Share

Farhan Kembali

Istri Yang Dicampakkan Menjadi Sultan

Bab 4

Satu bulan sudah Alia bekerja menjadi asisten pribadi seorang Monika. Alia benar merasakan jika kesabarannya selalu diuji saat menghadapi Monika tapi Alia tidak memiliki pilihan lain selain menjalani pekerjaannya saat ini. Alia bahkan diminta untuk tinggal di apartemen bersama Monika.

Tidak hanya ke luar kota, Monika adalah seorang model internasional yang sering ke luar negeri untuk melakukan pemotretan. Ia juga salah satu model yang di kontrak sebuah produk pakaian dunia yang terkenal harganya menguras kantong.

"Al, sebenernya aku lama udah mau ngomong ini. Tapi, takut kamu nggak mau," ungkap Dinda.

Alia yang sedang menyiapkan pakaian milik Monika kini meninggalkannya sebentar dan menghampiri Dinda yang duduk sambil menikmati teh hangatnya.

"Apa, Din? Ngomong aja," tutur Alia.

Meskipun terlihat ragu tapi Dinda mengatakan hal penting yang sudah dua minggu ini disembunyikannya dari Alia.

"Kami dapat tawaran buat jadi model, Al."

Alia yang sedang meneguk air putih kini terbatuk setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Dinda. Wanita itu membersihkan air yang membasahi celananya dengan tisu.

Dinda mengatakan jika ada beberapa orang yang tertarik untuk menjadikan Alia model untuk mempromosikan produk mereka. Alia yang tidak tahu menahu mengenai dunia modeling tentunya bingung, kemarin saja saat menggantikan Monika ia merasa kesulitan karena kaku di hadapan kamera.

"Sekali pemotretan dapat 5 juta," jelas Dinda.

"Apa, sekali pemotretan dapat 5 juta?" Alia seperti tidak percaya. Bahkan satu bulan bekerja saja ia belum tentu mendapatkan lima juta. Uang sejumlah itu memang tidaklah sedikit untuk Alia, ia ingin menolak tapi kesempatan belum tentu datang dua kali.

Jika pada umumnya model pemula mendapatkan satu sampai dua juta sekali pemotretan tapi Alia beruntung karena ditawari lima juta. Mereka tertarik dengan karakter wajah Alia yang terlihat menawan bak seorang dewi. Karena yang paling penting untuk seorang model bukan hanya cantik saja tapi karakter wajah yang berbeda dari yang lain itu menjadi daya jual bagi seorang model.

"Sayang 'kan kalau kamu menolak?" 

"Tapi, aku nggak berbakat jadi model, Din," ungkap Alia.

"Masih ada satu minggu, Al. Kalau mau aku bisa bantu," tawar Dinda.

***

Alia masih memikirkan tawaran Dinda. Ia juga mencari tahu mengenai dunia modeling karena ia harus tahu tempat kerja seperti apa yang akan digelutinya nanti. Ia bahkan meminta saran pada ibunya mengenai tawaran ini, Mira hanya mendukung apapun keputusan yang diambil oleh Alia.

Alia ditawari menjadi salah satu brand ambassador produk kecantikan. Wanita itu sudah meyakinkan dirinya sendiri jika ini mungkin jalan yang memang Allah berikan kepadanya agar ia bisa memiliki masa depan yang lebih baik lagi.

[Aku terima tawaran itu, Din.] Terkirim.

Beberapa menit berselang baru Alia melihat pesan balasan dari Dinda.

[Oke. Kamu masih tetep kerja, tapi pulang kerja harus latihan.]

Baru saja akan membalas pesan Dinda, panggilan masuk dari Farhan terlihat. Alia enggan untuk menjawabnya karena ia tahu lelaki itu akan mendebatnya. Alia memilih menekan tombol merah di ponselnya.

[Sok sibuk banget kamu, jangan bikin aku marah, Al. Cepat angkat teleponnya!] Pesan yang berisi ancaman itu dari Farhan.

[Aku bukan istri kamu lagi, Bang. Jadi kamu nggak berhak mengaturku!]

Alia tersenyum melihat apa yang dikirimnya pada Farhan. Ia bahkan saat ini berani untuk melawan ucapan lelaki itu yang selalu melukai hati. Lelaki seperti Farhan memang tidak bisa jika didiamkan begitu saja karena ia akan semakin besar kepala.

Alia menonaktifkan ponselnya dan bersiap-siap untuk berangkat. Monika sedang dalam perjalanan ke lokasi, ia memang pergi lebih dulu karena ingin bertemu dengan kekasihnya sebelum melakukan pemotretan. Jika mengenai masalah pribadi tentu Alia tidak akan terus mengikuti Monika.

Saat pemotretan di mulai, Alia memperhatikan bagaimana cara Monika berpose dengan penuh percaya diri di depan kamera. Alia bahkan mencatat setiap hal di dalam buku kecil yang selalu dibawanya. Ia memang harus banyak belajar dari orang yang lebih berpengalaman. 

"Al, mana minumnya!" teriak Monika yang baru selesai. Alia dengan langkah lebarnya mendekati Monika dan memberikan jus alpukat yang sudah dibuatnya tadi di apartemen atas permintaan Monika.

"Ini, Mbak." 

"Kok alpukat sih? Gue tuh pengen jus melon!" seru Monika lalu memalingkan wajahnya.

Alia langsung berlari mencari penjual jus yang sempat ia lihat ada di luar gedung. Ia tidak ingin bekerja tidak amanah, ia sudah berjanji pada Dinda untuk bersabar menghadapi sosok Monika.

Dengan peluh yang sudah membanjiri wajahnya, Alia berlari keluar dari lift setelah mendapatkan jus itu. Tapi Alia harus menelan kekecewaan saat dengan santai Monika menolak.

"Kelamaan, gue udah minum air putih tadi," tutur Monika lalu beranjak untuk melanjutkan pemotretan.

"Sabar, Al." Alia mengusap dadanya mencoba sabar menghadapi Monika.

Alia semakin giat untuk belajar karena ia tidak ingin jika terus-menerus menjadi asisten pribadi Monika. Bahkan Alia merasa bukan menjadi asisten tapi lebih tepatnya babu, karena perlakuan Monika padanya jauh dari kata baik.

Seperti tidak memiliki rasa lelah, Alia melanjutkan untuk berlatih dengan seorang wanita yang diperkenalkan oleh Dinda sebagai pelatihnya. Alia memang diam-diam melakukan ini, ia bahkan tidak berani mengatakan mengenai ini pada Monika. 

Hampir dua jam Alia berlatih dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan Maurin. Maurin sosok yang ramah, ia mantan model internasional yang sekarang memilih pensiun karena sudah menikah dan memiliki anak. Maurin adalah salah satu teman dekat Dinda, jadi bukan hal yang sulit untuk meminta bantuannya.

"Kamu sebenarnya punya bakat, Al. Cuman perlu dikembangkan lagi, yang paling penting kamu harus percaya diri. Karena saat kamu percaya diri, aura kamu akan terpancar dengan sendirinya. Ingat kamu cantik, kamu berharga. Tampilkan yang terbaik yang kamu bisa," ujar Maurin dengan penyampaian yang lembut.

"Terimakasih, Mbak. Ilmu yang Mbak berikan sangat bermanfaat buat saya," balas Alia.

***

Selembar kertas berisi kontrak itu sudah berada di hadapan Alia. Dengan mengucapkan 'Bismillah' dalam hatinya Alia yakin dan langsung membubuhkan tanda tangan di atas kertas.

Dinda yang menemaninya terlihat senyum senang. Ia tentu akan mendukung Alia sepenuhnya. Ia tahu bagaimana Alia berjuang untuk bangkit setelah hidupnya hancur karena dicampakkan oleh Farhan begitu saja. 

"Senang bisa bekerja sama dengan anda. Besok kita sudah mulai projek ini," jelas manager itu.

"Terimakasih karena sudah mempercayai saya menjadi brand ambassador produk kalian," ujar Alia.

Kerja keras Alia selama satu minggu ini berbuah manis, ia bahkan mengabaikan waktu istirahat hanya untuk mempelajari lebih dalam mengenai dunia modeling. Bahkan Alia berlatih diam-diam di kamarnya tanpa sepengetahuan Monika. 

Setelah pemotretan pertama nanti berjalan, Alia baru akan mengundurkan diri menjadi asisten pribadi Monika. Baru saja keluar dari ruangan itu, ponsel Alia berdering, ada panggilan masuk dari Mira.

"Pulang sekarang, Nak. Farhan ada di sini," jelasnya saat telepon itu tersambung.

"Ya udah. Aku akan segera pulang, Bu."

Alia langsung memutuskan panggilan telepon dan berlari keluar tanpa menghiraukan teriakan Dinda. Saat ini Alia hanya ingin segera pulang dan menemui Farhan, ia hanya tidak ingin jika Farhan membuat kerusuhan di rumahnya.

Bersambung ….

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ezrawatni Mamora
halaah blom apa apa bayaat, buka kunci
goodnovel comment avatar
Hana Ahnaf
ga salah baru beberapa bab sudah terkunci
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status