Share

5. Before: Sinner - Mmm

Making love in the rain.”

-Sinner-

🍑🍑🍑

“Apa kau tidak ingin kembali ke mansion?” tanya Austin menatap Crystal yang sedang menikmati suasana malam di rumah pohon.

Saat ini mereka belum berniat untuk beranjak dari rumah pohon, padahal yang mereka lakukan adalah hanya berdiam diri dan menikmati suasana yang hening. Crystal menggeleng, menjawab dengan gumaman. “Aku masih ingin di sini.”

“Baiklah Tuan Putri,” balas Austin mengusap pelan kepala Crystal.

Crystal membenarkan posisinya dari dada Austin. “Bisakah kau diam. Aku benar-benar ingin menikmati suasana,” protesnya membuat Austin terkekeh.

Dalam hati Austin mendesah, usahanya tidak sia-sia dan membuahkan hasil. Crystal memberinya kesempatan, meskipun gadis itu tidak mengatakannya secara langsung. Karena sikap tidak bisa berbohong. Bahkan mulutnya yang berbohong pun tidak bisa mengelak keinginannya yang ada pada hatinya.

Baiklah, Austin akan menjalani semua ini layaknya air yang mengalir mengikuti arus. Ia juga akan mencari jalan keluar untuk kekacauan yang dibuatnya. Di satu sisi ada komitmen, di sisi lain hatinya hanya menginginkan Crystal. Katakan Austin egois, memang seperti itulah sifatnya. Lagipula selama dirinya hidup, baru kali ini Austin di hadapkan oleh sebuah kenyataan rumit yang mengatas namakan perasaan. Selama ini, ia terlalu serius dalam hal berbisnis dan melanjutkan perusahaan Xander sehingga tidak pernah terlintas sedikit pun di benaknya tentang seorang wanita. Bahkan bersenang-senang, sepertinya bisa dihitung jari sudah berapa kali Austin melakukannya sejak muda hingga menjadi pria seksi yang sudah sangat matang.

Austin meremas lengan Crystal lembut. “Crys...,” panggilnya membuat gadis itu mendongak.

“Apa?”

“Bisakah kita masuk ke rumah pohon?” tanya Austin.

Crystal menaikkan sebelah alisnya, “Memangnya kenapa?”

“Apa kau tidak lihat? Langitnya mendung, dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan?”

“Masih mendung, dan hujan belum turun.”

Austin mengembuskan napasnya kasar. “Dressmu sangat terbuka. Udara lama-lama menjadi dingin, dan kau akan sakit.”

“Tidak perlu memperdulikan aku.”

“Bagaimana bisa aku mengabaikanmu,” balas Austin dengan suara yang begitu dalam. “Aku peduli padamu, baby.”

Crystal menegakkan tubuhnya, berdeham. Suara Austin yang sangat dalam membuatnya menjadi gugup dan jantungnya berdegup dengan kencang. Austin membalik tubuh Crystal membuat mereka berhadapan. Tangan Austin terangkat untuk mengusap rahang Crystal, mengusapnya lembut. Tanpa menunggu kalimat yang akan keluar dari bibir Crystal, Austin memilih untuk menyatukan bibir mereka kembali. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Austin sedikit kasar dan terlihat sangat bergairah. Bahkan Crystal hingga mendesah lebih keras.

Tangan Austin pun juga tidak tinggal diam, dan terus bermain di area sensitive milik Crystal, membuat gadis itu berulang kali mendesah karena ulah Austin. “K-kak, tolong hentikan....”

Austin mengabaikan kalimat permohonan Crystal, tapi tidak berlangsung lama karena rintikan hujan tiba-tiba saja jatuh dari langit––membuat keduanya sontak berdiri dari posisinya dan segera masuk ke dalam rumah pohon dengan Austin yang menarik tangan Crystal––membimbingnya masuk ke dalam.

Tidak menunggu waktu lama, begitu mereka masuk ke dalam rumah pohon, guyuran hujan turun begitu deras bahkan angin pun tidak segan untuk berhembus dengan kencang. “Ku bilang juga apa,” gumam Austin menatap ke arah langit, membuat Crystal sontak menoleh lalu mendengus keras.

Crystal mengusap-usap bahunya, memberikan kehangatan. Austin yang menyadari itu tersenyum simpul, ia menarik tangan Crystal pelan––membawanya untuk duduk, lalu melepas jas kerjanya untuk disampirkan pada bahu gadis itu. “Pakailah, kau terlihat dingin.”

“Eh, aku tidak apa,” kata Crystal berniat melepaskan jasnya. “Kau pun pasti juga kedinginan,” lanjutnya menatap Austin dengan tubuhnya yang hanya tertutup oleh kemeja.

Crystal melepasnya dan meletakkannya pada bahu Austin sedikit menegakkan tubuhnya, refleks Austin memeluk pinggang Crystal membuat gadis itu terkejut. “ Eh,” kejutnya dan Austin terkekeh.

“Tidak perlu. Bajumu terlalu terbuka, kau saja yang pakai, kau pasti kedinginan juga,” gumam Austin mengembalikan jas yang dibawa Crystal.

Crystal menolak halus. “Tidak perlu, sungguh. Jika ya, aku akan menahannya.”

Karena paksaan Crystal yang keras kepala, akhirnya Austin mengalah. Tapi, dengan semua itu ia sangat berterima kasih karena bisa menjalankan misinya. Dalam hati, Austin tersenyum miring. “Kau sungguh tidak kedinginan?” tanyanya menaikkan sebelah alisnya, menatap Crystal yang terus saja mengusap bahu, bahkan berulang kali gadis itu bersin membuat Austin gemas dalam hati.

Austin berdecak, menatap Crystal datar. “Kau tidak pandai berbohong,” katanya lalu memilih untuk menarik diri Crystal––membawanya ke dalam pelukan. “Aku tahu kau kedinginan, maka dari itu aku berinisiatif untuk menghangatkanmu,” lanjutnya lagi sebelum Crystal memprotes.

Dengusan kencang terdengar, dan itu adalah ulah Crystal karena mendengar kalimat Austin yang ada maksud terselubung. Dan ia sangat paham akan hal itu. “Itu maumu saja,” ketusnya berniat untuk menarik diri dari Austin, menjauhkannya. Tapi lagi-lagi, pria itu dengan sigap menahannya.

“Diamlah di sini, aku akan memelukmu, memberikanmu kehangatan yang hanya bisa kau rasakan ketika bersamaku,” balas Austin tersenyum hangat membuat Crystal memutar bola matanya.

🍑

Crystal menatap dirinya yang tertutup selimut, di sampingnya Austin tertidur nyenyak dengan tangan yang memeluk dirinya. Sejak kapan mereka kembali? Batinnya bertanya pada diri sendiri. Pasalnya, Crystal tidak ingat betul dengan apa saja yang terjadi semalam. Ia hanya ingat, Austin membawanya ke dalam pelukan, lalu tidak berselang lama ia tertidur karena merasakan kantuk yang begitu hebat. Apalagi, hujan tidak segera berhenti.

Crystal membenarkan posisinya, menjadi berhadapan dengan Austin. Ia menatap Austin yang tertidur pulas, terlihat begitu damai. Tangannya terangkat, menyentuh wajah Austin––mengusapnya lembut. Lalu beralih pada bulu mata lentik pria itu, menyentuhnya singkat. Tanpa disadari, Crystal tersenyum hangat. Percayalah, dirinya begitu mengagumi Austin. Dan entah kenapa, ia bisa memiliki rasa terlarang untuk kakaknya itu.

Terkadang pun, Crystal juga bingung bagaimana bisa dirinya memiliki rasa pada kakaknya itu. Padahal, banyak sekali di luar sana pria yang jauh lebih muda dari Austin dan jauh lebih tampan dan masih banyak lagi yang melebihi Austin. Ia juga tidak akan menampik jika banyak pria yang sedang mendekatinya tanpa keluarganya tahu. Karena baginya, mereka hanya mendekati Crystal berdasarkan visualnya. Dan tidak benar-benar ingin menjalin hubungan dengannya.

Rata-rata dari semua pria yang mendekatinya, mereka hanya bertahan tiga minggu. Mungkin awalnya, mereka sabar saja dengannya karena menghadapi kekolotannya untuk sekedar mengijinkan mereka memberikan ciuman pada pipinya. Tapi lama-lama, mereka menyerah juga dan berakhir dengan memakinya. Bahkan ada yang mengatainya sok jual mahal, sok cantik, dan masih banyak lagi.

Crystal hanya memutar bola mata ketika mereka memaki, lalu setelah itu ia hanya harus berkata, “Apakah kau sudah puas memakiku?” Dan setelah itu ia akan pergi begitu saja tanpa mendengarkan lebih lanjut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status