, dia tahu bahwa putri tirinya itu butuh seseorang untuk menggantikan kehadiran ayahnya. Dahlia sudah bertekad untuk menjadi keluarga yang baik untuk Brianna.

Dahlia mencoba mendekati putri tirinya itu beberapa kali, berharap mereka bisa membangun sebuah hubungan kekeluargaan. Dahlia tahu bahwa Brianna kesepian, begitupun dengan Dahlia sendiri. Tapi kalau mereka bersama-sama, Dahlia yakin bahwa mereka bisa mengatasi rasa kesepian itu.

Belum sempat Dahlia berhasil dalam rencananya, sebuah surat wasiat datang, isinya hampir sama seperti yang Dahlia dapatkan dari ayahnya. Namun kali ini surat wasiat itu ditujukan kepada Brianna.

Louis Harrison ingin putri semata wayangnya menikah dengan seorang pria yang tepat. Dahlia tidak tahu bahwa selama Louis sakit, dia sempat menyuruh asisten kepercayaannya mencari tahu tentang seorang pria. Dan pria yang tepat untuk menjadi suami Brianna bagi Louis itu adalah Kai Ronan, seorang pengusaha muda sukses yang akhir-akhir ini sering Dahlia lihat menghiasi halaman depan tabloit atau website gosip favoritnya.

Dahlia tidak tahu apa yang Louis nilai baik dari sosok Kai Ronan. Setahu Dahlia, pria itu adalah pemain wanita. Tipikal pengusaha terkenal yang mencari hiburan dari hubungan selibat dengan wanita cantik. Seorang pria yaang tidak akan masuk dalam daftar menantu idaman para ibu; termasuk Dahlia.

Walau pada kenyataannya dia hanyalah ibu tiri bagi Brianna, tapi dia tetap memikirkan masa depan gadis itu. Karena Brianna adalah putri satu-satunya keluarga Harrison. Suatu hari nanti, Brianna akan mewarisi perusahaan ayahnya yang saat ini tengah diurus oleh Dahlia.

Dahlia sudah mencoba untuk menentang, membujuk Brianna untuk memikirkan keputusannya ulang. Namun seperti biasa, anak tirinya itu tidak pernah menggubrisnya, dia lebih suka menganggapnya tidak ada.

Dan malam ini adalah hari pernikahan Brianna dilangsungkan. Wanita itu mengenakan gaun putih yang sangat indah, gaun yang diam-diam Dahlia beli dengan uangnya sendiri sebagai hadiah untuk putri tirinya itu.

Setelah janji pernikahan diucapkan, pesta pun menyambut para tamu dalam kebahagiaan yang lebih santai. Namun selama pesta berlangsung, Dahlia merasakan kesenduan yang dia sangat mengerti.

Dia iri pada Brianna.

Selama masa muda Dahlia habiskan dengan menuntut ilmu dan berfokus pada pekerjaannya. Dia jarang sekali berkencan, dan dia tidak memiliki teman yang terlalu dekat. Lalu di saat usianya 25 tahun, dia menikah. Hidupnya terasa berlalu begitu saja dan monoton, terlebih setelah kematian ayahnya.

Pernikahan Dahlia dan Louis Harrison berlangsung dingin, sangat jauh berbeda dengan pernikahan Brianna yang meriah ini dan dihadiri oleh teman-teman wanita itu.

Dahlia ikut bahagia saat melihat wajah tersenyum Brianna yang tertuju kepada orang-orang. Sementara Dahlia duduk di tempat sejauh mungkin, mengawasi jalannya pesta dalam diam. Dia tidak memiliki nyali untuk mendekati putrinya itu karena takut bahwa kehadirannya bisa membuat perasaan Brianna buruk.

Jadi demi kebahagiaan Brianna malam ini, Dahlia menyingkirkan diri. Namun karena itulah juga dia secara tidak sadar sudah menghabiskan beberapa gelas sampanye.

Sebelum benar-benar mabuk dan hilang kendali, Dahlia memutuskan untuk bangkit berdiri dan berniat kembali ke kamarnya sebentar. Namun niat Dahlia itu dicegah oleh kehadiran seseorang di hadapannya.

“Ibu Mertua.” Suara berat dan khas milik Kai Ronan memanggilnya.

Dahlia mengernyit dahi, tidak terbiasa dan tidak suka dipanggil dengan sebutan itu.

“Ah, Sir Ronan, apa ada sesuatu yang kau butuhkan?”

Kai Ronan tersenyum.

Dahlia tanpa sadar memperhatikan ujung bibir pria itu yang menipis dan terangkat membentuk senyuman manis.

“Ini waktunya berdansa. Bolehkah aku ….”

“Tidak! Tentu saja tidak. Pengantin pria harus berdansa dengan sang pengantin wanita,” tolak Dahlia dengan cepat.

Kai Ronan menelengkan kepalanya ke samping. Dan saat dia melakukan itu, Dahlia seperti melihatnya terbelah menjadi dua. Dahlia segera sadar bahwa dirinya sudah setengah mabuk. Satu lagi alasan mengapa dia tidak boleh mendekati lantai dansa sedikit pun. Dia harus kembali ke kamarnya dan beristirahat sebentar.

“Tidak ada aturan untuk itu, Ibu Mertua. Malam ini Brianna bahkan sudah bergonta-ganti pasangan dansa setidaknya dengan lima orang, termasuk kedua orang tuaku.”

“Aku-“

“Mari, kubantu!” Kai Ronan seolah tidak menggubris penolakan Dahlia sedikit pun. Dia mengulurkan tangannya.

Karena tidak punya pilihan lain, Dahlia pun menyambut uluran tangan tersebut. Ketika kulit mereka bertemu, Dahlia tersekesiap dengan rasa hangat yang dia rasakan, sangat kontras dengan telapak tangannya yang dingin.

“Sepertinya kau kedinginan, Ibu Mertua,” ucap Kai Ronan di dekatnya.

Dahlia tidak menjawab dan fokus menyadarkan dirinya dari pengaruh sampanye yang baru saja dia minum. Dia tidak ingin mempermalukan Brianna kalau orang lain tahu ibu tiri gadis itu mabuk-mabukan di hari pernikahan putrinya sendiri.

Tapi alih-alih dibawa ke lantai dansa, Dahlia justru merasa bahwa mereka menjauhinya. Tangan Kai Ronan kini berpindah ke balik punggung Dahlia, menyentuh pinggangnya, dan Dahlia merasa bahwa pria itu sengaja melakukannya untuk menopang tubuh Dahlia yang sedikit oleng.

Mereka menyusuri lorong yang entah menuju ke mana. Lorong itu sepi dan gelap, tidak tersentuh oleh dekorasi pernikahan. Lalu Dahlia dibawa masuk ke sebuah kamar.

“Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Dahlia, matanya nyaris tertutup ketika menantunya itu menuntunnya ke atas ranjang.

“Pertanyaanmu datang terlambat,” sahut Kai Ronan alih-alih menjawab. Dia berlutut, lalu melepas sepatu berhak tinggi yang Dahlia kenakan. Setelah sepatu itu lepas, Dahlia menghela napas lega.

“Kakimu terluka.”

Dahlia menunduk, menatap kakinya sendiri yang disentuh oleh pria itu. Seharusnya Dahlia menepis tangan itu dari kulitnya, karena dia tidak terlalu suka disentuh oleh orang lain. Tapi karena pengaruh alkohol, mungkin, Dahlia hanya berkata dengan tenang, “Ukuran sepatunya memang kekecilan.”

“Kekecilan?! Lantas kenapa masih digunakan?” tanya Kai Ronan. Suaranya terdengar marah.

“Tidak ada sepatu lain yang cocok dengan gaun ini,” jawab Dahlia.

Sebuah ekspresi rumit tampak di wajah Kai Ronan saat matanya menatap ibu mertuanya itu lama.

“Kenapa?” tanya Dahlia.

Kai Ronan pun terdengar menghela napas.

“Tidak ada. Sebaiknya Ibu Mertua istirahat,” ucapnya.

Dahlia mengangguk setuju, lalu membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Benar-benar menantu yang pengertian, pikir Dahlia. Mungkin Kai Ronan tidak seburuk yang Dahlia bayangkan atau yang selama ini media gosipkan.

Dahlia lalu teringat sesuatu dan berpesan kepada menantunya itu, “Katakan kepada asistenku untuk datang ke kamar ini dan membangunkanku sebelum pesta berakhir. Oke? Aku akan pulih setelah tidur beberapa menit.”

Tidak ada jawaban yang menyahut ucapan Dahlia. Namun Dahlia juga tidak terlalu memusingkannya karena sesaat setelah itu dia langsung jatuh tertidur.

***

[to be continued]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status