“Mas iihh … bikin malu tauuu, masa kelakuan Presiden Direktur kaya gitu, udah tau hengpong jadul di mana-mana,” omel Rena setelah keduanya kembali ke kamar hotel meninggalkan acara yang masih berlangsung.Sang suami hanya bisa mesem-mesem sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, pria itu pun menyesal dengan apa yang baru saja terjadi.Padahal dirinya pun sudah lupa kapan terakhir kali melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu bersama Ricko, hampir baku hantam hanya karena sebuah lelucon.“Coba buka handphone Mas, kelakuan Mas tadi udah ada tuh di portal media online.” Sindirian belum berhenti Andra dapatkan walau dalam nada rendah.“Iiiyaaa … maaf …,” balas Andra malas-malasan.“Kenapa harus minta maaf sama aku? ‘Kan Mas yang malu nantinya.” Rena yang bersungut-sungut malah terlihat menggemaskan di mata Andra.Andra melingkarkan tangannya di pinggang Rena kemudian mencium tengkuk yang terekspose karena rambut seharum vanilla itu dibentuk sanggul modern.Rena yang sedang me
“Tumben pake scraf….” Andra berkomentar saat keluar dari kamar mandi dengan handuk putih membalut bagian tubuh bagain bawahnya.Sang istri yang sedang mengaplikasikan lipstick di bibir merespon dengan decakan dan delikan tajam melalui cermin di depannya.Bagaimana tidak, pria itu menerkamnya semalaman dan dengan sengaja memberikan banyak tanda kepemilikan di leher sehingga dia harus menutupinya dengan scraf yang kebetulan menjadi souvenir pada pesta pernikahan Ricko dan Amalia tadi malam.Andra tersenyum ketika membalikan tubuhnya mengambil pakaian yang sudah sang istri siapkan di atas tempat tempat tidur kemudian memakainya.Ricko dan Amalia yang menikah kenapa dirinya dan sang suami yang malah melewati momen malam pertama?Rena mendengus kesal ketika mengintip tanda merah keunguan dari balik scraf.“Kamu nakal ya, sampe merah-merah gitu,” ledek Andra ketika langkahnya sampai di samping Rena menghadap cermin yang sama.Diambilnya sisir dari tangan sang istri kemudian merapihka
“Aku duluan ya,” Rena berujar sebelum hendak keluar dari toilet kemudian langkahnya terhenti ketika mendengar namanya disebut.“Ren…” “Hum?” Rena memutar tubuhnya.“Makasih,” ucap Monica disertai senyum simpul dan Rena pun balas tersenyum sambil menganggukan kepala.Langkahnya dia lanjutkan menuju restoran di mana sang suami tengah menunggu dan entah kenapa langkah itu terasa ringan dan hatinya pun lega.Mungkin karena dirinya telah menerima Monica, entah sebagai apa yang pasti Rena sudah menerima Monica di dalam hidupnya.Katiga pria tampan di meja tersebut terlihat tengah membicarakan hal serius ketika Rena dan Amalia mendekat.Lalu hening yang dia dapatkan karena Andra dan Edward secara bersamaan memilih dia dan kembali sibuk dengan sarapan paginya.Tapi tidak dengan Ricko yang langsung memburu Lia, “Kamu enggak kenapa-kenapa sayang?” Amalia menggelengkan kepala pelan, menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.Kening Rena mengkerut menerka apa yang sedang mereka bicar
“Kenapa?” Hampir setengah perjalanan yang mereka lalui, akhirnya Monica buka suara.Rena menoleh. “Apanya?” tanya Rena mengembalikan pertanyaan Monica.“Kamu peduli … harusnya kamu bersorak dengan keadaan aku sekarang,” sambung Monica tanpa menatap Rena, sepertinya pemandangan hamparan sawah yang luas di sampingnya lebih menarik untuk dilihat.“Enggak tau… aku kasian aja sama kamu,” jawab Rena jujur berhasil membuat Monica berdecih kemudian menoleh menatapnya.“Aku tau kamu masih berharap sama mas Andra, tapi harapan itu dengan mudah berkali-kali mas Andra hancurin… iya, kan? Bukan disebabkan oleh rasa benci sama kamu karena masih memendam kekecewaan yang dulu pernah kamu buat tapi karena mas Andra udah enggak cinta sama kamu.” Rena mengungkapkannya penuh percaya diri menyadarkan Monica akan posisinya.“Tapi kak Edward, dia benar-benar mencintai kamu…hanya sekilas aja, aku bisa tau …,” imbuh Rena dengan nada bersahabat.Monica tertawa kering seraya membuang tatapannya kembali ke
Seminggu berlalu, akhirnya Ricko dan Amalia berangkat setelah menjadwal ulang bulan madunya.Hari ini ketika matahari memancarkan pesonanya, Andra dan Rena mengantar pengantin baru itu sampai ke bandara, perjalanan bulan madu yang seharusnya memakan waktu belasan jam menuju kota cinta di negara Perancis, kini hanya beberapa jam saja karena mereka mengganti tempat tujuan honeymoon mengingat kehamilan Amalia yang begitu lemah.Amalia meminta bulan madunya hanya dilakukan di suatu resort mewah di dataran tinggi di Bali.Dirinya hanya ingin menjauh dari hingar bingar kota dan merilekskan pikirannya setelah melewati masa-masa menegangkan setelah mengetahui si jabang bayi sudah tumbuh di perutya.“Semua vitamin udah dibawa?” tanya Rena mengingatkan.Amalia menganggukan kepala.“Susu Ibu hamil?” Rena bertanya lagi.“Check!” itu Ricko yang menjawab membuat Rena menoleh menatap sang adik ipar.“Mas…titip Lia, ya …,” pintanya sungguh-sungguh.“Tenang Rena, wanita cantik ini istri gue!
Setelah kepergian Ricko, tiba-tiba Monica mengajukan cuti.Untuk apalagi kalau bukan untuk menemui Edward di Singapura, namun tidak bisa Andra bayangkan bagaimana ngamuknya Monica ketika mengetahui dia telah dibohongi oleh Rena.Maka Andra pun meminta Edward agar mengantisipasi semua itu, pasalnya Rena hanya ingin hubungan keduanya membaik.“Jadi Monica beneran pergi ke Sigapura?” tanya sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Hem .…” Andra mengangguk sambil menipiskan bibirnya.Wanita cantik yang tengah mengandung anaknya itu kemudian terkekeh geli lalu menjatuhkan tubuh di atas sofa tepat di samping Andra.“Enggak kebayang ya nanti pas sampe sana ternyata kak Edward baik-baik aja, pasti marah banget Monica sama aku ya, Mas?” Dengan santai Rena berujar lalu merebahkan kepala di pundak Andra, mengintip macbook yang sedang pria itu pangku.“Makanya jangan ngurusin, urusan orang …,” tegur Andra sambil mencubit pipi sang istri, kecupan ringan dia berikan setelahnya.Pr
Sudah satu jam Andra berdiri di depan pintu dan sang istri masih merajuk tidak mau membuka pintu.Di dalam kamar Rena tergugu membenamkan wajahnya ke bantal kepala Hello kity berukuran kecil yang selalu dia bawa kemana-mana.Perutnya yang sudah semakin membesar, membuatnya kesulitan ketika duduk maka bantal itu lah yang menopang pinggulnya agar tidak pegal.Rasa kesal masih bercokol dihatinya ketika ingatan tentang Andra yang tanpa sengaja memeluk wanita model itu terlintas seperti meledek dirinya.Demi apapun Rena tidak rela, sesak di dadanya sedari siang masih belum hilang hingga mengabaikan rasa lapar.Kini perutnya terasa sakit dan mengeluarkan bunyi cukup nyaring, Rena juga begitu lemah karena kekurangan cairan dan asupan makan dari tadi siang.Untuk menggerakan tubuhnya saja dia tidak mampu dan hanya bisa terbaring pasrah di atas tempat tidur.Teriakan dan ketukan suaminya dia abaikan hingga terdengar suara kaca pecah begitu kencang membuatnya berteriak.“Aaaaaaaaaa….” S
“Mau kemana pake baju kaya gitu?” tanya Andra ketus dengan ekspresi tidak suka.Netra pekatnya menatap intens sang istri dari atas hingga bawah tapi bukannya tatapan tergoda yang Andra berikan tapi tatapan tajam penuh peringatan ia layangkan kepada sang istri.Padahal Rena sudah memakai bikini yang memperlihatkan hampir seluruh tubuhnya termasuk perutnya yang tengah membuncit menggemaskan.Dan bagian dada itu. “Ya ampun…please Rena, cuma gue yang boleh liat!!” Andra menggeram dalam hati.“Mau berenang…,” jawab Rena polos.“Kenapa pake baju itu?” pertanyaan yang menurut Rena absurd terdengar keluar dari mulut suaminya.“Trus pake apa? Ini ‘kan bikini, kalau pake gamis mah mau pengajian,” balasnya santai seraya melangkah keluar kamar menuju privat pool.Tangan Andra refleks menarik tangan istrinya sebelum dunia luar melihat tubuh mulus nan putih sang istri.“Gimana nanti kalau ada yang liat?” Kini nada rendah pria itu keluarkan.“Siapa yang liat? Ini cottage privat sayang…engga