"Oke, aku pulang dulu ya, Maya. Lusa kita lanjutkan fisioterapinya. Tetap semangat ya!" pamit Ananda Kusuma kepada Maya di teras depan rumah berhalaman asri siang itu.Gadis cantik di atas kursi roda itu melambaikan tangannya melepas kepergian perawat barunya yang baik dan sangat perhatian. "Mas Nanda pulangnya hati-hati ya! Nggak usah ngebut," pesan Maya sembari melengkungkan bibirnya untuk tersenyum manis."Pasti. Tenang saja, May! Aku 'kan jago ngepot di jalan raya," jawab Ananda mencandai Maya seraya terkekeh sebelum mengenakan helm standar di kepalanya. Kemudian pria itu melambaikan tangannya ke arah Maya sebelum tancap gas sepeda motor menuju ke rumah keluarga Kusuma. Dia akan berangkat siang ke kantor, tetapi dengan diantar oleh sopir pribadinya. Badannya agak kelelahan setelah melakukan banyak pekerjaan ala rakyat jelata yang dia kesalkan dalam hatinya.Memang naik sepeda motor membuatnya tak terlalu buang waktu dengan kemacetan yang merajalela di ibu kota. Ananda sampai di r
Sesaat Aji Prasetyo sampai di kantor managemen Mall Cakrawala Indonesia, sebuah pesan masuk ke inbox ponselnya. Dia duduk di balik meja sekretaris dan membaca isi pesan dari Ipda Purnomo yang tadi memproses laporan kriminal darinya."Pelaku pendorongan korban ke kolam renang sudah teridentifikasi yaitu Melinda Riana, Mas Aji. Terima kasih atas laporannya. Tersangka akan kami jemput di rumahnya untuk diminta keterangannya terkait kasus kriminal tersebut." Isi pesan dari Ipda Purnomo untuknya. Aji pun merasa bahwa ia harus segera melaporkan hasil investigasi kepolisian ini ke bosnya. Maka ia pun bergegas mengetok pintu ruangan CEO."TOK TOK TOK." Ananda sedang sibuk membaca penawaran rekanan bisnis yang menyewa venue di mall miliknya. Namun, ia pun berhenti dan menyuruh tamunya masuk.Dengan tenang Aji duduk di kursi seberang bosnya lalu melapor, "Selamat sore, Pak Nanda. Saya baru saja mendapat kabar dari kepolisian. Emm—pelaku yang mendorong Mbak Maya itu seorang model juga namanya Me
"P—pak ... emm ... sa—saya nggak sengaja itu," ucap Melinda terbata-bata membela dirinya di hadapan bapak komandan polisi yang berkarisma itu.Pria itu tersenyum tipis seraya mendengkus lalu menyahut, "Nggak sengaja itu bisa jadi nyawa orang ilang lho. Kamu sadar nggak, waktu dorong kursi roda itu ke kolam 2.5 meter?"Kepala dengan rambut panjang lebat bergelombang hitam legam bak model iklan shampo itu tertunduk tak berani menatap Kompol Dani Kurniawan. Namun, hal itu justru membuat Pak Dani terkekeh geli. "Coba bilang ke saya, alasan kamu apa hingga melakukan tindakan berbahaya itu, Non?" bujuk Kompol Dani yang perlu mengetahui motif pelaku tindak kriminal di hadapannya.Helaan napas lembut meluncur dari gadis itu diikuti oleh sebuah pengakuan yang mengejutkan. "Saya hanya membantu sahabat saya saja, Pak. Maya itu mantan tunangan Andre yang malam itu bertunangan dengan Sherrin. Dia hadir ke acara itu membuat kehebohan, saya nggak suka ditambah Sherrin memberi kode agar saya mendoro
Saat terbangun di pagi hari Aji memeriksa pesan di inbox ponselnya. Dia membaca pesan yang terkirim semalam dari Ipda Purnomo. Ternyata kasus Maya Angelita telah ditutup dengan jalur damai. Alis Aji berkerut, dia menebak bosnya tidak akan suka bila tahu mengenai hal ini. Pak Nanda itu seorang yang tak bisa membiarkan orang yang membuat kesalahan tidak mendapat hukuman setimpal. Dia pun menghela napas lalu meletakkan ponselnya kembali ke nakas samping tempat tidurnya lalu bergegas mandi. Jam kerjanya akan dimulai 2 jam lagi, dia harus mencari sarapan dan berjibaku dengan lalu lintas ibu kota yang tak ramah untuk sampai ke kantornya di tengah kota.Hari ini Ananda Kusuma libur dari pekerjaan sampingan rahasianya merawat Maya di rumahnya. Besok ia akan menemui gadis cantik yang lumpuh itu lagi untuk memberikan fisioterapi. Namun, pagi ini dia sudah berada di perjalanan ke kantornya dengan mengendarai sedan Ferrari merah kesayangannya."Pesona indah wajahmu mampu mengalihkan duniaku. Tak
"Nak Nanda, saya nitip jagain Maya sebentar ya! Ada acara undangan nikah puterinya sahabat sejak SMA di Bekasi. Kuatir kalau Maya sendirian di rumah, padahal saya pergi sama papanya Maya," pesan Nyonya Melita Wahyuni kepada perawat puterinya di teras saat ia hendak berangkat ke resepsi pernikahan bersama suaminya.Ananda pun menjawab dengan senyum tipis, "Baik, Bu Melita. Saya akan jaga Maya baik-baik!""Oke, kutinggal dulu ya, May, Nak Nanda!" pamit mama Maya."Tiiinnn ...tiiiinnn ... Maaa ayo berangkat, keburu siang!" Pak Roy menekan klakson mobilnya tak sabar karena istrinya tak kunjung naik ke mobil."Hiiihhh nggak sabaran Papa ini!" omel Nyonya Melita sembari bergegas naik ke bangku samping pengemudi. Dia lalu melambaikan tangannya dari jendela kepada Maya dan Ananda dari jendela mobil yang mulai melaju meninggalkan halaman depan garasi.Maya menghela napas dengan jantung berdebar kencang, dia hanya berdua saja dengan perawatnya pagi jelang siang yang mendung ini. Dengan hati-hat
Jantung Maya mendadak aritmia, dia tidak menyangka di siang hari berpenghujan deras ini seorang pria akan menembaknya menjadi pacar. Dia dan Ananda masih tergolong baru berkenalan, terlalu dini rasanya bila menjalin sebuah hubungan spesial."Mas Nanda, kalau aku minta waktu lebih lama buat pikir-pikir dulu apa boleh?" tanya Maya hati-hati. Dia merasa trauma di hubungan cintanya dengan Andre yang kandas jelang pernikahannya masih terasa menyakitkan.Sebuah jawaban tak terduga dari Maya membuat Ananda justru menaikkan penilaiannya kepada gadis di hadapannya. Seharusnya karena kondisinya yang cacat, Maya akan dengan mudah menerima tawaran cintanya. Namun, gadis itu malah minta waktu berpikir matang."Baiklah. Ambil waktu yang kau perlukan, May. Ketahuilah bahwa perasaanku kepadamu tulus," ujar Ananda lalu bangkit berdiri dan duduk di kursi samping Maya.Dengan cekatan Maya melayani Ananda untuk mengambilkan menu makan siang yang telah disiapkan oleh mamanya sebelum berangkat ke Bekasi. M
Ketika melihat Ananda yang berdiri di bingkai pintu teras depan dalam kondisi basah kuyup, hati Maya seolah jatuh iba. Pria muda itu hanya ingin membantunya mandi, tetapi malah terpeleset sabun cair yang menetes di lantai dan tercebur ke dalam bathtub bersamanya tadi. Maya menjalankan kursi rodanya mendekati Ananda seraya berkata, "Mas Nanda, ganti baju dulu ya pakai pakaian punya papaku? Ukuran kalian sepertinya mirip kok."Mendengar suara Maya maka Ananda pun menoleh ke belakang. "Oke, aku pinjam baju papamu dulu ya, May!" ujarnya seraya menerima sepasang kaos dan celana jins selutut beserta celana dalam pria yang diulurkan oleh Maya kepadanya."Kalau mau sekalian mandi di kamar mandiku boleh, Mas Nanda!" seru Maya saat Ananda bergegas masuk ke kamar tidunya.Ananda menoleh ke arah Maya lalu menganggukkan kepalanya. Rasanya lengket juga tubuhnya setelah beraktivitas seharian ditambah basah-basahan bersama Maya di bathtub. Dia pun menutup pintu kamar Maya lalu meletakkan pakaian gan
Dalam benak Ananda Kusuma, dia ingin berjuang sekuat tenaga untuk membuat Maya dapat berjalan lagi. Itu pun termasuk menyuntik modal berupa pembelian saham perusahaan farmasi asal Filipina. Dia ingin agar pabrik obat terkemuka itu meneliti formula suplemen dan obat kimia maupun herbal yang dapat menyembuhkan kelumpuhan saraf terutama di kaki.Pagi itu dia menemui delegasi dari Filipina yang dipimpin sendiri oleh owner sekaligus presdir perusahaan farmasi itu, Mr. Claudio Gonzacio. Mereka bertemu di convention hall berukuran sedang di Hotel Cakrawala Indonesia lantai 10. Ananda menyambut hangat kehadiran Mr. Claudio dengan jabat tangan dan pelukan. Dia mempersilakan semua delegasi dari Filipina untuk duduk di kursi rapat yang mengelilingi meja meeting oval.(Percakapan diterjemahkan langsung dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia)"Selamat pagi, Semuanya. Mister Claudio, selamat datang di Indonesia! Terima kasih telah berkunjung ke kantor Grup Kusuma Mulia," sambut Ananda langsung ta