Share

Selamat Jalan, Adikku

17.Di balik kematian adikku yang idiot

Selamat Jalan, Adikku

Aku meraung memeluk tubuh adikku. Kupanggil nama Aida ratusan kali, berharap adikku akan membuka mata dan membalas pelukanku.

Air mata mengucur deras dari kedua mata ini hingga bengkak. Dada rasanya bagai ditikam berkali-kali, sakit, sakit banget.

"Aidaaaaa!!" Jeritku sekuat tenaga. Kugoyang tubuh Aida yang terkulai,

"Bangun, Aida, bangun, huwaaaa," jeritku histeris. Semua orang terdiam. Kupandangi satu-satu manusia di sekelilingku.

"Kalian semua pembun*h!" Jeritku. Tanganku menunjuk-nunjuk semua wajah yang tertunduk. Aku mulai kalap, kudatangi satu persatu para tetangga dan warga yang berdiri di ruang tamu rumahku, tempat jasad adikku ditaruh. Kudorong dengan tangan bahu mereka. Tak ada yang melawan, tak ada sepatah kata. Semuanya terdiam menunduk.

"Anna, Anna, sudah," Bu RT memeluk tubuhku dari belakang. Kembali aku menangis meraung. Adikku meninggal!

Dengan nafas yang tersengal-sengal karena tangis yang mendera, aku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status