Sejujurnya telah banyak hal yang terjadi setelah aku berpindah kesini. Dari hal buruk hingga menyenangkan disini benar-benar tercampur. Bahkan sekarang aku telah bersiap untuk pergi lagi bersama Levian, aku tidak membawa Aaron. Karna saat ini ada yang lebih praktis.
Sebuah gulungan sihir telah ada ditanganku. Kami berdua akan pergi ke gunung berk.
“Kenapa kau tidak ikut?”
“Aku ingin di sini bersama penelitianku.” Tanka memasang wajah serius, dia bahkan menggunakan baju lab berukurannya. Entah kapan dia membuatnya.
“Bagaimana aku bisa masuk kesana?”
“Itu segel spesial. Aku sudah memodifnya agar kau bisa masuk.”
&ldqu
“Tuan Akion, apakah anda baik-baik saja?”Levian bertanya padaku yang tepaku di tempat. Ini adalah hal yang sulit aku Terima.“Aku merasa kecewa pada diriku sendiri.”Jantungku terasa sakit, ini sakit karna kekecewaan yang luar biasa. Kenapa sejak awal aku tidak memikirkannya? Tanka si peri tanah, dia mampu membuat kebun bunga di halaman depan rumahnya.Tanka kenapa tidak pernah mengatakannya?Levian mendekatiku dan berlutut dengan satu kaki.“Tolong jangan katakan hal seperti itu, Tuan Akion.”“Seharusnya aku menyadarinya sejak awal dan mampu membuat perkembangan lebih
Kali ini aku telah memberitahukan tentang Eli terlebih dahulu kepada ayahku. Dia memandangi Eli dengan kagum, wajah tuanya tersipu melihat Eli.Itulah kehebatan siren, dia mempunyai daya tarik yang tinggi.Eli masih banyak menyimpan misteri.Aku telah memberikan perintah pada Levian untuk memberikan keperluan Tanka. Jika dia sekarang melihatku dan Eli sedang memakan camilan bersama di ruanganku, Tanka pasti akan sangat berisik.Eli makan dengan lahap, melihat tubuhnya yang kurus, aku senang melihatnya makan dengan lahap tanpa memperhatikan etika makan yang sebenarnya sangat ribet.Dia mengunyah cake coklat dalam sekali suap membuat mulutnya penuh dan menggembung lucu. Lalu, tanka masuk deng
“Tuan Akion, ada utusan dari Tuan Marquis Kingston.”“Baiklah.”Aku meletakan sendok dan garpu. Saat ini baru saja aku akan menyantap makan siangku. Dalam etika bangsawan, datang ketika makan siang adalah hal yang tidak sopan, tapi ini bukanlah kesalahannya, aku telah melewatkan jam makan siangku dan baru bisa untuk makan sekarang.Bahkan ini pun baru suapan pertamaku. Tapi, aku buru-buru menemuinya dibandingkan memakan makananku hingga habis.“Salam hormat pada Tuan Akion Naal Sanktessy.” Dia langsung mengucapkan salam saat melihatku datang. Aku membalas ucapan itu secara sederhana.Kami duduk berhadapan. Dia tampak seperti orang lugu yang mudah untuk dibodohi. Namun jika
Levian telah melaporkan kejadian pagi ini. Semua kesatria heboh sendiri. Mendengar laporannya, aku hanya bersenandung cerah. Levian menatapku dengan lega, mengetahui aku dalam suasana sangat baik hari ini.Aku telah menunggunya cukup lama. Telah kubayarkan secara lunas kepada tuan Marquis Kingston.Levian juga meletakan beberapa pakaian di kasurku. Itu adalah bahan terbaik. Kemeja sutra kualitas tinggi berwarna putih, sutera terluarnya juga berwarna putih. Ini adalah warna yang tidak biasa digunakan oleh Akion.Kurasa, bahkan jika dia menggunakan kombinasi warna aneh sekalipun, Akion tetap menawan.Dua pakaian lagi berwarna lebih gelap. Hitam pekat seperti malam memang sangat cocok pada Akion, dan biru benhur yang lembut dan elegan juga cocok pada
Bam! Bam! Bam!Sesekali aku mengibaskan tanganku agar debu dari pertarungan mereka tidak mengganggu pernapasan dan pemandanganku.Bahkan Renia ternyata lebih tangguh. Gadis kecil ini terlihat menikmati pertarungan ini.Bam!Air itu meluncur dengan cepat, kemudian Verion menghindarinya. Dia tampak kelelahan, tapi matanya tetap tajam.Api berpusat padanya, dia terlihat membutuhkan konsentrasi tinggi untuk mengolahnya menjadi bola api. Itu bola yang cukup besar, Verion melemparkannya pada Harzem.PYAS!Dinding air besar muncul di depan Harzem, bola api itu menghilang dengan cepat. Perbedaan kekuatan mereka sangat t
Saat kami pulang, ayahku sedang menerima tamu di ruangannya. Aku melihat kereta kuda di halaman depan. Kereta kuda itu berwarna hitam, dan mewah. Pada bagian pintunya, terdapat lambang ular dan tombak yang seolah ular itu melingkar untuk melindungi tombak. Itu adalah lambang dari keluarga pamanku—Count Invit. Tampaknya dia ingin menyebarkan taringnya pada kami lagi. Pasti berat untuk kehilangan hal sebagus Akion, entah apa yang akan dia lakukan kali ini. Aku masuk begitu saja ke dalam ruangan ayahku. Ayahku memandangku terkejut, tapi dia tidak marah. Mata itu, dia hanya merasa khawatir. Aku melihat wajah sombong Count invit dan Alec. Mereka tidak menyentuh minuman sedikit pun, mungkin karena merasa dia tak pantas menerima minuman dari keluarga miski
Pada pagi hari, koran telah mengabarkan tentang kematian Count Invit dan Alec yang mati dengan menyeramkan.Tertulis disana bahwa semua Ksatrianya tidak terluka sedikitpun. Orang-orang menyimpulkan Count Invit memang diincar karena dia memang mempunyai banyak musuh.Ayahku menutup koran itu dengan tidak peduli. Dia memandangku sekilas lalu beralih melakukan hal lainnya.Setelah itu dia berjalan ke lorong utama. Aku tahu bahwa ayah akan memandangi potret ibu yang besar itu. Biasanya dia memandang dengan belas kasih, dan rasa rindu yang besar. Sesekali dia akan memegang wajah ibu yang ada di potret seakan dia sedang secara nyata menyentuhnya.Tidak ada satu pun yang akan mengganggu ayah saat dia menikmati waktu berdua bersama ibu. Kebanyakan dari ka
Verion duduk di taman, wajahnya menghadap matahari, tapi wajah itu tertutup oleh buku. Dia sedang berjemur atau sedang meratapi rasa bersalahnya. Tanpa menyadari keberadaanku, dia masih bersikap begitu. Aku juga tidak mengatakan apa pun, hanya duduk di taman dan menikmati waktu yang tenang. Ketenangan di sini cukup sulit didapatkan. Jarak kami hanya dua meter, aku sengaja menjaga jarak karena kami butuh waktu sendirian walaupun ada di tempat yang sama? Seorang Pelayan perempuan mendatangiku, untuk memberitahu jika Eli mencariku. Sebelum pelayan perempuan itu pergi, Eli menampakan wujudnya dari arah sebaliknya. Dia melambaikan tangan padaku dengan ringan dan senyum secerah matahari. “Akion!” teriakannya sangat kuat, hingga beberapa prajurit yang sedang berpatrol